Dari Puncak Villa Mbohang, Saya Meyakini Tuhan Adil Terhadap Alam Manggarai

2

Loading


Popind Davianus|Redaksi

Langit masih cerah saat kami tiba di Villa Mbohang. Jalan mendaki, berlubang dan sempit terbayar sudah ketika mobil kami memasuki parkiran villa. Alam yang membentang sepanjang mata memandang memberi kami nuansa kebahagiaan. Senyum semringah pun jatuh bersamaan dari ketiga teman perjalanan saya.

“Syukur cuaca hari ini cerah, biasanya jam begini tempat ini sudah dipenuhi awan,” cetus Itok Oferus, teman saya yang mengaku dirinya AKAMSI alias anak kampung sini.

Kami berempat lalu mendekati penjaga villa, Sutriana dan Elenora lebih dulu mendekati pelayan wanita di situ, sedangkan saya dan Itok mencari cara bagaimana membawa botol bir masuk ke lokasi villa. Saat kami kebingungan mencari kantong plastik, kedua wanita yang lebih dulu tadi menyahut, “ssttt, bro minumannya boleh dibawa masuk”. Kami pun kegirangan. Bagi saya dan Itok, obat terbaik melawan dingin di Puncak Villa Mbohang hanya minuman beralkohol.

Kami berempat lalu menyusuri anak tangga menuju puncak paling tinggi dari villa tersebut. Elenora yang berat badannya melampaui kami bertiga menjadi orang yang paling cepat kelelahan. Sedangkan Itok yang membangga-banggakan status anak kampung sini menjadi yang paling cepat tiba di puncak. Ia terlihat seperti seorang pemandu wisata yang dalam enam bulan terakhir belum mendapatkan satu pun tamu.

Setiba di puncak, ketiga teman saya sibuk berswafoto. Saya mengambil tempat duduk yang terbuat dari kulit kayu yang juga dilengkapi dengan mejanya,  lalu penuh bahagia menyaksikan alam di sekitar. Di sisi timur saya menikmati panorama Sawah Lodok yang baru saja panen. Di belakang sawah terdapat kampung Maras, Rentung, Mangga Luwa dan Golo Worok yang berdampingan di antara bukit. Kampung yang saling berderet itu seperti alam di Brazil yang saya tonton di acara televisi.  

Villa yang kami datangi hari ini nama sebenarnya Villa Alam Flores, letaknya di Golo Mbohang, Desa Bangka Lelak, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai. Namun, kebanyakan orang lebih akrab menyebutnya Villa Mbohang. Saya lebih menyukai sebutan Villa Mbohang, sebab lebih singkat diucap. Selain itu, nama Villa Mbohang menyematkan Mbohang sebagai wilayah yang jarang orang ketahui. Dengan adanya villa dan suguhan alam dari sebuah bukit yang indah, paling tidak nama Mbohang menjadi akrab di bibir dan telinga masyarakat.

Saat hampir satu jam kami berada di Villa Mbohang, pengunjung masih seperti saat awal kami datang. Sepi dan tenang, itulah suasana yang kami dapat. Hanya ada satu pasang kekasih yang sedang bermesraan, ditambah dua orang pekerja yang sedang sibuk menganyam bambu untuk dijadikan kursi. Sebagai manusia dengan sedikit kesibukan pekerjaan, ketenangan yang saya peroleh di Villa Mbohang seperti sebuah kehidupan baru. Kehidupan yang melupakan saya pada hal-hal duniawi.

Villa Mbohang atau yang sebenarnya bernama Villa Alam Flores itu tidak sekadar menjual pemandangan, mereka juga menyediakan wahana bermain seperti fliyng fox untuk pengunjung yang hendak meningkatkan kemampuan menghilangkan rasa takut. Ada pula area motor cross,  bersepeda bahkan disediakan mobil offroad bagi yang suka menyetir di jalan alam tanpa aspal. Selain itu, tersedia  fasilitas penginapan berupa 15 unit kamar tidur. 8 kamar dengan fasilitas double room, sisanya 7 kamar single room. Masalah harga dijamin terjangkau.

Walau hari ini saya baru pertama kali menginjak Villa Mbohang,  tapi saya meyakini bahwa hamparan alam yang indah sejauh mata memandang adalah bukti bahwa Tuhan adil terhadap alam Manggarai dan segala isinya.

2 thoughts on “Dari Puncak Villa Mbohang, Saya Meyakini Tuhan Adil Terhadap Alam Manggarai

Tinggalkan Balasan ke Katarina Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *