Media Tidak Salah dan Kampus Tidak Selalu Benar

11

Loading


Setelah membaca artikel yang ditulis oleh Im Kartini (selanjutnya Im) di Tabeite.com dengan judul “Media Boleh Mengaitkan UNIKA St Paulus Atas Kasus Pembuangan Bayi, Tapi Jangan Berlebihan” saya rasa perlu memberikan tanggapan untuk tulisan tersebut.

Im menulis dengan menyertakan aturan kampus yang berkaitan Mahasiswa yang hamil di luar nikah. Sebagaimana Im sendiri adalah alumni UNIKA.

“Saya masih ingat dan paham betul tentang peraturan kampus yang tujuannya untuk meminimalisir kejadian ‘hamil di luar nikah’. Yang hamil atau ketahuan hamil wajib cuti. Jadi kalau kau tidak mau cuti jangan hamil di luar nikah, dan kalau kau mau hamil cuti dulu. Gampang, kan?” Demikian Im menulis dengan sangat santuy. Ehmmm…!!!

Sebagaimana dalam tulisan itu juga, Im meresahkan media yang seolah-olah hanya menyoroti pihak kampus daripada pelaku dan keluarga pelaku pembuangan bayi tersebut. Di sini kita juga bisa sedikit memahami, Im sedikit mencemaskan eksistensi kampusnya dengan masalah yang ada. Ok, fine! Its normal, Ladies and Gentleman.

Seorang penghuni atau pemilik rumah pasti akan membantah bila ada yang mengatakan rumahnya kotor dan banyak nyamuk. Dia akan mengatakan bahwa rumahnya baik-baik saja bahkan menjelaskan hal-hal positif yang ada di dalam rumahnya. Bahwa di dalam rumahnya ada kain meja yang indah, dinding yang dihiasi dengan deretan bingkai foto yang mengabadikan momen penting penuh prestasi. Kadang tuan rumah biasanya lupa atau tidak terlalu sering memperhatikan ada satu dua kecoak yang terselip di antara himpitan bingkai foto dengan dinding di ruang makan, yang ketika tamu datang, bisa saja kecoa melompat ke atas piring atau meja makanan. Misalnya begitu. Dan, persis seperti itu saya menggambarkan tentang apa yang dituliskan Im dalam artikelnya. Im seolah-olah membangun narasi yang bertujuan membela almamaternya.

Selain membela kampus, Im tidak menempatkan kampus sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas kasus ini. Pernyataan merasa bersalah yang selayaknya ada, tapi luput ditulis Im lewat narasinya. Akan tetapi, Im di posisinya sebagai almamater saja, bukan HUMAS UNIKA St. Paulus Ruteng.

Seharusnya, hemat saya, Im juga perlu menyampaikan sebuah autokritik yang perlu dilempar ke pihak kampus. Who should handle this thing? Saya tidak begitu setuju dengan apa yang dijadikan judul oleh Im dalam tulisannya. Atau Kak Im cemas citra kampus tercoreng? Apalagi sudah Universitas, belum setahun pula. Iya, Kak. Sebagai Anak Muda Manggarai, saya juga resah dengan persoalan ini, tapi kita perlu melihat ke dalam kampus.

Kalau Anda seorang alumni dari sebuah perguruan tinggi dan mendapatkan prestasi personal di luar sana tanpa melibatkan kampus, di mana-mana lembaga pendidikan yang pernah mendidik Anda pasti membangga-banggakan Anda, menjadikan Anda sebagai panutan untuk mahasiswa-mahasiswa selanjutnya. Demikian sebaliknya, Anda seorang alumni dari sebuah perguruan tinggi dan melakukan tindakan kriminal di luar lingkungan kampus dan ini masalah pribadi Anda, apakah kampus atau lembaga pendidikan yang pernah mendidik Anda tidak perlu kecewa dan malu? Jangan begitu dong, Kakak. Kan kesannya seolah cuci tangan. Pihak lembaga pendidikan yang pernah mendidik Anda perlu menjadikan Anda sebagai contoh produk gagal dari visi misi lembaga tersebut untuk dijadikan pembelajaran bagi generasi berikutnya.

Pihak kampus tidak bisa menanggapi hal seperti ini hanya dengan diam. Pihak kampus perlu berbenah, mengapa kebanyakan kasus hamil di luar nikah sampai pembuangan bayi seringkali terjadi di kalangan mahasiswa UNIKA Ruteng? Bahkan kalau dihitung, kasus serupa yang terjadi di Ruteng selama ini sering menimpa mahasiswa UNIKA Ruteng. Ada apa dengan regulasi kampus? Mengapa harus mahasiswa? Apakah tidak ada kasus serupa yang terjadi sebelumnya? Saya yakin sudah ada, bahkan lebih dari dua. Lalu di mana letak kesalahannya? Kurang pengawasan dari pihak pemilik kos atau kontrakan di Ruteng? Atau ada hubungan gelap yang terjadi di dalam kampus? Ada kekerasan seksual yang tidak dipublikasikan yang terjadi di dalam lingkungan kampus? Bisa jadi. Bisa jadi kita bertanya-tanya bahkan sampai mempersalahkan kampus agar pihak kampus juga perlu membuka mata, bekerja sama dengan awak media, pihak pemerintah dan kepolisian untuk mencari tahu di mana letak kesalahannya.

Kampus sebagai sebuah lembaga pendidikan sangat perlu membuka suara atas kasus yang menimpa para mahasiswanya. Kejadian serupa yang terjadi sebelumnya, hilang begitu saja tanpa jejak dan tanggapan pihak kampus sehingga tidak ada penyelesaian dan menimbulkan masalah yang serupa terjadi (lagi dan lagi). Citra kampus tercoreng? Sudah pasti! Peran humas kampus sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kembali citra kampus sebagai sebuah lembaga pendidikan. Bagaimana caranya? Dengan melakukan penyelesaian masalah tidak dengan diam dan bungkam. Bisa dengan diskusi publik atau melakukan penelitian khusus sehingga mungkin akan mendapatkan jalan keluar dalam menangani kasus seperti ini dan mengatasi agar tidak terjadi lagi kasus serupa.

UNIKA adalah Universitas Katolik, di mana selain regulasi kampus, lembaga pendidikan ini juga berpegang teguh pada ajaran Gereja Katolik. Bagaimana dengan kasus kehamilan pra-nikah? Bagaimana kejujuran pihak internal kampus kepada publik? Kita sama-sama mencintai UNIKA St. Paulus Ruteng, semoga pihak kampus berbenah dan mau berefleksi.

Sekian!

Penulis: Rena Theresia|Kontributor|

11 thoughts on “Media Tidak Salah dan Kampus Tidak Selalu Benar

  1. setahu saya tidak ada kampus yang mengajari mahasiswanya untuk berbuat tindakan asusila. jadi apa yg perlu kampus benahi? Lembaga juga penyebabnya? iya juga tapi bukan satu2nya, dan bukan yg primer. Miris, krn begitu banyak orang pintar (atau mungkin sok pintar) yang tidak pernah melihat persoalan ini terjadi salah satunya oleh kontrol sosial yang lemah dalam masyarakat. Sy dulu kuliah di Jawa, membonceng seorang perempuan di atas jam 9 PM di tengah pemukiman warga, respon warga adalah AUTORENGUS, bahkan sampai dikejar kejar seperti maling.
    Lalu Di ruteng???????
    Pemilik kos menerapkan aturan super ringan biar tidak kehilangan penghasilan. Atau mungkinkah pemilik kos sangat berharap agar dosen, pegawai bahkan Rektor harus turun ke kos2an utk inspeksi??? So, let’s think smarter.

  2. Menarik sekali tulisan ini. Saya sependapat untuk beberapa pertanyaan reflektif konstruktif yang saudara rumuskan. Saya melihat, ada tujuan besar yang sedang saudara pikirkan yaitu ‘Melihat sebab peristiwa dan mencegahnya untuk terjadi lagi’. Salut!
    Tapi, ada satu pertanyaan yang saudara rumuskan yang perlu diklarifikasi, yaitu tentang HUBUNGAN GELAP YANG TERJADI DI DALAM KAMPUS.
    1. Apa konstruksi pemikiran saudara dalam merumuskan pertanyaan itu?
    2. Apa hubungan pertanyaan tersebut dengan proses melihat sebab dan mencegah kejadian serupa?

    Terima Kasih.

  3. Ini pernyataannya yg perlu ditanggapi:
    “Atau ada hubungan gelap yang terjadi di dalam kampus? Ada kekerasan seksual yang tidak dipublikasikan yang terjadi di dalam lingkungan kampus? Bisa jadi”
    ini tudingan yang sangat tendensius.

  4. Pihak kampus tidak bisa menanggapi hal seperti ini hanya dengan diam. Pihak kampus perlu berbenah, mengapa kebanyakan kasus hamil di luar nikah sampai pembuangan bayi seringkali terjadi di kalangan mahasiswa UNIKA Ruteng? Bahkan kalau dihitung, kasus serupa yang terjadi di Ruteng selama ini sering menimpa mahasiswa UNIKA Ruteng. Ada apa dengan regulasi kampus? Mengapa harus mahasiswa? Apakah tidak ada kasus serupa yang terjadi sebelumnya? Saya yakin sudah ada, bahkan lebih dari dua. Lalu di mana letak kesalahannya?
    Maksud pernyataan ini apa ya penulis? Apakah penulis punya data mahasiswa unika yg pernah buang bayi seblum kasus ini?mhon klarifikasi

  5. admin mohon tampilkan komentar2nya, biar ada diskusi disini, penulis ini berupaya menggiring opininya menjadi fakta, dan ini bisa menyesatkan masyarakat. tabe. ai nggo ite, toe nganceng sangge tombo hoo ge

  6. Ulasan Anda bagus. Namun tulisan sayannya tulisan Anda tidak mengintegrasikan rasionalisme dan empirisme yang sesungguhnya. Anda hanya mengandalkan informasi katanya yang akan cendrung menyesatkan. Tulisan Anda tidak berimbang, dengan membabi buta begitu banyak bagian yang menyudutkan pihak kampus seolah2 kampus diam dan tidak melakukan apa2. Anda seharusnya mendalami dulu apa, bagaimana dan untuk apa aturan terkait dibuat oleh lembaga. Selanjutnya mengumpulkan fakta dulu setidaknya mencari tahu apa yang dilakukan oleh otoritas kampus setelah kejadian tersebut. Jika Anda belum tahu, sesaat setelah pelaku ditangkap, pihak kampus melalui Warek I lansung mendampingi mahasiswa itu dari kepolisian sampai di rumah PPA. bersamaan dengan itu Rektor Unika lansung melakukan koordinasi dengan pihak2 terkait seperlunya. Apanya yang diam????? Tulisan Anda sangat merugikan kami karena Anda sedang mengkondisikan kampus kami seolah2 begitu rendahnya. Saya mohon Anda bijak, ada etika dibalik tulisan yang dipublish. Jika Anda belum sadar, Anda bisa dituntut terhadap klaim anda yang tidak berdasar.

  7. Banyak diskusi berkembang terkait masalah ini. Tetapi yang pasti, harus sama-sama membawa “roh” solusi terbaik. Mengkambinghitamkan salah satu pihak pada media massa dan elektronik dengan dalil yang kurang akurat dan valid, adalah kecacatan pers yang juga perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak. Ini tak lagi elok untuk ruang mencari panggung, bukan?! Ini masalah serius yang merupakan tanggung jawab bersama dari kita semua . Menjadi lebih lucu lagi, jika di situasi sekarang ada “oknum” pemda yang tanpa sadar telah menjadi Yudas (?). Tetapi dari semuanya itu, tidak ada sedikitpun niat dari pihak kampus untuk cuci tangan!!!! Kami telah bergerak tanpa harus konfrensi pers dihadapan kalian yang haus berita!! Kalian kapan bergerak?! #Salam Kemanusiaan!!!

  8. Paparan anda tidak berdasarkan data yang valid. Terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang langkah kampus UNIKA dalam menangani beberapa kasus. Carilah informasi yang sebenarnya agar berita yang ditulis menjadi jelas….

  9. apa yang dimaksud dengan hubngan gelap di kmpus?
    Tulisan ini sangat tendensius. Dan terkesan memojokan lembaga UNika.
    Marilah kita bersama sama membntu menyelsaikan maslah ini dgn cara kita masing2. Pelaku memiliki klurga yg mncntainya. Bagamna prsaan klrganya jika setiap hari ada berita tentng pelaku..
    Mngkin sbaiknya sblum mempublish berita perlu konfimasi dan klarifikasi

Tinggalkan Balasan ke Nasar Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *