Cerita di Balik Berdirinya Tabeite|Sesi 5

Redaksi
Im Kartini
______________________________________________________________________________
Dua hari terakhir ini, saya mulai bosan dengan media tidak penting yang bernama tabeite.com itu.
Rasa bosan saya bukannya tak beralasan. Alasannya begini, saya heran media kebanggan saya ini macam kekuarangan bahan tulisan saja. ‘Kisah di balik berdirinya Tabeite.com’ sesi 1, sesi 2, sesi 3, sesi 4. Apaan sih, sudah macam drakor aja deh.
Jangan salah guys, kebosanan saya terjadi jika hanya baca judul saja, seperti kebanyakan mental pembaca negeri +62. Tak mau dicap mental baca judul, saya baca satu per satu setiap sesinya. Oh my God, apaan ini, Roma? Redaktur kurang ajar menuangkan kisah dibalik berdirinya tabeite.com dengan berbagai versi namun sungguh menarik. Eh, saking kerennya saya tergoda untuk menulis versi saya. Cekidot….!!!
Saya bukan termasuk anggota pendiri tabeite.com guys, saya tidak masuk dalam geng inti seperti Popind Davianus, Itok Aman, Erik Jumpar, dkk. Saya bergabung setelah tabeite berjalan selama 4 bulan. Saya bergabung pada bulan Agustus tahun 2018. Diajak oleh teman saya Mita Barung. Jangan tanya Mita Barung ini ke mana, ia menghilang ditelan bumi lantas menghuni sebuah kampung di pedalaman Manggarai Timur yang signalnya aduhai apa kabar-datang kapan? Eh, bercanda. Ia memilih pergi, namun tetap menjadi pembaca setia tabeite.com, bahkan tetap menjadi sahabat sejati tabeite.com. Ia pergi menyisakan luka dan tanya di hati saya. Kenapa dirimu ajak saya bergabung? Lalu kau memilih pergi? Sudahlah, petualangan saya dimulai. Mengapa saya sebut petualangan? Lebay sekali.
Sejak awal bergabung tabeite memiliki beberapa kaum hawa. Namun seiring berjalannya waktu karena satu dan lain hal, saya melihat di sekeliling tersisa saya yang terjebak di antara para lelaki. Ini cobaan? Atau godaan? Saya lebih sering menyebutnya cobaan. Iya cobaan, kalian bayangkan bertahan di antara para lelaki keren. Ini jujur, saya bilang keren. Sumpah! Mereka keren.
Oh ya, bocoran guys saya menyimpan rasa cinta pada salah satu teman redaktur. Penasaran? Sebelum saya kasih tahu, saya mau berbicara tentang suka duka saya bersama mereka.
Mulai dari dukanya dulu. Saya susah mencari dukanya. Mereka tidak pernah buat saya berduka. Saya merasa bahwa mereka memperlakukan saya seperti tuan putri. Dibuat bahagia setiap saat. Setiap pagi dikirimi puisi, valentine dikasih coklat, setiap bulan dikasih mawar. TAPI BOHONG. Yang terjadi setiap hari saya harus menyaksikan mereka menggila. Kadang saya jadi korban, guys. Benar, guys. Untungnya tentang suka yang saya alami bersama mereka lebih banyak, jadi dapat mengobati luka yang mereka buat.
Pertama, saya yang tidak tahu apa-apa tentang menulis, menjadi banyak tahu. Pertama mengirim tulisan, tulisan saya di hajar habis-habisan oleh mereka. Ini yang saya suka dan bikin betah. Mereka kalau mengajari orang totalitas, tidak ada yang pelit ilmu di sini. Issshh Tuhan, saya love sekali. Saya tahu saya banyak salah, saya banyak kekurangan, jadi mohon maaf saya sampaikan kepada rekan-rekan redaktur. Sialan! Pertama kali saya tunduk depan kalian. Sekali lagi moon maap, sayang-sayang eikeh.
Semoga media tabiete.com panjang umur, semakin sehat, semakin dicintai pembaca, dan jangan ada redaktur yang pergi lagi. Kalau pergi, semoga dengan alasan menikah. Amin.
Eh, mengenai siapa salah satu redaktur yang diam-diam saya cintai, ternyata salah guys. Tidak ada, tidak akan, dan tidak mungkin. Mereka semua lebih dari kekasih. Terima kasih.