Alternasi Fungsi; Setrika Arang dan Sampai Mobil Dinas yang Salah Guna

Loading


Pada saat-saat tertentu dalam hidup, tanpa disadari, kita seperti diajak waktu untuk kembali ‘pulang’ pada kenangan. Entah itu yang dinamakan rindu atau sebatas nostalgia. Seperti pergeseran waktu, demikian dinamika kulturasi dan tradisi dalam hidup selalu memiliki pergeseran dengan cerita dan cita rasa yang berbeda. Begitu cara ingatan bekerja, berputar namun tidak bergerak.

Demikian pula halnya setrika arang yang menjadi sebuah alternasi fungsi sebagai alat catok rambut dalam keadaan dan situasi  terdesak bagi kaum perempuan berambut tebal dan keriting. Bahkan yang berambut lurus sekalipun (jika merasa perlu). Alat catok dari setrika arang yang hemat biaya dan lumayan menyita waktu mulai pada proses pengumpulan arang dari kayu bakar hingga proses pemanasan setrika namun dinilai lebih mudah dan praktis apabila mencatok rambut dengan menggunakan alat catok yang membutuhkan arus listrik agar bisa digunakan.

Setrika arang boleh saja menjadi barang antik di daerah-daerah tertentu. Sebab mungkin terlihat kuno dan tidak digunakan lagi. Namun di daerah-daerah yang notabene kehadiran listrik belum merata, listrik yang hanya bayangan-bayangan sinar dalam kepala di hadapan kenyataan yang gelap. Setrika ini masih ada dan tetap terkesan modern-klasik bahkan diperebutkan para tetangga pada saat pesta-pesta atau acara besar dadakan dalam kampung dan kampung-kampung sekitarnya.

Pada zaman-zaman listrik belum tersebar ke kota-kota kecil di pulau-pulau pedalaman, apalagi alat catok yang beredar belasan tahun terakhir di Indonesia ini. Seringkali wanita melakukan banyak cara untuk mendapatkan penampilan sempurna agar terlihat menarik lawan jenisnya. Meskipun terkadang mereka tahu risiko yang dapat mengancam keselamatan mereka, luka bakar pada wajah dan kulit kepala, botak, bahkan sampai bedah plastik jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Batal sudah ikut pesta. Risiko-risiko besar ini diabaikan hanya untuk mencapai keinginan rambut lurus (biar seketika saja).

Tak ada rotan, akar pun jadi. Tak ada alat catok, setrika arang pun jadi. Meluruskan rambut bukan memakai alat catokan, mereka pilih pakai setrika baju yang bisa Anda bayangkan rasanya jika terkena tubuh. Lurus ya, bencana bisa jadi.

Demikian adalah satu di antara deretan aksi nekat para perempuan hanya demi untuk mendapatkan rambut lurus menawan, mereka rela pakai setrikaan baju dengan tingkat panas yang luar biasa, yang derajatnya tidak pernah dihitung. Selain menegangkan, aksi ini sekaligus menciptakan gelak tawa bagi yang melihat bahkan yang pernah secara langsung melakukannya.

Di beberapa daerah, praktik menyetrika rambut dengan setrikaan pakaian ini masih acap kali dipraktikkan. Bilamana saat ingin berpenampilan menawan dengan rambut yang rapi namun alat catok listrik ada tapi pada saat ingin mencatok tiba-tiba listrik padam, setrika pakaian adalah jalan keluar yang paling praktis dan mudah. Tinggal bakar kayu api hingga menghasilkan arang yang super panas lalu diisi dalam kotak setrika yang telah disediakan khusus untuk arang (bukan tangan pemakai) lalu dipanaskan dan kemudian setrika pakaian berubah menjadi setrika rambut atau alat catok saat rambut menjadi objek setrika panas itu.

Anda bisa bayangkan setrika arang bila tertiup angin kencang maka arang dalam setrika akan menyalakan api. Apa kabar rambut? Bagaimana penampilan di sebuah acara yang sedang dituju?

Saya belum menemukan apa istilah yang tepat untuk pergeseran fungsi sebuah objek dari fungsi aslinya. Maka saya menyebutnya alternasi fungsi. Sebagai contoh; jendela kamar berfungsi agar oksigen dari tumbuh-tumbuhan samping rumah bisa keluar masuk dengan leluasa dan bertukar dengan karbondioksida yang dihembus bersama keluh dari bibir Anda-anda yang terbiasa merawat kenang dan lara. Haisss, apa-apaan ini, ah! Namun pada saat tertentu semisal ketika You pacaran dan hubungan kalian tidak direstui orangtua, You apakan itu jendela kalau bukan jadi pintu?

Dan, masih banyak contoh lain yang berkaitan dengan alternasi fungsi sebuah objek yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Atau juga misalnya Oto Dinas plat merah yang seharusnya digunakan untuk urusan pemerintahan sebagaimana fungsinya inventaris pemerintah. Namun sering dipakai untuk angkut air, barang-barang pribadi juga makanan anjing-babi-binatang pegawai dinas pemegang inventaris. Yang ini bukan hanya alternasi fungsi tapi tepatnya penyelewengan kekuasaan. Maka, izinkan saya teriak di jalan sambil ikat kain merah putih di kepala, sepanduk di tangan kiri, mekrovon di tangan kanan, sambel tareak sampe bibi busah, tenggorokan kering, gigi pecah-pecah, abu naek; Cabut Jabatan Pelaku KKN. Hapus KKN. Adili pelakunya. MERDEKA…!!!! misalnya, demikian.

Pada situasi tertentu juga, bukan hanya cinta yang kita raih dengan menghalalkan segala cara sebagai alternasi fungsi sebuah objek. Meluruskan rambut dalam tenggang waktu 4-5 jam pada sebuah acara adalah bentuk lain dari alternasi fungsi sebuah objek itu juga. Yang lebih parahnya lagi, sudah setrika rambut sampe lurus (yang lurusnya lebih mengarah ke tegang) kemudian lompat lewat jendela, ketemu pacar di gang, kemudian sama-sama ke tempat pesta. Siooo Mama eeeh…..!!!!

Namun pada intinya, nilai positif dari pergeseran fungsi sebuah objek adalah bagian dari kreatifitas cara berpikir, laksana pemahat yang mengukir kayu kering menjadi sebuah patung. Kalau kayu itu di tangan seseorang yang tidak tahu memahatnya, bisa saja dijadikannya sebagai kayu bakar. Kalau di tangan pemalas, apa jadinya? Ia hanya sebatang kayu kering yang dibiarkan tergeletak begitu saja.

Terima kasih, setrika arang. Setidaknya, dengan belum masuknya listrik di pelosok-pelosok Endonesa Timur, Mama-mama kami bisa lebih kreatif dan inovatif untuk meluruskan rambut mereka pada setiap acara. Tanpa takut setrum, tanpa peduli kulit kepala dicolek arang. Ehmmm… Panjang umur setrika arang. Panjang sabar ya kalian yang belum kebagian listrik.

Dan kemudian, apakah mengolah sampah (baca: daur ulang) agar bisa digunakan lagi juga layak disebut alternasi fungsi? Mari kita bertanya pada pegawai pemerintahan yang salah gunakan mobil dinas.

Salam!

Penulis : Itok Aman|Tua Panga|

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *