Lokpahar Bagai Selaput Rahim yang Disobek-sobek. Siapa Peduli?

0

Loading


Ada yang tahu Lokpahar? Secara administratif Lokpahar masuk dalam perbatasan Kecamatan Poco Ranaka Timur dan Sambi Rampas, Manggarai Timur. Di sebelah barat jalan raya Ruteng-Elar masuk dalam wilayah Kecamatan Poco Ranaka Timur sedangkan di sebelah timur, masuk dalam wilayah Kecamatan Sambi Rampas.

Saat melakukan perjalanan panjang dari Ruteng menuju Elar Selatan, Elar atau Lengko Ajang, Lokpahar menjadi satu-satunya tempat favorit untuk melepas lelah, berburu senja dan mensyukuri betapa Tuhan sungguh berbaik hati menciptakan alam semesta yang indah ini.

Lokpahar juga menjadi tempat strategis berpacaran bagi anak-anak SMA Negeri Satu Sambi Rampas, Watunggong. Di Lokpahar yang dingin, mereka yang sedang di pucuk cinta itu, bisa menikmati keindahan alam dari ketinggian. Menyaksikan pematang yang berkelok-kelok, asap dari pondok petani yang mengepul dan rentetan rumah warga di Kampung Ngawan, Lawi, Meni, Wangkar, Pembe dan Congkar yang pada satu sisi mampu menumbuhkan benih-benih cinta.

Lokpahar sangat akomodatif. Di Lokpahar berlimpah pohon tinggi menjulang, pohon yang memberi keteduhan bagi siapa saja yang datang. Di ranting-ranting pohon, burung bertengger sambil mengeluarkan kicauan hendak menyapa setiap orang yang menepi. Dari pohon-pohon tersebutlah muncul mata air yang menghidupkan warga Watunggong hingga Lengko Ajang. Lokpahar tidak sebatas indah di mata, Lokpahar adalah masa depan, sumber air dan sumber kehidupan.

Tapi kini, satu per satu pohon ditebang, kicauan burung seperti sedang menangis, melihat kelakuan oknum yang tidak bisa bersahabat dengan hutan. Alih-alih melempar tanggung jawab. Oknum berdalih, hutan diembat untuk membantu meningkatkan perekonomian keluarga, buntutnya hutan lindung ditanam pohon kopi dan diklaim menjadi milik pribadi.  Siapa peduli? Bapak bupati bolak-balik kunjungan kerja dan melewati Lokpahar, beliau menutup mata seperti tidak peduli, atau mungkin peduli hanya saja belio sedang mencari solusi? Patut dinantikan.

Lokpahar seperti selaput rahim yang disobek-sobek, eits sabar. Apa pernyataan ini terlalu vulgar? Saya berharap tidak. Iya, seperti selaput rahim yang disobek-sobek. Tanah Lokpahar yang dulunya adalah hutan lindung, kini dibagi-bagi kepada masyarakat mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Adat. Entah seperti apa proses pembagiannya, hanya mereka yang tahu.

Sesuai dengan pembagian wilayah secara adminstratif, begitu juga pembagian lahan di Lokpahar. Sebelah Barat dibagi menjadi milik beberapa warga Poco Ranaka Timur dan sebelah Timur menjadi milik beberapa warga Sambi Rampas.

Tidak sebatas diembatnya hutan saja, di tepi jalan di Lokpahar, kini telah dibangun lapak jualan dan dibangun permanen. Pemandang indah Lokpahar kini terhalang bangunan tersebut.

Keindahan alam telah diporak-porandakan oleh kelakuan manusia, hutan yang adalah milik bersama kini telah menjadi lahan pribadi. Kala hutan diembat bagaimana proses sirkulasi air berjalan dengan sempurna? Tentu kita akan kekurangan sumber air. Siapa peduli?

Lantas, saat selaput rahim seorang gadis telah disobek-sobek, apakah dia tidak berhak untuk dicintai dan mendapat kasih sayang?  Tentu tidak, selaput rahim bukan tolok ukur kesucian. Cinta bukan soal selaput rahim, tetapi saling memberi pengertian dan memahami arti dari pada kehidupan.

Begitu pula Lokpahar. Saat pohonya ditebang, saat burung tak lagi berkicau apakah kita berhenti peduli? Tidak. Mungkin pemerintah sedang bingung mencari solusi, maka tugas kita, para pemuda, mahasiswa, tokoh masyarakat atau siapa saja, mulai saat ini, kita bahu-membahu menanam kesadaran kepada setiap warga masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan anak cucu kita.

Jika hari ini kita mendapat rezeki dari menebang hutan, besok, tahun depan atau puluhan tahun yang akan datang anak cucu kita yang akan merasakan dampaknya.

Kami merindukan Lokpahar yang dulu.

Sumber Foto : Instagram

Penulis : Popind Davianus|Tua Golo|

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *