Mengenal Osth Junas, Pemilik Jasa Pengiriman RakatNesia

0

Dari RAKAT untuk Indonesia

Loading


Erik Jumpar|Redaksi

Semenjak menginjakkan kaki di Kota Pahlawan, ia bertujuan untuk mengenyam pendidikan sarjana. Gemerlap Kota Surabaya dengan beragam pilihan jurusan jadi salah satu pertimbangan dasar untuknya berkuliah di sana. Berbekal doa dan harap dari orangtua di kampung, ia melangkahkan kaki mewujudkan mimpi, meninggalkan Nusa Bunga di enam tahun silam.

Ia adalah Osth  Junas, pria kelahiran Lamba Leda, Manggarai Timur pada 5 Agustus 1997. Perjalanan hidup selama berkuliah di Kota Surabaya membawanya terlibat dengan pelbagai proses. Lulusan Universitas Wijaya Putra pada tahun 2020 itu selama kuliah tak menjadi seseorang yang nyaman dengan statusnya sebagai mahasiswa. Ia terlibat dalam pelbagai kerja-kerja untuk mempertahankan hidup, tak melulu mengandalkan uang bulanan dari orangtua di kampung halaman.

“Akhir 2016 saya mulai membangun bisnis garap skripsi. Pelanggan pertama waktu itu orang Papua,” jelasnya.

Jumlah rupiah yang ia dapatkan dari bisnis menggarap skripsi cukup menggiurkan. Ia membuka jasa untuk mengedit skripsi dan di antara layanan yang ditawarkan dengan berdiskusi bersama mahasiswa selaku pengguna jasa. Di dalam proses ini, ia mendapatkan pelajaran hidup.

“Nilai kehidupan saya dapat selama menggarap skripsi. Hal ini mendorong saya untuk terjun ke dunia bisnis,” lanjutnya.

Pengalaman ini membawanya untuk menjajal bisnis yang lain. Pada awal tahun 2017, ia membuka toko buku. Ukuran tokonya memang tidak besar, stok bukunya tidak sebanyak toko buku pada umumnya. Namun itu tak mengurungkan niatnya untuk melebarkan bisnis di dunia perbukuan.

“Toko buku yang saya dirikan memang bukan toko resmi. Dulu alamatnya di Wae Palo, Ruteng,” jelasnya lebih jauh.

Usaha toko buku yang ia rintis awalnya berjalan dengan normal. Namun di akhir tahun 2017, usahanya menemukan jalan buntu. Tokonya tak bisa lagi menyediakan stok buku. Padahal pasarnya lumayan menjanjikan. Jumlah permintaan selama toko itu beroperasi cukup tinggi.

“Toko buku akhirnya tidak jalan. Modal saya menipis, tabungan pribadi ikut keropos,” ceritanya dalam percakapan via WhatsApp.

Saat ia jatuh memang ada pengalaman perih. Pengalaman itu menuntunnya untuk mengambil hikmah di balik peristiwa yang terjadi. Ia memilih untuk tidak terus-terusan meratap takdir. Tuntutan untuk melanjutkan hidup membawanya untuk merintis pada tangga hidup yang lain. 

Di kala toko buku gulung tikar, ia banting stir. Ia memilih bekerja di mall. Hari-hari ia menjalankan profesi sebagai Sales Executive. Tugasnya menawarkan kursi pijat refleksi. Ia melakukan aktivitas itu dengan melakukan promosi di dunia maya dan dunia nyata.

Dari pengalaman sebagai Sales Executive ada pelajaran hidup yang ia dapatkan. Kesempatan bekerja itu ia manfaatkan untuk terus belajar mengasah kemampuan. Ia tak berpuas diri. Belajar baginya tak mengenal tempat dan waktu. Ia dapat terjadi di mana, kapan, dan dengan siapa saja.

“Selama bekerja di mall ada banyak ilmu teknik marketing dan bisnis modern yang saya pelajari,” jelasnya.

Sembari terus bekerja, ia mencoba untuk membuka jasa desain grafis. Kemampuannya dalam dunia digital membawa berkah tersendiri. Pundi rupiah turut terisi. Ia mengisi waktu di sela pekerjaannya sebagai Sales Executive untuk menuntaskan setiap pesanan lewat media sosialnya miliknya.

Tak lekas puas dengan pencapaiannya, mahasiswa Magister Manajemen Universitas Wijaya Putra itu melebarkan bisnis dengan menjual laptop dan alat print. Pada Bulan November 2020, ia mulai merintis usaha barunya tersebut.

Di tengah pasar yang cukup menjanjikan, ia menemukan tantangan di balik bisnis yang ia rintis. Barang yang ia kirim ke pembeli rusak. Ia harus mengganti rugi atas kerusakan barang. Buntutnya tabungan ikut menipis. Modal untuk membeli barang ikutan habis.

“Dari kejadian itu, saya melakukan evaluasi diri,” jelasnya.

Hasil evaluasi diri dari bisnis itu membawanya menuju titik baru. Ia menemukan letak kesalahannya pada produk pengiriman. Bungkusan barang yang tidak aman menjadi satu di antara alasan akan kerusakan barang yang dikirim ke pembeli. Ia pun berpikir ekstra untuk menemukan solusi di balik pengalaman buruk tersebut.

Buah dari pelajaran yang didapatkan dalam bisnis sebelumnya mendorong ia untuk merintis usaha jasa pengiriman paket. Ia sadar tantangannya besar. Makanya sebelum meluncurkan jasa pengiriman paket, ia terlebih dahulu diskusi dengan berbagai pihak, termasuk membicarakan manajemen risiko.

Setelah melewati berbagai pertimbangan, ia resmi meluncurkan usaha jasa pengiriman paket. Namanya RakatNesia. RakatNesia resmi mengudara di tanggal 22 Agustus 2020. Kota Surabaya menjadi pusat dari beroperasinya RakatNesia. Semenjak itu RakatNesia mulai diperkenalkan ke publik. Kiprahnya dalam urusan pengiriman barang pun resmi beroperasi.

Dalam percakapan lebih jauh, alasan lain hingga Osth Junas merintis RakatNesia berbekal dari dorongan kekasihnya. Pria pecinta anggrek ini ternyata kekasihnya memiliki keluhan terkait mahalnya ongkos pengiriman barang ke Pulau Flores.

“Pacar saya memiliki pelanggan tetap belanja online, hanya berbenturan dengan ongkos kirim ke luar pulau yang mahal,” jelasnya.

Di awal perjalanan, RakatNesia hanya melayani pengiriman barang untuk wilayah di bagian barat Pulau Flores. Namun belakangan ini, RakatNesia turut melayani pengiriman barang menuju Kota Ende, Kota Maumere, Kota Kupang, Pulau Kalimantan hingga di ujung timur Indonesia, Papua.

Belakangan ini pengguna RakatNesia cukup menggairahkan. Jumlah pengguna layanan di setiap pekan terus melonjak. Progres usahanya mengalami perkembangan. Setiap pekan paket yang dikirim via RakatNesia jumlahnya hampir 50-an paket. Ia pun bekerja ekstra dalam memenuhi kepuasan dari pelanggan.

“Itu membuat saya lebih keras dalam bekerja dan memotivasi saya untuk terus berinovasi,” jelasnya.

Baginya, peluang usaha dalam bidang jasa pengiriman paket tidak hanya membantu kehidupan ekonomi. Ia punya kesempatan untuk membangun relasi dengan orang-orang yang sebelumnya tidak ia kenal sama sekali. Media sosial membantunya untuk terhubung dengan pengguna layanan yang ada di luar sana.

“Sekarang saya jadi lebih banyak kenalan,” ceritanya.

Di kalangan orang Manggarai, RakatNesia dikenal sebagai jasa pengiriman yang ramah kantong. Ongkos kirim dengan biaya Rp. 10.000/kg  sampai di Manggarai membuatnya jadi pilihan favorit. Beberapa di antara pengguna layanan dari RakatNesia memberikan testimoni lewat akun media sosial mereka masing-masing.

“Belanja online dengan ongkir masuk akal. Pengiriman edisi kesekian dengan RakatNesia Jastip,” tulis Rumah Kopi Edelweis di akun bisnis miliknya sehari yang lalu.

RakatNesia beroperasi setiap pekan. Estimasi pengiriman barang sekitar empat sampai lima hari hingga tiba di tempat tujuan. Dengan semangat Dari Rakat Untuk Indonesia, RakatNesia memiliki mimpi untuk membangun jaringan ke seluruh wilayah Nusantara.

Di akhir percakapan, redaktur Tabeite menimpalinya dengan pertanyaan terkait kapan meminang kekasihnya. Ia tak memberikan keterangan apa-apa. Pesan yang dikirim tak bercentang biru.

Sukses selalu untuk RakatNesia. Tetap melayani dengan sungguh, seperti semangat dari Bank NTT. Maju terus, pantang mundur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *