Mimpi di Asrama Seminari Kisol Terwujud, Kini Illo Djeer Menjadi Musisi Beken

Sekitar seminggu yang lalu, Tua Golo tabeite.com meminta saya menghubungi seorang penyanyi dari tanah Manggarai. Katanya, kami bagi tugas, saya ditugaskan wawancara, Tua Golo bantu menyusun pertanyaan dan menyaksikan semua karya Kae Illo Djeer di Youtube.
“Enu kenal Kae Illo Djeer?” Tanya Tua Golo kami yang baik hati dan kurus kerempeng.
“Yang nyanyi lagu Wicul tu toh?” maaf gaess, dengar nama Illo Djeer, saya langsung ingat mantan, eh ingat wicul. Karena baik mantan maupun wicul, keduanya bikin perih dan meninggalkan bekas, hehehe taroo.
Padahal lagunya bukan Cuma Wicul, kalau kita intip di channel Youtube Illo Djeer, ada Kompiang Blues, Kopi Manggarai, Cebong, Congka Chacha, Kakor Lalong Nara ge, dan masih banyak lagi.
Sebelum chat beliau via WhatsApp, saya agak kurang yakin dengan clue yang dikasih Tua Golo bahwa, Kae Illo Djeer berasal dari Manggarai Timur. Setelah saya chat beliau, barulah saya percaya, betul Kae Illo Djeer orang Manggarai Timur.
“Saya punya Bapa orang Wunis, Poco Ranaka Timur. Sedangkan Mama orang Pau, Ruteng.”
Jadi, tidak salah dan tidak berlebihan jika Kae Illo ini saya klaim sebagai orang Manggarai Timur. Walau lahir dan besar di Pau, Ruteng, setidaknya dalam tubuhnya mengalir darah Manggarai Timur.
Sejak 2013 hingga sekarang, Kae Illo tinggal di Depok bersama istri dan putrinya yang berumur 10 tahun. Pekerjaan Kae Illo Djeer saat ini adalah bermain musik dan bernyanyi di hotel dan kafe ternama di daerah JABODETABEK.
Kepercayaan diri Kae Illo Djeer dalam bermusik lahir semenjak belio menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Seminari Pius XII Kisol. Kala itu, Kraeng Tua beranak satu ini sudah punya modal bermain gitar walau sebatas chord dasar. Dengan modal sedikit chord major dan minor, di Seminari Kisol, Illo Djeer mengikuti lomba Cipta Lagu Berkelompok dan luar biasanya, yang keluar sebagai pemenang adalah kelompoknya Illo Djeer, dengan lagunya saat itu diciptakan oleh Illo Djer sendiri tanpa campur tangan orang lain dalam kelompok.
Semenjak hari itu, Kae Illo Djeer berlari ke kamar tidur, merenung sambil merebahkan badannya di tempat tidur, “mungkin bermusik adalah jalan hidup saya,” begitu perenungannya di sebuah tempat tidur kecil di Asrama Seminari Kisol.
Setelah dari Seminari Kisol, setiba di SMAN 1 Langke Rembong Kae Illo Djeer sering bernyanyi di acara-acara seperti: Pameran Pembangunan, Ulang Tahun Sekolah, serta menjadi organis dalam perayaan misa di Paroki Cewonikit, Ruteng.
Ilmu bermusik yang diperoleh dari Seminari Pius XII Kisol dan SMAN 1 Langke Rembong ini, sesampai di Jakarta ternyata bisa mendatangkan uang bagi Kae Illo Djeer. Saat berkuliah di Universitas Indonesia (UI), Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya), Kae Illo Djeer berhasil menjadi pemenang ke-2 lomba Musikalisasi Puisi Pengamen dan Mahasiswa se-JABODETABEK.
Selama di UI, belio juga pernah memusikalisasi puisi Eka Budianta yang berjudul Anak – Anak Angsa. Lalu Kae Illo Djeer juga pernah dipercayakan jadi arranger album Lalong Liba untuk lagu: Patamo, Capang Tana, Manik Keta Laing, dan Manggarai o Tana Ge.
Menjadi juara ke-2 lomba Musikalisasi Puisi di UI hingga menjadi arranger album Lalong Liba adalah awal bermusik secara profesional bagi Kae Illo Djeer. Artinya, di balik keseriusannya bermusik, ada komisi yang diperoleh, kikuk kikuk. Ya elah, dimana-mana kerja pasti buat dapat uang kan? Itu poin penting yang dimaksud Kae Illo Djeer.
Saat ini, bermusik adalah jalan hidup bagi Illo Djeer. Mimpi semasa kecil di tempat tidur Asrama Seminari Kisol, kini telah berbuah manis. Pekerjaan Kae Illo Djeer di Jakarta adalah manggung di hotel dan kafe ternama dengan biaya yang cukup besar. Tetapi dengan segala kerendahan hatinya Kae Illo Djer menyebut manggung dari hotel ke hotel dan kafe ke kafe itu dengan sebutan ngamen. “Saya ngamen ew nu, di hotel dan kafe besar di sini. Uangnya sangat cukup untuk menafkahi keluarga.”
Sebagai musisi beken, Kae Illo Djeer sudah beberapa kali manggung di luar negeri. Tanggal 21- 22 mei lalu, Kae Illo Djeer yang tergabung bersama kelompok musik Krontjong Toegoe, manggung di Jepang, negerinya Miyabi alias Maria Ozawa, hehehe julukan tepatnya, negeri Sakura yah gaess, abaikan Miyabinya.
Di Jepang, selain Manggung, Krontjong Toegoe juga membuat video klip untuk lagu Tanah Tugu. Sumpah! Lagunya keren, sentuhan melodi gitar Kae Illo Djeer yang kental dengan nuansa bluesnya, membuat lagu ini akrab di telinga siapa saja. Perpaduan musik keroncong dan iringan gitar Kae Illo Djeer yang memaksa saya mendengarnya berulang-ulang. Pokonya ta sen, asyik. Coba cek yutup sa.
Dari sekian banyak personil kelompok musik Krontjong Toegoe, yang berasal dari Manggarai, ternyata bukan Kae Illo Djeer saja, ada satu anggota baru, namanya David Kristomi, belio dengan Kae Illo Djeer sama dari Cewonikit. Sebagai sesama Manggarai, kita wajib bangga kan? Pada tahun 2016 Kae Illo Djeer bersama Krontjong Tugu juga pernah ke Portugal.
Tidak hanya manggung di luar negeri. Kelompok musik yang diisi oleh dua orang dari Manggarai ini juga sering manggung di Istana Negara. Semenjak Kae Illo Djeer bergabung pada tahun 2008, mereka sudah 4 kali masuk Istana Kepresidenan. “ Kami sudah empat kali main di Istana Negara, termasuk saat pertemuan Konferensi Asia Afrika. Di Istana Bogor, kami pernah main mengiringi makan siang Jokowi dengan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad. Pokoknya sudah empat kali.” Tutur Kae Illo Djer.
“Lagu Wicul saya suka sekali Kae”
“Hahahaha saya kurang suka karena trauma. Itu kejadian nyata soalnya. Saya tulis lagu dari apa yang saya rasakan, dan kata wicul saya pikir sama berharganya dengan kata momang misalnya, dan karena itu kejadian seseorang kena wicul sama berharganya dengan kejadian orang jatuh cinta. Hehehe.”
Kae Illo memilih bermusik di Jakarta karena menurutnya, di Manggarai belum ada lowongan pekerjaan yang layak untuk musisi. Belio berpendapat, jika Manggarai sudah berkembang secara ekonomi, maka tercipta banyak lowongan pekerjaan, termasuk lowongan pekerjaan untuk musisi juga.
“Ya kita doakan saja Manggarai Raya bisa berkembang sehingga para musisi-musisi hebat bisa pulang ke tanah kelahiran.”
Melihat keadaan Manggarai yang begitu pilu, sebagai musisi, Kae Illo Djeer tidak hanya duduk diam. Belio tahun lalu menjadi pembicara bincang musik di Rumah Baku Peduli, Labuan Bajo, juga di Seminari Kisol.
“Mungkin itu yang bisa dilakukan untuk kampung halaman, terkait musik. Selain itu, ya, dengan menciptakan lagu berbahasa Manggarai.”
“Btw Kae, bagaimana tentang musik di Matim ge?”
“Saya baru selesai mengaransemen lagu-lagunya Lorens Soferdi, pencipta lagu dan penyanyi tunanetra dari Benteng Jawa. Sebagai sesama Matim juga, saya bangga. Di Borong juga ada musisi-musisi muda hebat dari grup Ring Roots. Kebetulan waktu di Kisol tahun lalu kami main sama-sama. Personilnya juga masih saya punya adik-adik sepupu.” Tutup Illo Djer.
Penulis : Im Kartini & Popind Davianus|Redaksi|
Hbd om Illo