Cerita di Balik Berdirinya Tabeite|Sesi 3

Redaksi
Krisan Roman
______________________________________________________________________________
Tabeite.com resmi beroperasi selama satu bulan semenjak pertama kali didirikan oleh tiga jomlo imut-imut; Popind Davianus, Erik Jumpar dan Itok Aman. Dapur redaksi juga semakin ramai dengan bergabungnya beberapa penulis muda seperti Osth Junas, Donny Djematu, Mita Barung, Ican Priyatno, Anno Susabun, dan Im Kartini. Setelah sebulan bikin klepek-klepek netizen Manggarai dengan tulisan-tulisannya yang “beda”, para redaktur Tabeite.com akhirnya sepakat untuk membuat satu grup whatsapp cadangan yang diberi nama “Keluarga Tabeite”. Grup baru tersebut beranggotakan muda-mudi dari berbagai kecamatan di Manggarai Timur dan bertujuan menyaring talenta-talenta muda dengan kriteria tertentu untuk diajak bergabung mengisi dapur redaksi yang dirasa masih memerlukan anggota.
12 Mei 2019, saat sedang merenungi nasib seperti biasanya sebelum tidur, ada seseorang yang menelepon menggunakan nomor yang tidak terdaftar di kontak hp saya. Setelah bicara beberapa kalimat, ia memperkenalkan diri dan memberitahu keperluannya. Bukan mantan kekasih yang pergi ketika saya lagi sayang-sayangnya. Orang itu adalah Popind Davianus, tuagolo Tabeite.com yang namanya sudah eksis sejak lama melalui beberapa karya baik tulisan maupun lagu. Popind berniat mengajak saya bergabung di grup “Keluarga Tabeite” yang baru saja mereka bentuk. Kalau ada yang bertanya kenapa Popind mengajak saya, jawaban pastinya saya tidak tahu. Namun kalau boleh saya menebak, beliau punya niat seperti itu lantaran saya kerap bacot di fesbuk atau bisa juga karena iseng saja. Terlepas dari apapun alasannya, saya bangga dihubungi dan diajak langsung oleh pimpinan redaksi yang tidak ganteng-ganteng amat ini walaupun hanya untuk mengisi grup cadangan.
Gayung bersambut, saya dengan senang hati menyetujui ajakan Popind. Bagaimana tidak, sejak kelahirannya di bulan sebelumnya, Tabeite.com sangat popular di beranda fesbuk, tempat saya bacot itu. Hampir semua orang membagikan dan membicarakan artikel-artikelnya yang lucu dan menarik. Pokoknya beda dengan media-media yang berseliweran di fesbuk waktu itu. Tanpa menunggu lama, setelah memastikan kalau saya setuju, Im Kartini, admin Keluarga Tabeite menambahkan saya sebagai anggota grup yang artinya saya resmi bergabung dan menjadi anggota tabeite “cadangan”. Rencana saya untuk tidur seketika menjadi pudar. Saya terlampau gembira sehingga menghabiskan malam itu dengan membaca artikel-artikel di media keren ini dengan jantung yang terus berdegup kencang. Masuk tabeite seperti sedang jatuh cinta. Sungguh mati, Kes.
Tiga hari setelahnya, dengan niat yang membara serta rasa malu yang sudah dikesampingkan, saya mengirim artikel pertama. Puji Tuhan, artikel tersebut lolos seleksi redaksi. Tulisan receh dengan judul “Di dalam Kopi Racikan Lopo di Elar Ada Toleransi” menjadi artikel pertama saya di dunia yang juga dimuat oleh media paling keren di dunia. Artikel tersebut juga membuat saya ketagihan menulis. Seminggu berselang, artikel saya yang ke dua kembali dimuat Tabeite.com. Atas dasar semangat yang menggebu-gebu itulah tim redaksi kemudian memutuskan untuk memasukkan saya ke grup yang lebih istimewa; dapur redaksi tabeite. Kalau Popind sebelum Tabeite adalah manusia yang gagal seleksi Kumparan, maka saya kebalikannya di Tabeite. Jangan salah, hanya beberapa orang dari grup cadangan yang bisa lolos untuk bergabung dengan para redaktur di dapur redaksi. Tidak semua, tapi Puji Tuhan (lagi) saya lolos. Ah, tapi sama saja, toh seleksinya diadakan oleh orang gagal seleksi. Hiks
Perjalanan saya menjadi redaktur Tabeite.com dimulai pada akhir bulan Mei 2019. Saya yang merasa diri tidak punya keistimewaan awalnya canggung berada di tengah orang-orang hebat Manggarai Timur. Sebut saja Erik Jumpar, blogger yang sudah bertahun-tahun berkecimpung di dunia literasi, Itok Aman seorang stand up comedian yang juga telah menulis dua buku berjudul Virabel Nostrum (2018) dan Candrama & Arunika (2019) — sekarang masih merampungkan dua naskah lain untuk buku humor dan novel barunya, — serta Popind Davianus dan personil lain yang tulisannya keren-keren. Namun ternyata dari sanalah saya belajar dan mendapat banyak ilmu. Teman-teman baru seperti Osth Junas, Im Kartini, Anno Susabun, Dhony Djematu, Waldus Budiman juga membantu saya mengembangkan kemampuan yang receh ini. Walau hanya bertemu di whatsapp group, saya merasa nyaman berteman dengan pasukan redaksi yang ternyata sangat welkom semua mai.
Setahun berlalu, kini Tabeite.com sampai pada usianya yang ke satu tahun. Sejauh ini, banyak sekali kenangan yang sudah dilalui. Mulai dari gembira, sedih, marah, kecewa, dan kenangan-kenangan lainnya. Dalam setahun ini pun sudah banyak yang datang. Ada yang nyaman, ada yang sayang, namun ada beberapa dari kami yang harus pergi. Kehidupan memang begitu, bukan? Barangkali usia ke satu terbilang belum ada apa-apanya. Masih cetek, masih muda dan masih banyak yang harus dibenah. Tapi sejauh ini, saya, bahkan kami merasa puas. Sangat puas. Bertahan sampai hitungan tahun adalah pencapaian yang tidak mudah bagi suatu kelompok yang hanya bertemu di chattroom whatsapp group, tanpa gaji pula. Tekad kami hanya satu, memajukan literasi Manggarai Timur khususnya dan NTT pada umumnya. Kami mau daerah ini lebih dikenal walau hanya dengan tulisan yang bisa kami tulis. Pun kami mau, generasi dari daerah kami punya minat baca yang tinggi. Cita-cita yang terbilang sederhana namun tidak mudah dalam pelaksanaannya.
Akhirnya, semoga Tabeite.com tetap hidup untuk usia yang lebih lama. Semoga hal-hal baik yang sedang Tabeite.com perjuangkan akan segera membuahkan hasil yang memuaskan. Semoga kerja baik Tabeite.com akan dibalas oleh Tuhan dan tuan-tuan serta puan-puan. Selamat ulang tahun Tabeite.com, rumah kita.