Facebook dan Kisah Betapa Menyenangkannya Punya Pacar Posesif

foto dari Pinterest.com ketika Facebook menjadi tempat jatuh cinta terbaik
Frumens Arwan || Redaktur
Saya seorang penggemar Facebook nomor satu, meskipun sampai sekarang belum dapat centang biru dari media sosial yang kelebihan warna biru itu. Setelah surat, bagi saya Facebook adalah hasil kejeniusan tiada tara dari orang-orang yang benci hidup di satu dunia, tetapi ingin hidup di dua dunia: dunia nyata dan dunia maya. Facebook adalah buah emas peradaban bagi mereka yang selama ratusan bahkan ribuan tahun membenci jarak dan waktu, meskipun sekarang lebih jadi ajang pamer emak-emak narsis dan bapak-bapak yang doyan selfi. Juga jadi tempat nyasarnya foto-foto om-om India.
Akan tetapi, setiap orang menganggap keberadaan Facebook itu secara berbeda. Ada yang menganggapnya sebagai jembatan cinta yang kokoh lantaran bertahun-tahun telah menjadi penghubung asmara dua sejoli yang dipisahkan waktu dan jarak, yang lantas berujung indah di pelaminan. Ada juga yang menganggapnya tak lebih dari sekadar gubuk rapuh lantaran telah menjadi saksi kandasnya cinta yang hanya seluas like, komen, dan bagikan postingan di Facebook. Asrama semacam ini biasanya hanya berlangsung sekelebat mata: kenalan di Facebook, PDKT di Facebook, jadian di Facebook, putus di Facebook, tetapi sakitnya di ulu hati. Mengenaskan.
Ada juga yang bilang Facebook itu media sosial yang diperuntukkan bagi orang-orang yang tak berduit alias masyarakat kere. Mereka ini setiap hari buka Facebook hanya pakai mode gratis. Kalau saja kebaikan hati Mark Zuckerberg tidak lebih dari lima puluh persen, mereka-mereka ini tidak akan pernah begadang lebih dari jam tayang sinetron “Dari Jendela SMP” yang tengah tayang di SCTV itu. Nah, yang dilihat mereka-mereka ini di Facebook hanyalah sebatas foto profil seseorang. Bayangkan kalau semua foto profil teman Facebook mereka memakai gambar gorila. Mereka mungkin akan mengira kalau Facebook itu adalah semacam tempat penangkaran gorila. Dasar masyarakat negara berkembang. Kampungan. Gembel. Buat beli kuota saja, tidak punya duit. Nebeng hostpot mulu. Biar kalian tahu, kontribusi keberadaan kalian di planet ini hanya buat nambah pundi-pundi kekayaan Mark Zuckerberg. Ah, lupakanlah. Intinya Facebook itu berbeda bagi setiap orang.
Meskipun begitu, saya tetap adalah pengagum Facebook nomor satu dan garis keras. Dan lewat tulisan ini saya ingin berbagi kisah saya mengenai betapa lucu dan menggemaskannya mempunyai pacar yang posesif di Facebook. [Tentu saya tidak menganggapnya menyengsarakan. Saya menikmatinya. Sumpah.] Nah, buat kalian yang punya pasangan yang kalau kalian mau dekat sama siapa saja dianya langsung marah, pergi ke mana saja harus minta izin dahulu ke dia, kontak dan chattingan dengan lawan jenis diblokir, kalian sedang berada di media dan tulisan yang tepat.
Bagian pertama ini cukup akan membuat kalian mengernyitkan dahi kalian. Jadi gini teman-teman, yang pegang akun Facebook saya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan dan 365 hari setahun itu adalah pacar saya. Dia adalah operator tunggalnya. Kalau media massa mempunyai lembaga sensor yang mengontrol kelayakan dan segi etis setiap tulisan yang terbit dari meja redaksi, akun Facebook saya mempunyai pacar yang siap mengontrol segala data dan aktivitas yang masuk dan keluar dari akun Facebook saya. Ingat pembredelan banyak media massa era Orde Baru, kan? Nah, cara kerjanya kurang lebih seperti itu.
Sebagai operator tunggal, pacar saya memiliki dua aturan yang bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Aturan pertama bahwa akun Facebook saya sepenuhnya adalah miliknya dan berada di bawah kontrolnya. Hal-hal seputar pertemanan, konten yang disukai dan dibagikan, daftar pencarian dan sebagainya semuanya berada di bawah kontrolnya yang super ketat. [Sebentar lagi mata saya, hidung saya, mulut saya, telinga saya bukan lagi milik saya, tetapi milik dia. Mata saya sebentar lagi akan dipasangi CCTV. Biar kalau salah lirik sedikit kena semprot bawang mata saya.]
Bayangkan, hampir semua teman Facebook saya adalah laki-laki, kecuali saudari kandung saya, sepupu kandung saya, tanta kandung saya dan yang punya hubungan darah dengan saya. Sisanya Om-om semua. Cowok yang foto profilnya pakai foto cewek saja kena blokir. Padahal namanya jelas-jelas cowok: Markus, Polus, atau Lukas.
Aturan kedua adalah bahwa semua hal yang berbau feminim tidak boleh ada di dalam akun Facebook saya. Semua yang berkaitan dengan lawan jenis, yang dianggap olehnya bisa membahayakan keberadaannya dan keberadaan hubungan kami dengan sendirinya hilang dan lenyap. Tidak boleh ada jejak betina sama sekali. Hal ini mungkin mirip dengan aturan di Korea Utara yang melarang setiap penduduknya menggunakan produk-produk Barat. Sampai di sini paham kan aturannya?
Nah, buat cewek-cewek yang sedang membaca tulisan ini, di mana pun kalian berada, dengar baik-baik dan jangan lupa beritahukan juga hal penting dan genting ini kepada teman perempuan kalian. Jika kalian tidak bisa search nama saya atau kirim pesan ke saya di Facebook, itu berarti kalian minimal sudah masuk dalam daftar akun terblokir saya. Akan tetapi, tenang saja. Saya yang akan search kalian, tetapi di kotak akun terblokir saya. Hehehe. Tidak apa-apa kan?
Sampai di sini, apakah kalian menganggap hal ini tidak adil? Dengar! Kalian-kalian yang punya nasib malang seperti ini―lantaran tidak bisa berteman dengan cucu Adam yang keren dan kece satu ini―minimal sudah pernah melakukan tindak kriminal yang saya bagi ke dalam empat kategori. Pertama, kalian pernah like foto atau postingan saya. Kedua, kalian pernah komen postingan saya. Ketiga, kalian pernah meminta pertemanan ke saya dan yang keempat, yang paling parah nih, kalian pernah muncul di rekomendasi [orang yang mungkin Anda kenal] di pertemanan saya.
Ini kesannya memang parah, Women. Kalian muncul di rekomendasi teman saya saja sudah kena blokir. Apalagi kalau kalian like, komen, share dan subsrcibe akun saya. Walah, bisa-bisa rumah kalian didatangi orang sekampung yang bawa parang, golok, dan tombak. Bisa-bisa kena gorok batang leher kalian.
Tapi eh, kalau dipikr-pikir, salah kalian apa coba? Lagian yang kasih saran wajah dan nama kalian ke saya itu kan Facebook, bukan kalian. Mungkin juga jari jempol kalian terpeleset lalu tanpa sengaja menakan tombol like di postingan saya. Kalian saat itu mungkin lagi bantu ibu kalian cuci piring atau kasih makan babi. Eh, tiba-tiba kalian kena blokir. Astaga. Maaf, yah. Kalau kalian mau tuntut, jangan tuntut ke saya, yah. Tuntut saja Mark Zuckerberg. Tidak adil kan dia?
Pacar saya begitu teman-teman. Posesif amat. [Tapi sekali lagi itu menggemaskan]. Buat kalian yang tidak percaya, silahkan coba sendiri dengan like, komen, dan tambahkan saya di Facebook kalian. Sudah pasti akan tamat riwayat kalian. Bayangkan, seumur hidup kalian akan dicoret dari sejarah hidup saya. Kalian akan saya anggap seperti orang yang sudah mati. Ingat, kita hidup di dunia nyata pun dunia maya. Percuma saja saya kenal kalian di dunia nyata kalau di dunia maya kita hanyalah orang asing yang tidak saling kenal. Ehem. Yang senyum-senyum sendiri saat membaca ini, saya tahu kalian juga pernah atau sedang buat hal yang sama ke pacar kalian. Iya kan? Ngaku saja lah. Kita sama kok.
Buat para cowok yang pernah merasakan hal ini: Bro, yang sabar yah. Kita senasib. Kalian sekarang di tempat yang tepat dan sedang membaca tulisan yang tepat. Jika kalian mau menangis, menangis saja. Kalau mau dipeluk, peluk saja sana sama tembok. Memangnya saya homo apa?
Parahnya, sifat posesif itu bisa menular, teman-teman. Menularnya cepat sekali kayak virus corona yang baru-baru ini bermutasi lagi. Lama-lama saya juga jadi ikut-ikutan kayak pacar saya, jadi posesif juga. Saya ambil kaca pembesar. Saya buka akun Facebook dia. Saya lihat satu-satu postingannya. Saya lihat satu per satu siapa yang like, komen, share, dan subscribe foto dan postingannya. [Bayangkan ekspresi wajah saya sepeti Om Voldemort di serial Harry Potter kalau lagi marah]. Setelah itu saya blokir mereka satu per satu. Orang-orang yang muncul di rekomendasi pertemanannya pun saya blokir juga. Jadi, buat teman-teman cowok yang tidak bisa chat atau search nama cewek saya di Facebook, kalian pasti sudah ada di daftar orang terblokir dia sekarang. Maaf sekali, Bro. Sebenarnya saya juga merasa tidak enak sekali nih. Bukan maksudnya tidak mau bersaing. Tapi bagaimana yah? Seperti virus, posesif itu menular, Bro. Seperti rindu, cemburu itu harus dibayar lunas.
Akan tetapi, sebagai penutup dan sebelum kalian menanggap saya sebagai seorang yang anti sama pacar yang posesif, saya hendak memperjelas beberapa hal. Pertama, saya adalah seseorang yang menyukai pacar yang posesif tanpa peduli kadarnya rendah atau dosisnya kelewatan. Pacar yang posesif bagi saya adalah pasangan hidup yang layak dan pantas dipertahankan. Mereka adalah pasangan yang siap mengamankan kesetiaannya dan akan mengaminkan kesetianmu.
Kedua, pacar yang posesif itu adalah pasangan sejati yang tidak hanya berusaha menyingkirkan laki-laki atau wanita lain dari hidupmu, tetapi juga yang siap menyingkirkan lelaki atau wanita lain dari hatinya. Jelasnya, mereka adalah pasangan yang tidak akan membiarkan hatinya dicuri oleh jantan atau betina yang lain. Percayalah.
Ketiga, pacar yang posesif adalah pasangan yang sangat menyayangi kalian dan tidak mau kehilangan kalian. Pikirkan saja bahwa dia menjadi begitu posesif karena dia ingin hanya diayang ada di hatimu. Sumpah. Kalau kalian dapat pacar yang seperti itu, percayalah mereka itu spesial. Minimal kalian tembus nikah deh sama dia. Dijamin.
Keempat, jika pacar kalian posesif, itu tandanya hubungan kalian sudah berlangsung lama. Ciri-coronya seperti ini. Mau dekat sama siapa saja langsung marah. Pergi ke sana ke situ harus minta izin dahulu. Kontak lawan jenis auto diblokir. Daripada dapat pasangan yang cuek, kan gak seru. Sama saja kalian pacar dengan tiang listrik. Diam-diam, tetapi mematikan. Yang penting kalian tetap punya waktu untuk diri sendiri saja, pacar yang posesif akan membuat kalian kesetrum rindu setiap saat.
Keempat, jika kalian atau dia adalahorang yang tepat, kalian atau dia tidak akan menganggap setiap perlakuan semacam itu sebagai sesuatu yang berlebihan atau kelewatan batas. Justru jika dia orang yang tepat, dia akan mengerti semua mau kalian. Jadi yah, tergantung kalian merasanya seperti apa. Sesimpel itu, kan? Terberkatilah kalian yang memiliki pacar yang posesif.
Wow. Kek baca stand up comedy. 😀