Bukan Oktober Bermuram Durja, Perceraian Lesti Patut Dijadikan Contoh

Sebelum kejadian. Sumber Gambar: https://tasikmalaya.pikiran-rakyat.com/
Firan Tani | Redaksi
Maraknya pemberitaan tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami salah satu pedangdut muda yang digemari sebagian besar emak-emak Indonesia membuat saya berulang kali menggelengkan kepala.
Sejak 1 Oktober kemarin, beranda sosial media dipenuhi oleh postingan yang berlomba-lomba membuat ‘caption’ paling sedih. Tidak lupa ‘emoticon’ berlinang air mata sebagai tanda turut perihatin atas kandasnya cinta sang biduan bersama pasangannya itu.
Lesty Kejora dan Rizky Billar, resmi menikah secara hukum pada Kamis, 19 Agustus 2021. Setahun setelah pernikahan, mereka dikaruniai seorang anak yang kemudian dinamai Muhammad Leslar Al-fatih Billar.
Karena keromantisan yang selalu diumbar, banyak orang mengidamkan hubungan mereka, tanpa menyadari bahwa postingan itu adalah tempat mereka mencari nafkah. Dari konten bermesraan itu mereka menerima upah.
Goal relationship yang nyaris dibilang sempurna itu nyatanya hanya seumur jagung. Alih-alih suka dengan kemesraan pasangan muda ini, saya justru merasa muak ketika melihat bagaimana Lesty bermanja-manja di lengan suaminya ketika konten mereka tak henti-hentinya berseliweran di media sosial.
Awalnya saya sering kali merasa dengki hingga begitu tak sukanya melihat sekilas bagaimana pasangan itu berbagi kasih di media sosial. Akan tetapi, pikiran itu saya singkirkan sangat jauh dari benak saya sebab saya sendiri memiliki banyak tokoh yang dijadikan inpirasi mengenai hubungan. Sebut saja Bapak B. J. Habibi dan pasangan, Bapak SBY dan pasangan, Kakak Itok Aman dan pasangan, yang lebih memperlihatkan ketulusan dibanding Lesti dan pasangan yang terlihat norak dan terkesan dibuat-buat.
Namun, kali ini ada pelajaran yang bisa saya ambil. Saya mencoba membaca semua artikelnya dan bahkan menunggu kelanjutan berita yang masih simpang siur itu.
Meski belum ada konfirmasi dari kedua belah pihak, saya salut pada masyarakat yang begitu antusias membuat video pendek agar tak ada lagi kasus serupa di dalam rumah tangga masyarakat Indonesia. Banyak yang menjelaskan bagaimana seharusnya perempuan dicintai dengan lembut dan dihargai dengan tulus.
Kesampingkan saja soal statusnya yang seorang artis, lihat bagaimana pengaruh hubungan pernikahannya yang kacau, lihat sisi positif yang ditimbulkan.
Kalau kita melihat apa yang dipertontonkan oleh mereka di media sosial atau televisi, seharusnya sudah sejak lama kita menyadari bahwa mereka sebenarnya hanyalah orang-orang tak berbobot yang numpang tenar tanpa talenta. Yah, meskipun Lesti adalah penyanyi berbakat jebolan Dangdut Academy I, apa yang dia tampilkan di jagat maya malahan berisi hal-hal yang kurang berbobot. Mengingat sekarang yang dijadikan contoh bukan lagi seseorang yang cerdas dan kreatif melainkan seseorang yang cakap membuat masalah hingga viral.
Berbanding sangat jauh dengan tontonan di tahun 2000-an, mungkin saja lima atau sepuluh tahun lagi jika tidak segera diubah balita saat ini akan tumbuh menjadi orang tolol yang demi ketenaran rela melakukan apa pun.
Media digital begitu berpengaruh. Orang-orang dengan ribuan follower yang saat ini didengar. Jika mereka mempertontonkan hal bodoh maka bukan tidak mungkin berlaku hal yang sama pada generasi kita ke depannya.
Rasa turut prihatin ada jauh di lubuk hati yang terdalam, tapi setidaknya ada kepuasan tersendiri saat tahu hubungan itu berakhir kandas. Setelah ini Lesti tak perlu berpura-pura tersenyum. Ia boleh tertawa lepas bahkan loncat kegirangan karena job manggungnya akan semakin banyak, meski ia harus kehilangan cinta palsunya yang dibilang tampan rupawan itu.
Saya pun akan bernapas lega dan kembali meng-unfollow dirinya saat lelaki berotot namun tak berotak itu berada di balik jeruji besi agar jemari ini tak lagi ikut campur mengenai kehidupannya.