Nana Manggarai; Mari Ikhlaskan Belis Mahal

Jika calon istri Anda adalah perempuan Manggarai yang sekolahnya tinggi, dan belisnya mahal, jangan protes. Ingat, dia menuntut ilmu demi bangsa, negara dan kamu. Uhuy……..
Menikah adalah impian hampir semua manusia di dunia yang amat fana ini. Sebagai laki-laki Manggarai, sebelum menikah, kewajiban kita adalah menyanggupi belis alias maskawin yang ditawarkan pihak perempuan.
Melihat realitas belis di Manggarai yang semakin melambung jauh terbang tinggi ini, membuat laki-laki tepok jidat. Klimaksnya, tidak sedikit laki-laki bertandang ke markas perempuan yang jauh dari Manggarai. Ada yang menikahi mba Jawa, mace Papua, jeng Sulawesi, bahkan nona Flores Timur yang belisnya menggunakan gading gajah itu, hadeehh.
Masalah belis di Manggarai sedang dalam perdebatan yang panjang. Tidak sedikit kaum yang mengkritik, bahwa tradisi turun temurun ini telah bergeser makna, dari yang awalnya sebagai penghormatan kepada kaum perempuan, bergeser menjadi ladang mendapatkan keuntungan ekonomi. Menariknya, belis sudah disekat-sekat sesuai tingkatan pendidikan si perempuan. Bunyi pasalnya kurang lebih begini; Semakin Tinggi Tingkat Pendidikan Perempuan, Semakin Besar Pula Permintaan Belisnya. Walau tidak semua sih.
Lalu di mana posisi saya, pro atau kontra, bodoh amat, saya bukan tua golo alias kepala suku alias kepala adat.
Begini bapak, ibu, saudara/i pembaca tabeite.com yang budiman. Sebagai laki-laki dengan pacar seorang bidan di desa Haju Ngendong yang jalannya jelek itu, saya tidak protes, jika suatu hari nanti pihak keluarga perempuan meminta belis yang mahal kepada saya. Tarulah, 80 juta, ditambah 5 ekor sapi, 2 ekor kerbau, 10 ekor ayam, Dan 1 ekor monyet jika diperlukan. Sekali lagi, saya tidak protes. karena perempuan itu manusia yang patut disayang, mulai dari kuku kaki sampai ujung rambutnya.
Menyanggupi belis adalah bukti bahwa Anda laki-laki yang telah berkorban dan yang telah berjuang. Laki-laki telah dikodratkan sebagai manusia yang lebih kuat dari perempuan, termasuk kuat dalam membayar belis.
Ketika belis disekat oleh tingkat pendidikan, ITU SAH. Bukan berarti saya mendiskriminasi perempuan yang tidak punya kesempatan sekolah yah, bukan. Kalau sekolahnya tinggi dan belisnya mahal, sanggupin dong. Tanya bapaknya, berapa jumlah biaya pendidikan mulai dari anaknya TK sampai tingkat pendidikan terakhir.
Kalau anaknya kuliah di seberang lautan, tanya berapa biaya kos-kosannya, berapa tagihan PLN per bulan, berapa uang makan plus jajannya, berapa biaya transport dari kos ke kampus, berapa uang foto copy dan yang tidak kalah penting berapa biaya perawatan kecantikannya. Omong kosong kalau ada laki-laki yang mencintai perempuan bukan karena raut wajahnya. Bagi laki-laki kan yang penting cantik dulu, sifat urusan belakangan dan masih bisa ditolerir.
Intinya sebelum bapa mantu mengetuk palu terkait jumlah belis yang akan diminta, berlakulah seolah-olah anda pegawai BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), cari tahu pengeluaran calon bapak mantu anda untuk anak kesayangannya itu. Nah suatu hari, jika permintaan belisnya melebihi jumlah pengeluaran yang telah anda audit, negosiasilah sebisa mungkin. Di sini anda harus belajar teori negosiasi prinsip dan komunikasi interpersonal.
Kenapa perempuan yang tingkat pendidikannya tinggi, belisnya mahal? yah karena kuliahnya juga susah, harus jatuh bangun mengejar ilmu demi nusa dan bangsa. Jika dia S1, hitunglah selama 4 tahun, kalau tepat waktu yah, berapa kali dia bolak balik dari kos ke kampus, cape tahu. Saat tugas kampus menumpuk dia mesti begadang sampai lupa tidur dan makan. Tapi tidak sampai lupa kamu. Belum lagi kalau di kampus kena bully, perasaan taruhannya. Saat waktunya skripsi, dia pasti menangis terseduh-seduh kalau coretan dosenya banyak.
Bagian seriusnya, di kampus pasti banyak mantan-mantannya dia, tetapi rencana nikahnya sama kamu. Bukan kah itu kesetian perempuan yang patut dibayar dengan apapun ? Termasuk belis. Mikir.
Permintaan belis dari kaum perempuan sebetulanya elastis, tidak terikat. Kalau diminta 80 juta, panjar 20 juta terlebih dahulu, bisikan kepada tongka sisanya menyusul. Dilunasi saat kalian berdua sudah diangkat menjadi PNS. Kalau tak kunjung diangkat, nasib sial berpihak pada kalian. Jual tanah sana.
Tetapi jika anda tetap ngotot bahwa belis adalah tradisi yang terlalu berlebihan, saran saya, omong baik-baik kepada calon bapak mantu, bahwa setelah belis sebanyak itu dilunasi, hubungan keluarga yang berkaitan dengan sida jangan dibawah-bawah ke rumah tangga anda. Bila perlu sertakan berita acaranya, minta tandatangan orang satu kampung.
Apakah ke depan belis akan semakin naik mengikuti kurs dolar atau akan musnah dari bumi Manggarai ? Bodoh amat. Saya bukan tua golo alias kepala suku alias kepala adat.
Penulis : Popind Davianus
Bagaimana laki2 apakah tidak ada tanggungan hidup, persoalannya adalah Laki2 dan perempuan itu memiliki perasaan yg sama yg artinya suka sama suka, mau tidak mau jadi mreka memiliki hak yg sama pertnyaan adlh mengapa laki2 harus mengorbankan diri utk perempuan, kalau saya tidak Terima jika laki2 yg rela dn berkorban utk perempuan. Krna dsna tdk ada persamaan gender