Menebak Pemenang Pilkada Manggarai Melalui Tanda-tanda Alam

Para pemenang (Foto dari google)
Popind Davianus|Redaksi
Riuh pemilihan kepala daerah di kabupaten Manggarai sudah mulai dari awal tahun. Baliho bakal calon ada hampir di sepanjang jalan. Pendukung dari tiap bakal calon pun mulai memamerkan jagoan mereka masing-masing melalui media sosial.
Menyaksikan keriuhan pendukung tiap bakal calon seperti mengisyaratkan bentuk partisipasi yang tinggi terhadap Pemilihan Umum yang diselenggarakan hanya sekali dalam 5 tahun itu.
Hanya sayangnya, iklim politik bisa berubah kapan saja. Riuh dan tawa antara pendukung di awal tahun berubah suhunya menjadi panas dan saling menghujat menjelang hari-H.
Sebagai warga dari kabupaten tetangga, mengamati gejolak politik di Manggarai sungguh mengasyikan. Caci maki antara pendukung, perkelahian dan ancaman-ancaman yang berpeluang menjadi tindakan kriminal, menjadi sebuah panggung hiburan tersendiri di media sosial. Hal yang hanya ditemukan sekali dalam 5 tahun seperti ini, mahal harganya, walau agak norak tindakannya.
Itu yang pertama. Yang kedua, persaingan antara dua bakal calon, Deno-Madur dan Hery-Heri tujuannya kita semua tahu. Menjadi Bupati!
Bagi warga dari kabupaten tetangga, siapapun pemenangnya, bodoh amat, tidak ada kebijakan dari pemenang yang nantinya berhubungan langsung dengan daerah kami.
Namun, sebagai pembaca tanda-tanda alam kelas ringan, saya tidak bisa bersikap bodoh amat. Ada yang perlu saya paparkan, yang mungkin mampu memengaruhi mereka yang masih bimbang menentukan pilihan. Kalau ternyata setelah membaca tulisan ini tetap juga bimbang, maka maafkan saya.
Begini. Dalam penentuan nomor urut, Deno-Madur mendapat lotre nomor 1 dan Hery-Heri mendapat nomor urut 2. Jika “kebetulan” ini dibaca sebagai sebuah tanda-tanda alam maka untuk apa kita memilih orang yang kedua jika sudah ada orang yang pertama. Yang kedua adalah orang yang hanya akan dipakai ketika yang pertama sudah tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya. Dalam dunia “percintaan”pun orang kedua selalu dianggap pengganggu hubungan asmara, orang yang merusak hubungan orang lain.
Tanda alam kedua. Hery-Heri adalah bakal calon bupati dan wakil bupati dengan nama yang sama hanya penulisan pada huruf terakhirnya saja yang berbeda. Hery pakai (Y) dan Heri pakai (I). Tanda alam ini punya keterkaitan dengan tahun pemilihan bupati dan wakil bupati, yakni tahun 2020. Kita harus sadar bahwa tahun 2020 terdiri dari 4 digit angka yang jika dipisahkan per-dua digit, maka digit kedua memiliki kesamaan dengan dua digit pertama. Dua digit pertama 20 dan dua digit kedua 20. Tidak bingung kan?
Karena Hery-Heri memiliki nama yang sama, dan tahun 2020 memiliki angka yang sama per-dua digit, maka jangan-jangan hal ini menjadi isyarat bahwa di tahun 2020 yang keluar sebagai pemenang adalah Hery-Heri. Belum lagi mereka mendapatkan nomor urut 2.
Lalu siapa yang menang? Tidak tahu juga. Tetapi yang kalah harus mau menerima kekalahan dengan lapang dada. Ketika sudah demikian, sejatinya yang kalah juga sebenarnya ikut menang. Menang terhadap keangkuhan diri sendiri.
Sampai jumpa di tanggal 9 Desember.