Kenapa Pak Jokowi Harus ke Manggarai Timur, Jangan ke Manggarai Barat Terus
Kalau tidak salah menghitung, bapatua Ir. Joko Widodo yang sekaligus merangkap sebagai presiden Endonesa sudah lebih dari dua kali berkunjung ke Manggarai Barat tepatnya Labuan Bajo. Pun kalau saya salah menghitung, mohon dimaklumi. Lagian, tugas memantau aktivitas presiden sudah Tuhan serahkan kepada partai oposisi.
Bukan apa-apa, Labuan Bajo di mata saya yang tidak minus ini biasa-biasa saja, Labuan Bajo tidak lebih indah dari Manggarai apalagi Manggarai Timur. Saya heran, Bapatua Jokowi yang juga merangkap sebagai Presiden Endonesa itu, kok mau-maunya ke Labuan Bajo. Semoga kunjungan ke Labuan Bajo untuk kesekian kalinya ini bukan karena belio kurang kerjaan.
Labuan Bajo adalah salah satu kota yang kekurangan air bersih, bapatua Jokowi pasti tahu itu. Tapi kok masih ngotot ke sana? Padahal kalau ke Manggarai, bapatua bisa mandi air dingin di Ruteng, di sana air berlimpah, bahkan bapatua pasti takut kedinginan kalau mandi pagi-pagi.
Begitu pula kalau berkunjung ke Borong, bapatua bisa mandi dengan riang gembira di sungai Wae Bobo atau Wae Musur, mandi di dua sungai tersebut menggambarkan betapa bapatua menyatu dengan alam. Bukankah sewaktu kuliah di UGM bapatua adalah Mahasiswa Pecinta Alam alias MAPALA? Bapatua bisa ajak Jan Ethes juga nyari-nyari kecebong di Wae Musur atau Wae Bobo, lumayanlah untuk menambah koleksi kecebong bapatua di istana.
Sementara di Labuan Bajo? Air untuk mandi saja dibeli. Untung bapatua merangkap sebagai presiden. Di dalam protokoler pastinya telah disiapkan air bersih jika sewaktu-waktu bapak presiden hendak mandi karena gerah dengan suhu Labuan Bajo yang panas. Tetapi ketahuilah, hal-hal yang berbau protokoler seperti itu sangat kontradiktif dengan bapak presiden sebagai sosok pecinta alam serta seseorang yang terkesan sederhana di mata masyarakatnya. Maka lebih baik bapatua cukup sudah ke Manggarai Barat sana.
Jika selama di Labuan Bajo bapatua bersama rombongan dijamu dengan kopi lokal, saya meyakini kopi yang pernah bapatua seruput merupakan sumbangan dari PEMDA Manggarai Timur. Hey, Kopi Flores paling terkenal yang memenangkan banyak festival dan diakui dunia hanya ada dua; pertama Kopi Bajawa dan kedua Kopi Colol, tidak ada kopi Labuan Bajo atau kopi dari daerah lainnya di Manggarai Barat. Kalaupun kopi lokal yang disediakan untuk presiden bersama rombongan diambil langsung dari tangan petani dari Manggarai Barat, tentu rasanya aneh, tidak senikmat kopi Manggarai Timur.
Kalau ke Manggarai Timur, tolong ajak serta Mas Kaesang Pangarep, bapatua pu anak yang sukses dengan bisnis pisangnya itu loh.
Ingat!! Kalau ke Manggarai Timur, bapatua pake pesawat saja, turun di Bandara Soa. Nah dari sana, bapatua gunakan jalur darat melewati Wae Lengga, Wae Rana, Kisol hingga akhirnya tiba di Borong. Usahakan posisi duduk Mas Kaesang berada di dekat jendela. Lalu, perhatikan baik-baik pohon pisang yang begitu berlimpah di sepanjang jalan Wae Rana menuju Kisol.
Bapatua tolong bisik ke Mas Kaesang; Sang Pisangnya Mas Kaesang menjadi besar tentu berawal dari pisang-pisang yang kami jual, yang dibawa langsung dari Manggarai Timur ke Jawa sana.
Di Manggarai Barat pisang juga ada, tapi sangat tidak cukup dijual pada Mas Kaesang. Paling mentok dijual pada mas gorengan di Labuan Bajo saja. Kalaupun ada, pasti pisang-pisang tersebut dibawa dari Manggarai Timur, disimpan di Labuan Bajo selama beberapa hari sambil menunggu jadwal kapal ke Surabaya. Pisang Manggarai Timur yang diklaim, begitu.
Tetapi jika bapatua ke Manggarai Barat karena tempat wisatanya menakjubkan, bapatua sungguh terlalu. Selama ini bapatua adalah presiden yang terkesan sederhana dan merakyat, mestinya bapatua ke Manggarai Timur dan berkunjung ke Elar Selatan.
Bapatua naik oto kol ke sana, di tanjakkan yang berlubang bapatua bersama penumpang lainnya membantu konjak mendorong oto kol agar bisa keluar dari jebakan lumpur. Hal-hal yang terkesan sederhana seperti itu diharapkan menyatukan kembali cebong dan kampret paska PILPRES kemarin. Coba saja sesekali bapatua ke sana.
Di Manggarai Timur, wisatanya juga tidak kalah menarik bapatua. Kalau masyarakat Manggarai Barat menyombongkan diri dengan adanya komodo, kami di Manggarai Timur juga punya komodo. Walau spesiesnya tidak sebanyak di Pulau Komodo tetapi, komodo yang di Manggarai Timur itu masih termasuk dalam silsilah keluarga besar Komodo, yang tentunya butuh perhatian serta kasih sayang bapatua dan PEMDA setempat agar suatu saat bisa dikenal masyarakat luas. Bahkan, di Manggarai Timur juga ada danau teratai terbesar ke dua di dunia yang tidak ada di Manggarai Barat. Makanya bapatua keliru kalau hanya berkunjung ke Manggarai Barat. Keliru bapatua, keliru!
Tapi kalau bapatua ke Manggarai Barat karena di Lembor sawahnya luas, kami menyerah bapatua. Kami tidak punya banyak beras sebagai oleh-oleh bapatua pulang Jakarta.
Salam buat Ibu Iriana, Mas Kaesang, Mas Gibran dan Jan Ethes ew bapatua. Muachhhhh.
Penulis : Popind Davianus|Tua Golo|
Dear tabeite.com webmaster, Thanks for the well-researched and well-written post!