Kota Komba Junior dan Cinta Pertama Pergerakan

Loading


Salam olahraga

Pada awal tulisan ini saya ingin mengucapkan profisiat atas kehadiran portal tabeite. Menurut saya pribadi, tabeite merupakan pergerakan baru di kab. Manggarai Timur. Bayangkan, para punggawa tabeite di tengah kesibukan bekerja; di tanah rantau, masih mau memikirkan hal yang bermanfaat bagi masyarakat kab. Manggarai Timur. Kehadiran tabeite bagi saya adalah jalan menuju kebaikan bersama. Masyarakat dunia maya akan terbantu dengan begitu banyak inspirasi dari setiap tulisan dari tabeite ini. Untuk hal ini, sah bagi saya untuk mengatakan tabeite adalah model pergerakan baru kaum muda di tanah Manggarai Timur. Selamat kepada tabeite. Oiya, diawal saya membaca ulasan singkat mengenai tabeite ini, saya tertarik pada ketentuan redaksional yang mengatakan bahwa tabeite ini ialah wadah bagi para penulis asal Manggarai Timur. Tentu hal ini sangat menyentuh bagi saya. Lepas dari isi tulisan yang sedang anda baca saat ini, saya termasuk penulis yang berasal dari Manggarai Timur. Ayah saya berasal dari desa Lengko Namut, kecamatan Elar. Sedangkan ibu saya berasal dari kampung Runus kecamatan Elar Selatan. Sehingga perjumpaan bersama tabeite ini sama halnya dengan edisi pulang kampung.

Tentang tulisan saya kali ini, saya ingin mengulas tentang sepak bola. Saya yakin anda termasuk mantan pemain bola; plastik, saat kecil atau anda termasuk sang kiper yang selalu diperintah mengambil bola saat bola harus jatuh di kebun milik kepala desa atau di seberang jalan? Toh saya yakin, saya dan anda merupakan mantan pemain sepak bola. Benar? Saya yakin juga kita semua menjadi bagian dari kegairahan sepak bola. Entah sebagai pemain aktif, penonton di pinggir lapangan atau sebagai komentator. Bagi saya, salah satu bagian dari kegairahan sepak bola adalah menjadi penggerak. Saya pun yakin di tempat anda sekalian ada orang yang menempatkan dirinya sebagai penggerak. Mereka yang dengan penuh kesadaran mencurahkan begitu banyak hal demi sepak bola sebut saja waktu, tenaga dan uang. Tiga hal ini bagi saya bisa menjadi identitas bagi seorang penggerak sepak bola. Saya dengan penuh kesadaran ingin mengatakan bahwa saat ini saya menempatkan diri sebagai penggerak.

Menjadi seorang penggerak ada senang dan susah. Senangnya ialah saat kita bisa bertemu banyak orang. Secara tersirat, kesenangan bagi seorang penggerak ialah saat apa yang diperjuangkan sukses digapai. Hal ini yang banyak kita temui di kampung-kampung. Bagi seorang penggerak, kesenangan berteman karib dengan kebahagiaan. Mereka katakan, bahagia itu sederhana jika anda bisa menjuarai sebuah turnamen. Sehingga tak pelak, saat tim paroki atau tim sekolah anda menjuarai satu turnamen, saya yakin dan percaya konvoi kendaraan adalah kepastian. Itu baru konvoi kendaraan, setelah tiba di rumah yang sering kita sebut sekret, pesta pun terjadi. Benar? Kalau saya beda. Sejak tahun 2017 saya mulai mendefenisikan kebahagiaan sebagai seorang penggerak jika saya bisa membawa tim sepak bola bertanding di kota Kupang. Saya pun telah mengalami kebahagiaan itu. Tim Kota Komba Junior adalah kebahagiaan tersebut. Tim ini baru dibentuk bersamaan dengan gelaran Aqua Danone National Cup Seri Provinsi NTT bulan April yang lalu. Saya berada bersama tim ini. Saya tidak sendiri, ada opa Mikael Pakur sebagai Manager, Fanty Alen sebagai pelatih, Dorin San sebagai asisten Pelatih dan dr. Lucianus Geong sebagai dokter tim. Bersama mereka, saya jatuh cinta pada keputusan saya menjadi seorang penggerak.

Pertanyaannya ialah mengapa saya jatuh cinta? Ada tiga alasan mengapa saya jatuh cinta yakni keberanian, kerja kolektif dan gairah masyarakat. Kesatu, keberanian. Tentang keberanian ini, gelaran Aqua Danoen Nation Cup menjadi jawabannya. Turnamen ini merupakan turnamen usia muda terbesar di dunia. Tahun ini seri dunia berlangsung di Barcelona Spanyol. Keikutsertaan tim Kota Komba Junior tidak lepas dari keberanian dari Coach Fanty Allen dan dr. Luge (Lucianus Geong) mendaftar secara online agar bisa berpartisipasi di seri Provinsi. Setelah selesai mendaftar, pertanyaan selanjutnya ialah apakah tim Kota Komba Junior memiliki anggaran yang cukup untuk memberangkatkan tim ke Kupang? Untuk pertanyaan ini, kerja kolektif; sebagai alasan kedua saya jatuh cinta, menjadi jawabannya. Setelah mendaftar secara online, pekerjaan berikutnya ialah mencari dana. Beruntung, manajemen Kota Komba Junior tidak kehilangan akal. Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi permasalahan dana seperti proposal ke pemerintah kabupaten maupun donatur hingga penjualan semangka. Hingga akhir Maret, besaran dana untuk memberangkatkan tim Kota Komba Junior telah terkumpul. Tim Kota Komba Junior memastikan berpartisipasi di turnamen Aqua Danone Nation cup seri Provinsi di Kupang.

Poin ketiga ialah gairah masyarakat. Tentang poin ini, kita patut berterima kasih pada waktu karena telah memberi ruang pada sejarah tentang keberadaan tim Mitra Waelengga. Tim ini merupakan tim legendaris di Manggarai Raya. Begitu banyak alumnus tim Mitra Waelengga yang memperkuat Persim Manggarai, Persematim Manggarai Timur maupun Persamba Manggarai Barat. Ketika masyarakat sepak bola Manggarai menyebut sepak bola Waelengga, nama tim Mitra Waelengga akan menjadi salah satu bahan cerita. Salah satu manfaat positif yang kemudian masih dirasakan hingga saat ini ialah gairah sepak bola masyarakat Waelengga. Ketika tim Kota Komba Junior berlaga di Kupang, gairah sepak bola begitu terasa. Dukungan dari berbagai pihak muncul. Hal ini kami rasakan sekali di Kupang. Teman-teman mahasiswa Waelengga yang mengenyam pendidikan di Kupang hadir langsung untuk mendukung tim Kota Komba Junior. Belum lagi begitu banyak perhatian dan dukungan yang hadir di berbagai percakapan media sosial. Tiga alasan ini menjadi alasan saya jatuh cinta. Hingga pada akhirnya penghargaan sebagai tim Fair Play Aqua Danone Nation Cup 2019 Seri Provinsi berhasil disabet oleh tim Kota Komba Junior.

Perjalanan tim Kota Kota Komba Junior baru dimulai. Perjalanan tim Kota Komba Junior akan dituntun oleh pertanyaan klasik, apakah tim ini akan bubar pasca mengikuti gelaran AquaDNC? Pertanyaan ini menjadi tantangan tersendiri. Tantangan ini pun yang sedang dijawab oleh manajemen tim Kota Komba Junior dan masyarakat sepak bola Waelengga. Beruntung sekali, tantangan ini sudah perlahan dijawab. Manajemen Kota Komba Junior telah mengalokasikan anggaran untuk membeli perlengkapan latihan. Selain itu juga, ada pengembangan tim Kota Komba Junior yakni tim Kota Kota Komba Junior U-12 yang dilatih oleh coach fanty Alen, Kota Komba Junior U-14 yang dilatih oleh coach Dorin San dan Kota Komba Junior U-16 yang dilatih oleh coach Charles Haban. Selain itu, ada pengembangan struktur organisasi. Beberapa seksi ditambah yang tentunya mengakibatkan penambahan personal. Bagi saya, inilah yang namanya pergerakan. Harus kita akui, tim Kota Komba Junior memberi contoh kepada tim-tim sepak bola di Manggarai Raya ini tentang pengelolaan sebuah klub yang berkelanjutan. Berdasarkan info yang saya dengar, setiap sore di lapangan Waelengga gairah sepak bola terlihat. Latihan berlangsung berdasarkan kelompok usia. Pada akhirnya harus saya akui, saya jatuh cinta pada tim ini, Kota Komba Junior. Cinta yang berawal dari keberanian, kerja kolektif hingga pada gairah masyarakatnya. Oiya, sebelum saya mengakhirnya tulisan ini, saya punya harapan akan tim ini. Semoga melalui pergerakan tim Kota Komba Junior, tujuan pembangunan manusia di Waelengga dan kab. Manggarai Timur pada umumnya dapat terwujud. Salam jabat erat selalu, tim. Sampai jumpa di kegilaan berikutnya. Semoga kita bisa terlibat cinta di pergerakan berikutnya.

Penulis: Evan Lahur|Meka Tabeite|

1 thought on “Kota Komba Junior dan Cinta Pertama Pergerakan

  1. Trmksih bnyak kae Evan Lahut untuk tulisannya.
    Sya juga bergarp demikian ,semoga ini tetap berlanjud smpe seterusmya🙏
    #kotakomba
    #bakarmenyala
    #sekalibakarjuara🤗

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *