Komunitas ARACY Aktif Kembali

0

Lapangan sepak bola Rana Mbeling dan semangat baru komunitas ARACY (Sumber foto;Dokumentasi pribadi penulis).

Loading


Itok Aman|Redaksi

            ARACI (Anak Rambel Cintai Damai) adalah sebuah komunitas kecil di Desa Rana Mbeling, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, NTT. Komunitas ini lahir dan dibesarkan oleh anak muda Rana Mbeling yang bersandarkan pada nilai-nilai solidaritas dan soliditas. Sebagai sebuah komunitas kecil yang tidak memiliki fondasi dasar yang kokoh, keberadaan ARACI seringkali hilang muncul. Ia nampak ketika ada momen-momen tertentu, misalnya pertandingan sepak bola. Ketika momen-momen tersebut sudah selesai, keberadaan ARACI pun dengan sendirinya lenyap dan hilang begitu saja. Yang tertinggal hanya namanya saja.

            Kehadiran sebuah komunitas dalam sebuah masyarakat tentu membutuhkan kerja-kerja yang ekstra. Setidaknya ada satu atau beberapa tokoh yang tahu dan memahami secara benar apa yang menjadi keinginan dari anggota komunitas tersebut. Memori saya akhirnya dipaksakan untuk mengenang kembali peran dan energi besar dari sosok Yanto Kitong. Bagi saya secara pribadi dan (mungkin) bagi masyarakat Desa Rana Mbeling, khususnya pada diri kaum muda, sosok Yanto melekat erat pada tubuh komunitas mungil ARACI. Teringat dengan jelas di memori saya, bagaimana ia memberikan energi dan stimulus yang besar untuk merangsang dan membangkitkan semangat dari anak muda ARACI. Dalam beberapa kesempatan, ia aktif mendampingi para pemuda ARACI untuk mengikuti kompetisi dan pertandingan persahabatan di beberapa daerah, seperti di Koit, Mukun, Paleng, Ketang, dan Mbata.

            Setelah lama larut dalam tidur panjang, kini dalam beberapa bulan terakhir, komunitas ARACI kembali lagi menyapa masyarakat Desa Rana Mbeling. Terlihat secara jelas pergerakan yang dilakukan, sederhana, pelan dan pasti. Lapangan sepak bola menjadi target pertama dan utama. Mengapa lapangan sepak bola? Tentu ini adalah ruang yang paling cocok dan tepat untuk menyatukan setiap kepingan-kepingan keinginan anak muda di Desa Rana Mbeling. Lapangan sepak bola juga sebagai ruang untuk membangun keberadaban, kekompakan, tanggung jawab serta solidaritas yang tak lain dan tak bukan untuk memberikan pesan kepada masyarakat Desa Rana Mbeling pada khususnya bahwa komunitas ARACI kembali hadir dan menyemaraki warga Kota Komba Utara.

            Dalam beberapa gambar di media sosial, terlihat beberapa anak muda yang sangat revolusioner dalam upaya membangkitkan semangat komunitas ARACI. Sebut saja ada sosok Olgan Pota yang kecintaannya terhadap dunia sepak bola sudah tak diragukan lagi. Profesinya sebagai guru sekaligus wasit yang sudah memegang lisensi semakin menguatkannya untuk terus merangsang yang lain bahwa sudah waktunya ARACI untuk bangkit kembali. Ada sosok Hilarius Gondras, Osen dan juga beberapa anak muda lainnya yang tak perlu disebutkan satu per satu namanya. Mereka hadir memberikan kontribusi besar bagi kemajuan sebuah komunitas. Tak pernah absen dari kebersamaan itu, sosok Yanto yang selalu ada tak hanya secara ide dan gagasan, tetapi juga secara fisik. Kehadirannya tentu saja membuka kembali memori lama tentang perjuangannya bersama anak muda Rana Mbeling yang tak pernah mengenal kata lelah. Kini ARACI bangkit kembali memberikan nuansa dan warna baru pada tubuh masyarakat Desa Rana Mbeling. Berbagai harapan tentu saja disematkan pada diri ARACI. Satu hal yang pasti, teruslah menjadi komunitas yang setia memproduksi nilai-nilai kedamaian, soliditas, dan solidaritas.

            Tidak muluk-muluk, mimpi mereka sederhana, membentuk sebuah kelompok kecil untuk merawat gotong royong, kekompakan, menjaring pertemanan lintas luar wilayah. Dan, hal-hal sederhana yang sedikitnya memberi efek positif untuk nama Rana Mbeling (Rambel). Rambel yang saat itu masih hanya sebuah nama kampung di bagian timur Mukun, nama sebuah desa, nama sebuah wilayah stasi Gereja dalam area Paroki Mukun, tetapi kami dan teman-teman berani menyebut Rana Mbeling “a city”. A small city for some small clan. Sebuah kota kecil untuk beberapa suku kecil.

Hari ini, Rana Mbeling sudah menjadi sebuah ibu kota kecamatan. Makin hari, penduduknya makin bertambah, gaya hidup pun pelan-pelan berubah. Orang-orang mulai makin sering keluar masuk Rana Mbeling, ada yang karena urusan dinas, ada yang ingin mencari tanah yang mungkin dijual warga sekitar, ada yang berencana menetap, ada yang datang mencari pasangan (karena Rambel gudangnya gadis cantik dan pemuda tampan— termasuk yang menulis ini), ada juga yang kebetulan lewat lantas Rambel juga merupakan jalur lintas provinsi yang menghubungkan Elar Selatan-Ruteng dan/atau Elar Selatan-Borong.

Anak muda yang tadinya merantau, yang merupakan anggota komunitas ARACI ini ada yang sudah kembali ke kampung, membawa serta ijazah, bawa serta istri anak, ada juga yang masih melajang. Yakin dan percaya, mereka membawa segudang pengalaman dari luar sana. Mungkinkah mereka sadar bahwasanya ARACI hanya sisa sebuah nama? Mungkinkah mereka siap untuk menghidupkan kembali ARACI? Kalau memang berniat menghidupkan kembali ARACI, kita perlu ingat dan mencari tahu, siapa yang dulu menjadi the founding father of ARACI ini? Siapa yang dulu berinisiasi membentuk ARACI? Sudikah mereka kembali hadir dengan mengumpulkan ide dan konsep yang pernah mereka dapat di luar sana untuk membangun Rana Mbeling?

Hari ini banyak hal yang menjadi bagian dari perbedaan seiring perkembangan zaman, pola makan dan gaya hidup, jika ARACI dihidupkan lagi, mungkin perlu beberapa hal lain juga yang akan dihidupi di dalamnya, sebagai tambahan kegiatannya niscaya menjadi bukti sebuah kreativitas anak muda yang kekompakannya tak surut dilekang usia. Hari ini juga masih ada mantan anggota ARACI yang menggunakan kata “ARACI” sebagai nama akun media sosial mereka. Itu artinya mereka bangga pernah hidup dalam ruang gerak dan menggerakkan ARACI. Ada napas anak-anak muda yang ingin tumbuh di dalamnya. Kelak bukan hanya sebuah nama tapi tumbuh sebagai gerakan kecil yang menjaring kekeluargaan dan pertemanan yang luas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *