Jika Pernah Mendengar Istilah Ebit, Anda Sedang Berada di Manggarai

Loading


Rabu sore, bumi Sikerei, tempat di mana sa mengabdi pada salah satu sekolah dasar, panasnya minta ampun. Demi menghalau rasa panas sa dengan seorang teman pergi ke Pantai Mapadegat, kecamatan Sipora Selatan kabupaten Kepulauan Mentawai sekedar bersantai, sambil berusaha melupakan mantan sialan.

Setelah satu jam basah-basahan di laut, kami pun kembali ke tempat kami tinggal. Dalam perjalanan pulang, kami berpapasan dengan beberapa pengunjung yang sedang berjalan menuju ke arah pantai yang telah kami kunjungi tadi.

Dari beberapa pengunjung yang berlalu lalang, satu yang menurut sa paling menarik su, dia seorang pemuda yang memakai kacamata hitam. Ah sayang sekali, coba kalau dia gadis, sa pu teman pasti sudah minta dia pu nomor beha, eh maksud saya WA.

Saking tertariknya dengan kacamata hitam yang ia pakai, sampai-sampai terlintas sa pu niat jahat untuk mengambilnya dari tangan si pemuda itu.   

Saat sa lihat di wikipedia, kacamata hitam merupakan salah satu kacamata pelindung untuk melindungi mata dari sinar matahari. Perbandingan untuk melindungi sinar ultra violet atau infra merah berbeda berdasarkan jenis kacamata hitam. Di dalam banyak kasus, kacamata hitam digunakan untuk ski, pendakian gunung, atau penyakit mata. Selain itu, kacamata hitam digunakan untuk tujuan penyamaran saat engko mengintai gerak-gerik mantan, akibat gagal move on dari mantan kekasih yang pergi tanpa permisi. Ini wikipedia ini cari gara-gara atau bagaimana? Eh lagian untuk apa sa lihat wikipedia.

Sa pu maksud begini.

Melihat orang yang memakai kacamata hitam, sa pu pikiran langsung kembali ke beberapa tahun silam saat dulu berada di tanah Manggarai.

Orang Manggarai biasa menyebut kacamata hitam dengan sebutan ebit atau ebiet, sa ju tidak tau penulisannya yang benar o. Kita bagi tugas sa, kalau sa salah, tugas kaka koreksi di kolom komentar. Kalau sa benar maka kaka salah. Tapi sa tulis ebit saja dulu.

Pada sebuah kesempatan, saat sa berada di rumah, sa pernah bertanya pada bapak ihwal alasan orang Manggarai terbiasa memakai istilah ebit ketimbang kacamata hitam. Dengan segala rasa percaya diri yang tinggi, sa pu Bapak yang ganteng itu bilang, orang Manggarai menyebut kacamata hitam sebagai ebit disebabkan oleh penyanyi Ebiet G. Ade yang kerap kali dalam aksi panggungnya memakai kacamata hitam. Klimaksnya, orang Manggarai pun mengganti kacamata hitam dengan sebutan ebit semenjak melihat aksi panggung dari penyanyi yang terkenal dengan lagu Berita Kepada Kawan itu.

Dulu sa percaya begitu saja jawaban bapak. Tapi saat usia makin tua, sa merasa ada yang janggal ketika dikait-kaitkan dengan Ebiet G. Ade. Pasalnya, saat sa pu bapak masih muda dulu di Manggarai tidak ada TV, sehingga patut dipertanyakan asal mula orang Manggarai melihat Ebiet G. Ade memakai kacamata hitam saat menyanyi di atas panggung. Aneh kan?

Pembaca tabeite.com yang sering memakai ebit saat berkunjung ke rumah calon mertua, jika ada dari kalian semua yang bisa menjelaskan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan ihwal penggunaan istilah ebit untuk mengganti istilah kacamata hitam, tolong segera kontak sa. Sa kah merasa bersalah dengan bapak andai beliau terus-terusan membeberkan alasan tipu-tapu di atas tadi. Lagian sebagai anak yang berbakti pada orang tua, toh tidak ada salahnya untuk meluruskan kekeliruan sa pu bapak. Sa dan Bapak sama-sama guru sekolah dasar, bukankah terlihat kurang ajar jika ia memakai alasan di atas saat muridnya menanyakan kenapa orang Manggarai mengganti istilah kacamata hitam dengan ebit?  Akan jadi apa anak ibu pertiwi nanti? Tuhan, semoga sa pu bapak tidak baca ini.

Akhirnya, sa mau titip pesan buat kita semua, apabila dalam waktu dekat Anda akan berkunjung ke Manggarai, sa sarankan untuk tidak perlu bingung apalagi sampai search di KBBI segala ketika mendengar istilah ebit. Jika kamu mendengar istilah ebit untuk mengganti istilah kacamata hitam, itu artinya kamu sudah tiba dengan selamat di Manggarai. Tidak perlu pusing tujuh keliling, itu su Manggarai pu keadaan, kaka.

Penulis: Erick Jumpar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *