Ketika Togel Menjadi Malaikat

Togel; antara penyelamat dan petaka (foto dari pinterest.com)

Loading


Im Kartini|Redaksi

“Ada mimpi, kah?” Pertanyaan orang-orang di kampung saya yang sering terdengar akhir-akhir ini. “Ada sayang, ada!” Hehehehe.

Mulai dari mimpi paling buruk hingga mimpi paling bahagia akan jadi bahan perbincangan selanjutnya. Mimpi-mimpi tersebut akan dianalisis sedemikian rupa, sehingga terbentuklah beberapa angka yang tersusun secara sistematis dan terpercaya. Cieh.

Bukan tanpa tujuan dan maksud tertentu, mimpi tersebut menjadi angka-angka. Memang harus demikian, karena semuanya berkaitan dengan togel. Togel itu salah satu judi online, berbentuk undian. Ya semacam lucky draw. Saya rasa saya tidak perlu jelaskan tentang togel. Hampir seluruh masyarakat Manggarainesia sudah mengenal togel.

Sebelum membuat tulisan ini, misi saya yang pertama adalah berbaur dengan para penggemar togel di kampung saya. Ini semua saya lakukan demi menjawab rasa penasaran saya. “Kenapa e mereka suka sekali main togel? Apakah karena mereka banyak uang? Ataukah untuk hiburan semata?” Kurang lebih seperti itu rentetan pertanyaan di kepala saya.

Mau langsung Wawancara Om di samping rumah, tidak enak. Mau langsung tanya Tanta yang suka tanya mimpi di saya, juga tidak enak. Memang e yang paling enak itu hanya mencintai kamu. LOL.

Tidak main-main Gaes, selama satu Minggu saya berjuang menyelesaikan misi saya. Jawaban dari orang-orang di kampung saya tentang togel ini benar-benar di luar dugaan saya. Saya berpikir mereka judi togel karena banyak uang. Jadi cari hiburan di kampung dengan cara judi togel. Dan ternyata cinta… Eh malah nyanyi. Dan ternyata tidak.

Begini Gaes, ternyata mereka sudah menganggap togel ini sebagai jalan untuk mencari uang. Ya, bisa dikatakan sebagai suatu mata pencaharian. Tidak bisa dipungkiri juga kalau togel ini sangat membantu selama masa pandemi ini. Untuk diketahui masa pandemi memang membuat sekolah, kegiatan ibadah, dan lain-lain berhenti. Tetapi tidak berlaku untuk beberapa acara adat Manggarai seperti kelas, kumpul kope, masuk minta. Itu yang masuk minta juga tidak bisa sabar, kah? Hehehe. Ampun Bang jago, jangan dengarkan saya yang luang.

Kembali ke togel. “Enu, togel ini macam malaikat penolong e” pengakuan salah satu Om dengan gaya santai sambil menyeruput kopi pahitnya. “Haeh? Kenapa begitu Om?” “Enu kalau Om tidak kena 4 angka seminggu yang lalu, Om dapat dari mana uang bantang laki di Nana Tomas. Untung saja pas Om lagi pusing, dapat kabar baik dari Hongkong.”

Oemji, saya sampai garuk-garuk kepala. Antara harus terima bahwa ini memang masuk akal atau kembali kepada kenyataan bahwa togel itu perjudian. Ilegal dan dilarang oleh negara. “Ole Om, tetapi tetap saja inikan judi to.” Saya coba menyadarkan mereka. “Kami tahu Enu, tetapi ini judi lebih baik dari judi yang lain. Karena tidak menyita banyak waktu. Analisis mimpi, cakar, isi, terus kami kerja yang lain sambil tunggu kabar. Kami masih bisa pi kerja di kebun. Ibu-ibu juga masih bisa masak.” Oh iya juga e, sekali lagi saya kalah, Om. Saya kalah. Entah sampai kapan Togel ini menjadi primadona di kampung saya. Entah sampai kapan juga predikat togel adalah malaikat di hati para peminatnya. Semoga pandemi ini segera berlalu, mungkin dengan demikian togel juga akan lenyap.

Oke sekian Bosskuh. Semoga jepe Bosskuh. Jangan tanya sama saya apa itu jepe, saya dengar dari mereka. Sama seperti istilah bandot, 2D, 4D, dll. Wkwkwkwk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *