Elar dan Rahmat Alam Bernama Mbeko Rasung

Edisi Redaksi |Penulis: Krisan Roman|
Hai semua, apa kabar? 2020 lumayan panas, im? Rasanya kita seolah makin dekat dengan Ramayana, eh Matahari, begitu. Semoga kalian semua baik-baik saja. Sudah lama kita tidak bertemu ni, saya juga sudah sekian purnama tidak menceritakan Elar ke kalian. Saya pikir sekarang adalah waktu yang tepat bagi ahli sembur rasung yang rupawan ini memperkenalkan harta karunnya kepada rakyat korban janji kampanye seperti kalian. Saya sadar bahwasannya tulisan ini jatuhnya akan buka kartu, tapi tidak apa-apa, demi kalian yang saya cintai, jangankan kartu, semuanya juga pasti saya buka kok kalau kalian mau. Muacch muacch.
Siapa yang tidak tahu Elar? Oke, maksud saya walaupun mungkin kalian belum pernah ke sana – ya iyalah, buat apa ke sana, kampung ju, hiks –– tapi pastinya kalian pernah dengar atau baca berita dan cerita-cerita tentang tempat ini to? Tentang akses ke sana yang teramat cuka ra’a misalnya, tentang sinyal hape yang lumayan brengsek, tentang listrik pemerintah yang enggan masuk, atau mungkin tentang sebagian wilayahnya yang beberapa waktu lalu oleh pemimpinnya yang cukup baik hati dan bijaksana dihibahkan ke kabupaten tetangga. Pernah to? Nah, tentu kalian juga tahu bahwasannya tempat ini adalah gudangnya rasung, dong?
Selain dikenal karena keterbelakangannya, bukan rahasia lagi kalau Elar juga dikenal karena dipercaya sebagai lumbung kekuatan alam bernama rasung. Tidak sedikit teman saya yang tidak mau saya ajak ke Elar lantaran takut rasung. Yang saya paham, rasung merupakan suatu sub kecil dari pokok keilmuan yang dikenal dengan nama mbeko. Jadi untuk sampai ke rasung, kita harus mengetahui mbeko terlebih dahulu. Berbelit-belit im? Sudah, baca saja. Mbeko merupakan suatu pokok keilmuan untuk mengendalikan alam (dalam hal ini termasuk kejadian, objek, orang, fenomena fisik) melalui cara mistik, paranormal atau orang yang memiliki kekuatan supranatural yang berisikan dua sub ilmu yang berlawanan yakni Rasung dan Rewos.
Rasung adalah ilmu jahat (bahasa dramanya “Golongan Hitam”) yang tentu saja dipakai untuk melangsungkan misi jahat seperti menghabiskan nyawa orang, membuat orang lain sakit, sengsara atau hal niat dan tindakan jahat lainnya. Sedang rewos adalah sub ilmu golongan putih atau ilmu kebaikan yang biasa digunakan untuk pengobatan dan penyembuhan (sesuai namanya, dalam bahasa Manggarai rewos berarti obat). Dengan kata lain mbeko adalah pohon dengan rasung dan rewos sebagai ranting yang tumbuh ke dua arah mata angin yang berlawanan, kira-kira demikian.
Sejak ratusan tahun lalu orang Elar hidup berdampingan dengan cerita ini. Bagai Ying dan Yang, rasung dan rewos tumbuh bersama seiring dengan berjalannya waktu demi menjaga keseimbangan kehidupan. Tidak ada masalah berarti antara kedua golongan tersebut karena memang walau saling berlawanan, masing-masing saling menguatkan.
Seiring berjalannya waktu, orang-orang secara sadar (atau mungkin tidak) melupakan rewos; Elar lebih dikenal sebagai lumbung rasung. Orang Elar dengan bangga mengamini itu. Saya salah satunya. Dengan alibi bangga akan warisan leluhur, kami berkoar-koar tentang rasung agar ditakuti orang; “Jangan macam-macam, Kes, saya dari Elar. Saya tiup satu kali saja, kau punya telunjuk dengan jempol bisa tukar tempat.” Kedengaran tidak masuk akal, tapi orang-orang takut dan kami sungguh menikmati itu.
Saat sedang kepepet pun jual-jual rasung sangat membantu. Misalnya saat sedang menghadiri pesta di luar Elar, ketika terjadi kekacauan kami biasanya luput dari hal-hal yang tidak diinginkan hanya karena orang-orang takut kalau kami punya rasung karena kami dari Elar, padahal kami hanya anak kemarin sore yang kosongan. Buta total soal rasung. Singkatnya, keberadaan rasung dan dengan beredarnya berita tentangnya cukup membantu kami dalam menghadapi beberapa persoalan. Namun celakanya, di sisi lain, rasung juga kadang buat kami ribet. Saat mendapat kesuksesan atau rejeki misalnya, tidak peduli sebesar apa usaha dan kerja keras kami, karena kami orang Elar jadi orang dengan mudahnya beranggapan bahwa rasung juga bekerja di dalamya. Atau contoh lain ketika kami mendapat pacar atau teman yang cantik, sebenarnya kami tidak jelek-jelek amat, tapi lagi-lagi karena kami orang Elar, jadi orang dengan mudah menilai bahwa ada hal mistis yang juga bekerja membantu kami. Padahal teman ya teman saja, pacaran yah pacaran saja, ya kan? Ya, walau saya juga tidak bisa membantah bahwa beberapa dari kami memang benar demikian, tapi tidak ada pembenaran untuk menjudge kami secara sama rata dong. Yang perlu kalian ingat adalah tidak semua orang Elar punya rasung. oke?
Di Elar sendiri saat ini peredaran rasung sudah sangat minim. Hampir tidak ada lagi yang menguasai ilmu ini. Walau ada kabar burung yang mengatakan masih ada, tetapi toh tidak ada buktinya. Mbeko rasung dan rewos sudah jarang ditemukan atau diturunkan ke generasi penerus. Mungkin alasannya supaya tidak disalahgunakan.
Jangan terlalu percaya kalau ada orang Elar yang bilang kalau dia ahli dalam hal tersebut. Itu bohong, hahaha. Meski demikian, kami tetap bangga dengan mbeko baik itu rasung atau rewos. Kami percaya kalau itu adalah warisan leluhur. Kami yakin bahwa itu adalah PUBG dan Free Fire-nya anak muda jaman nenek moyang dahulu.
Oiya, ehem ehem, jadi bagaimana nona baju hitam yang baca sambil senyam-senyum? Sebagai calon kekasih, kau mau datang sendiri atau akar alang-alang di dompet yang jemput kau? Hahaha.
Menarik utk di baca,sulit di percaya kalau dibaca oleh anak jaman Now,tapi TDK bisa di pungkiri realita yg terjdi di kampung hal seperti itu masi di yakini oleh masyrakat
Mantap-mantap sya suka artikel ini.👍👍👍👍👍💪💪💪💪
Ande ooo
Makan botol dan gelas kaca juga boleh..elar mombok ni boss.😀