Dari Kreditur Untuk Nasabah yang Suka Nunggak
Firan Tani|Redaktur
Salam berjumpa kembali nasabahku yang baik hati, rajin berdoa dan kadang-kadang menjengkelkan. Perjumpaan kita kali ini dalam ruangan online yang begitu luas jangkauannya menjadi sangat baik karena keluh dan kesah kami sebagai kreditur akan diketahui oleh banyak orang.
Nasabahku, utang uang tidak sama dengan utang budi. Uang itu memiliki bentuk fisik, ada nominalnya dan pemenuhan kebutuhan hidup manusia sangat bergantung pada uang. Kalau ada yang bilang, uang bukanlah segalanya. Ah, itu omong kosong. Nyatanya semua kita butuh uang pada segala lini kehidupan sebagai makhluk hidup bernama manusia.
Tentu saja uang itu tidak mudah didapatkan, bukan? Meminjam istilah kalian, bahwa mendapatkan uang tidak semudah membalikan telapak tangan. Betul itu! Maka, kehadiran pihak kreditur menjadi bagian penting dalam membantu masyarakat dalam mengembangkan modal usaha. Misi ini kadang-kadang menjadi tidak tepat sasaran ketika uang dipinjamkan untuk berjudi. Miris!
Tetapi penggunaan uang yang dipinjamkan nasabah adalah hak penuh nasabah itu sendiri. Sebagai kreditur, tugas kami hanya sebatas mengajak debitur menggunakan uang dengan bijak. Sampai di situ saja.
Nasabahku yang baik, hal paling penting dari semua itu sebetulnya soal tunggakan kalian. Perlu digarisbawahi bahwa “utang wajib dikembalikan sesuai dengan kesepakatan awal”. Orang yang bertanggung jawab biasanya mengembalikan utangnya tepat waktu. Sedangkan nasabah yang menunggu diingatkan adalah golongan nasabah yang lupa diri. Sudah berutang, pura-pura lupa angsuran. Apa-apan ini?
Pada tingkatan paling parah, ada nasabah alias debitur yang tidak tahu diri. Tipe ini sepertinya penggemar lagu “Seribu Alasan-Zaskia Gotik”. Sudah diingatkan, ditegur bahkan dikejar tapi tetap saja lalai dan masa bodoh. Cinta badara, jangan sengaja menghilang agar dikejar. Pahami bahwa kreditur dan debitur bukan sinetron Indosiar yang banyak adegan kejar-kejaran sepasang kekasihnya itu.
Nasabahku yang baik, di hari jatu tempo, saat pegawai koperasi muncul dari kejauhan, tolong jangan pura-pura menutup pintu dan menyuruh anak-anak memberitahu kami bahwa kalian sedang berkebun. Bukankah berbohong itu dosa menurut ajaran agama kita masing-masing?
Pernah kejadian, seorang anak kecil beritahu kami bahwa orangtuanya sedang berkebun jauh. Tetapi di kolong pintu, terlihat jari kaki orangtua, serentak salah satu dari teman kami berkata, “Ade, bilang sama bapak, kalau berkebun jangan lupa kakinya dibawa serta”.
Nasabahku yang baik, rajin berdoa dan kadang-kadang menjengkelkan, satu hal lagi yang perlu kalian perhatikan. Saat pegawai koperasi datang ke rumah menagih utang, plis tidak usah curhat di media sosial. Bukankah sudah kewajiban kalian melunaskan utang yang dipinjam. Jangan mewek di media sosial dan jangan bikin diri bahwa seolah-olah kami datang untuk memeras kalian. Tidak! Bukankah kalian yang awalnya datang menemui kami dan mengajukan pinjaman? Sekali lagi, plis jangan curhat di media sosial apalagi playing victim.
Eh Bai de wei, kalian yang baca sudah melunasi pinjaman belum?