Mobil Ambulans di Puskesmas Mombok Bukan Mobil Ambulans Pengangkut Batu di Jakarta

2

Bagaimana dengan ambulans kami, keren 'kan? (Sumber gambar: Koleksi pribadi)

Loading


Popind Davianus | Redaksi

Siang itu tim Tabeite menuju Mombok. Erik Jumpar, Itok Aman, Imm Kartini dan saya adalah bagian dari tim itu. Sedangkan, Apek Alfred, Anno Susabun, Os Junas, Dhoni Jematu dan Mita Barung entah sedang diutus ke planet mana, intinya mereka bagian dari tim Tabeite yang sedang tidak sempat bergabung bersama tim “Tabeite Goes to School”.

Sebelum menuju Mombok, kami mampir ke Ngkolong terlebih dahulu. Dalam edisi dua minggu lalu Erik Jumpar sempat menulis soal program Tabeite Goes To School Part 1, silakan dibaca.

Kunjungan menuju Mombok ini sebetulnya dadakan. Karena nama Tabeite sudah melambung jauh terbang tinggi alias terkenal di seantero Manggarai Timur (uhuk, uhuk, uhuk), lalu beberapa humas dari Puskesmas Mombok, malam sebelum acara di Puskesmas  dilaksanakan, mampir ke rumah saya. Mereka tidak meminta kami hadir dan menulis artikel seperti yang sedang Anda baca, melainkan mengundang kami untuk mengikuti seluruh rangkaian acara mereka, dan menurut kami momen langka seperti yang mereka buat wajib diabadikan dalam tulisan. Hahahaha….. hais diabadikan, prêt!!!

Sehabis dari SMPN 5 Sambi Rampas di Ngkolong, kami mampir di rumah, mengganjal lambung terlebih dahulu dengan makan siang.  Kala itu yang porsi makannya paling banyak, Erik Jumpar. Sebagai adik, kami tidak merepotkan porsi makannya, toh hamparan sawah di samping rumah baru saja panen.

Sehabis makan kami langsung bergegas menggunakan dua buah sepeda motor. Perjalanan ke Mombok dari rumah saya di Cabang Wangkar hanya memakan waktu kurang lebih 10 menit. Selain karena jalanannya datar, pemerintah Manggarai Timur juga baru saja menganggarkan lapen dari Kampung Mendang sampai Mombok dalam jangkauan wilayah Kecamatan Elar dengan jarak kurang lebih 2 KM. Lapen baru itu yang menjadi ajang unjuk gigi Itok Aman dan Erik Jumpar sebagai dua pebalap amatiran. Itok sebagai pebalap dari tim Yamaha Vixion dan Erik pebalap dari tim Kawasaki KLX. Yang saat itu jadi pemenang adalah Imm Kartini dengan segala omelannya. Dan kalimat yang paling saya ingat ialah “Oe toe di ngoeng mata kaku, pelan koe, kaka Itok”

Sesampai di Mombok kami mampir di kios Harapan Bersama, barang yang paling awal dicari Imm Kartini tentu air minum. Wajar, sehabis jantungnya berdetak lebih cepat, ia tentu butuh air.  Di atas lemari kaca ada pelbagai jenis minuman, sebagai pemuda yang mencintai produk daerah saya memilih mengambil botol Air Minum Ruteng, celakanya isi botol tersebut ternyata bukan air melainkan sopi. Untuk menjaga perasaan pemilik kios, saya menyuruhnya mengambil Air Minum Ruteng yang botolnya paling gede, sedangkan yang botol kecil yang isinya sopi kami tetap beli, sekaligus kami minta gelas.

Kabar kedatangan kami berhembus hingga Puskesmas, utusan humas pun menjemput kami. Setiba depan Puskesmas kami lebih memilih nongkrong di depan kiosnya salah satu tim Tabeite, Yuni Narmi. Di sana kami bercengkerama sambil menikmati kopi hidangan Yuni. Sedangkan pembicaraan yang sedang berlangsung dari dalam ruangan acara kami abaikan.

Selepas acara kami bergegas masuk ke Puskesmas menemui Agustinus Jarut, kepala Puskesmas Mombok. Beliau berapi-api menjelaskan visi misi PUSKESMAS yang dipimpinnya hingga Itok Aman terlelap dan mungkin saja bermimpi togel saat itu.

 Gedung Puskesmas yang kami kunjungi sudah didirikan sejak tahun 1991 oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai. Menyadari betapa tuanya bangunan itu, Maret 2020 Agustinus Jarut berinisiatif untuk merenovasi. Kini Puskesmas Mombok tua menurut usia, tetapi gedung tampak muda seperti lazimnya bangunan yang baru setahun dua tahun didirikan.

Hal yang menarik dari renovasi bangunan ini yakni menggunakan pola gotong royong. Pola gotong royong yang dimaksud, warga secara sukarela menyumbang dana untuk renovasi Puskesmas dan dana yang sukses terkumpul saat itu berjumlah  10 juta rupiah. Selain itu ada pula pengusaha yang berbaik hati yang menyumbangkan cat dan seorang dokter yang menyumbangkan uang sejumlah 50 juta rupiah untuk kebutuhan air minum. Kini air minum itu mengalir sampai jauh bersama pipa rucika……Eits, itu iklan pipa di TV. Maksud saya, kini sumbangan uang dari dokter yang dimaksud sudah bertransformasi menjadi bak penampung, pipa dan air mengalir deras sampai Puskesmas dan rumah dinas pegawai.

Ternyata atas alasan itu kami diundang ke Puskesmas. Agus Jarut dan para pegawai yang penuh inovasi mengadakan kegiatan syukuran atas semua pencapain itu. Di luar Puskesmas dipamerkan juga sebuah mobil ambulans baru. Mobil sumbangan dari Dinas Kesehatan Manggarai Timur.

Mobil ambulans merk Toyota Hilux tersebut sangat cocok dengan medan Manggarai Timur yang dipenuhi jalan berlubang dan berlumpur. Dengan penggerak 4 x 4 mobil ini tentu memudahkan penjemputan pasien di segala medan. Dengan disumbangnya mobil baru dan bangunan Puskesmas yang sudah direnovasi sudah semestinya meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas itu sendiri.

Dengan demikian mobil ambulans di Puskesmas Mombok bukan mobil Ambulans pengangkut batu di Jakarta kan?

2 thoughts on “Mobil Ambulans di Puskesmas Mombok Bukan Mobil Ambulans Pengangkut Batu di Jakarta

  1. Mantap brow2ku semua, berkaryalah terus…bantu adik2 milenial … semoga semua tulisan Tabeite dpt membantu generasi manggarai timur

Tinggalkan Balasan ke K.A.Saleman Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *