Alfred Bedtas: Kebaikan Jangan Putus di Sini

1

Alfred saat menyerahkan sumbangan ke salah satu keluarga di Manggarai Timur.

Loading


Itok Aman | Redaksi

Pemuda yang ramah dan dermawan itu bernama lengkap Eduardus Geovany Betas, akrab disapa Alfred Betas. Di kalangan keluarga dan orang-orang di kampung asalnya, Watunggong, pengusaha muda itu disapa Elfrid Betas.

Alfred lahir di Watunggong pada 12 Juni 1996. Pada tanggal 12 Juni 2022, usianya akan memasuki 26 tahun. Usia yang terbilang sudah ideal meminang seorang gadis, bukan? Ehm! Bukan soal asmara yang kali ini penulis narasikan tentang sosok anak muda yang satu ini, melainkan sisi humanis dan kepedulian pada orang-orang di sekitarnya.

Setelah menamatkan pendidikan menengah pada salah satu sekolah kejuruan di Ruteng, Manggarai pada 2015 silam, Alfred memutuskan untuk memulai kariernya menjadi seorang pramuwisata di Labuan Bajo, kota wisata premium yang sedang menjadi incaran para wisatawan lokal dan mancanegara pasca pandemi ini.

Meski usianya baru memasuki kepala dua, Alfred sudah terbiasa berbagi sedikit per sedikit dari hasil karyanya kepada orang-orang yang menurut Alfred, membutuhkan bantuan. Bukan hanya sekali dua kali, namun sudah sering ia lakukan kegiatan sosial itu.

Menurut Alfred, bukan karena ia sedang berkecukupan, tetapi karena kepedulian yang tergerak dari dalam hatinya melihat keprihatinan orang-orang yang tengah membutuhkan bantuan yang membuatnya tulus berbagi. Bagian ini, tidak semua orang bisa lakukan! Hanya ada segelintir orang yang mempunyai kepedulian terhadap sesama seperti yang Alfred lakukan. Untuk itu, penulis “angkat topi” pada anak muda yang satu ini.

Mendengar dan turut menyaksikan langsung beberapa kali kegiatan Alfred saat mengunjungi rumah warga yang di mana, ia datang berbagi rejeki pada keluarga itu, belum pernah tak tepat sasar. Selalu saja Alfred mendatangi orang-orang yang tepat. Mulai dari keluarga yang rumahnya tak layak huni, penyandang disabilitas, pasien yang terkendala biaya pengobatan, hingga orang dengan gangguan jiwa. Yang bisa dijangkaunya, ia datangi. Ia bagi sedikit dari rejekinya.

Sepenggal kalimat yang membuat hati saya tersentuh ketika melempar sebuah pertanyaan nyeleneh ke Alfred, “Mengapa Anda mau melakukan hal ini, Anak Muda?”

Dia menjawab dengan senyumnya yang khas, dengan giginya yang rapi tanpa dirapikan behel itu, “Apa yang saya miliki ini bukan sepenuhnya milik saya, tetapi anugerah dari Tuhan untuk saudara-saudara ini yang dititipkan lewat saya.”

Mulia bukan main hati anak muda yang satu ini, pikir saya dalam kepala.

Ia pun menambahkan, harta bukan satu-satunya barometer kebahagiaan seseorang, tetapi cinta yang tulus datang dari hati yang luas ialah jalan masuk menuju kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan batin saat seseorang tersenyum ketika ditolong, kebahagiaan hati saat menyaksikan seseorang pulih dari penderitaannya. Sekali lagi, anak muda! Saya “angkat topi” untuk Anda.

Alfred tentu bukan politisi, bahkan tak berniat untuk terjun ke dunia politik praktis. Sebab kebaikan yang Alfred bangun selama ini, bukan hanya di kecamatannya yang notabene adalah Dapil beliau. Tapi kebaikan yang Alfred tebar sudah menyebar di pelosok-pelosok daerah, di sudut-sudut tempat, juga tentu di hati orang-orang yang menerima, merasakan, dan menyaksikannya.

Alfred, bukan seperti beberapa politisi yang hanya berbuat baik di Dapil-nya saja, dan berbuat baik satu dua tahun sebelum Pemilu digelar. Alfred bukan seperti beberapa politisi yang berbuat baik untuk pencitraan hanya untuk memenangkan suara rakyat. Tetapi Alfred adalah anak muda yang sudah sejak awal memenangkan hati dan doa dari orang-orang yang menerima, merasakan, dan menyaksikan kebaikan apa yang ia bagi.

Satu hal paling penting yang muncul dalam benak saya saat menulis ini, mungkin sama dengan harapan  dalam hati Alfred; semoga Alfred adalah seseorang yang datang mengetuk pintu hati banyak orang di luar sana, yang sebetulnya mampu untuk berbagi pada orang-orang yang membutuhkan di dunia ini

 Selain itu, kepada tuan-tuan pemerintah yang dipercayakan rakyat untuk memiliki kebijakan mengatur daerah hingga negara ini, perlahan bangkit kesadaran dalam diri mereka, bahwa kebaikan itu tidak boleh berakhir dan mati.

Di sisi lain, manusiawi jika masih ada Homo Homini Lupus, tetapi setidaknya tidak musnah Homo Homini Socius dalam kehidupan di dunia yang fana aduhai ini.

Hari ini, kita melihat dalam diri Alfred seraya menyimpulkan bahwa ternyata masih ada orang baik yang Tuhan ciptakan di antara kita. Besok, semoga melalui Alfred, kita menjadi “Alfred” yang lain, menjadi berkat dan cinta bagi sesama, agar menjadi nyatalah kebaikan itu tidak berakhir di tangan kita, tidak mati di tangan orang terakhir.

Tidak sampai seminggu setelah tulisan ini dimuat, Alfred baru memasuki usia ke 26 tahun. Usia yang masih sangat muda namun mapan dan matang secara pikiran dan tanggung jawab, memiliki kepedulian dan cinta yang luas untuk orang-orang yang membutuhkan. Termasuk, mungkin kau (gadis manis yang masih berstatus jomlo saat membaca tulisan ini), kau satu-satunya yang dibutuhkan Alfred untuk menjadi pendamping hidupnya kelak. Menemaninya untuk berbagi cerita dan cinta, berbagi kasih pada banyak orang di luar sana. Semoga benar-benar kau. Maka bahagialah kau, siapa pun kau yang suatu hari nanti dipinang Alfred menjadi pendamping hidupnya.

Panjang umur, Alfred. Agar kebaikan yang sudah tertanam dalam hati Anda itu makin lama bertahan lama di muka bumi ini. Sebagai tanda hormat saya pada Anda, sekali lagi sambil membungkuk; saya “angkat topi” untuk Anda, panutan!

1 thought on “Alfred Bedtas: Kebaikan Jangan Putus di Sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *