Dalam Sepakbola Tarkam, Nama Istri Bisa Jadi Fam, Sungguh!

Maria dan seorang malaikat (Sumber foto: Google)

Loading


Itok Aman|Redaksi

Ini hanya kisah unik klub sepak bola Araci di masa lampau yang masih menjadi pilihan utama bagi saya sebagai inspirasi dalam mencintai dan mengapresiasi akan kehadiran seorang istri.

Sebuah klub sepak bola di kampung saya pada dahulu kala mengenakan kostum sepak bola  yang belum bernomor punggung. Mendingan generasi kalian sekarang ini, dik-adik! Sudah ada nomor punggung, nama pemain pun ditulis di jersey. Dulu mana ada begitu?

Tidak hanya sebatas itu, kreatif pemain bola di kampung saya membuat segalanya asyik, asoy dan ahay! Para pemain yang terdaftar sebagai peserta regu tidak hanya mendaftarkan nama panggilan mereka (apalagi nama lengkap itu terlalu mainstream), namun di belakang nama mereka sendiri ada nama istri masing-masing (ini baru anti mainstream). Yang belum beristri, pakai nama pacar. Yang tidak punya pacar, pakai nama mama kandungnya. Sehingga tidak ada kesulitan untuk panitia atau komentator memanggil pemain saat terjadi pergantian.

Seperti yang kamu dengar sekarang, dik-adik;

1. “Wasit, ada  pergantian pemain dari Araci FC, nomor 7 keluar, nomor 15 masuk.”

2. “Wasit, ada pergantian pemain dari Araci FC, Nomor 7 diganti oleh nomor 15.”

Nah, yang ini jika pemain yang mengenakan nomor punggung  7 itu kritis, bisa saja dia keluar lapangan sebentar lalu ambil jersey nomor 8, tukar, kemudian masuk lagi. Karena bukan pemainnya yang ganti malah nomornya. Maka pemainnya tetap, nomor punggungnya ganti. Kan, anjay!

Atau contoh lain, sekarang sudah ada wasit garis yang angkat papan score, di situ juga tertulis nomor punggung pemain yang di lapangan akan diganti oleh pemain yang duduk di bangku cadangan.

Klub sepak bola di kampung saya beda. Mereka tidak menggunakan nomor punggung tetapi mereka menyertakan nama istri, pacar atau Mama. Sehingga asoy saat dipanggil ketika ada pergantian pemain. Semisal;

1. “Wasit, ada pergantian pemain dari Araci FC, Olgan de Mega keluar, Ordin de Elfi masuk.”

2. “Wasit, ada pergantian pemain dari Araci FC, Marsel de Yanti keluar, Anus de Reni masuk.”

3. “Wasit, ada perceraian pasangan dari Araci FC, bla bla…” yang ini ora bakal terjadi. Never be hapen!

Kata “de” sendiri, dalam Bahasa Manus berarti menjelaskan kepunyaan atau kepemilikan. Contoh: Siapa punya? = de sei?, punya saya = de daku, milik Marta = de Marta.

Nah, praktik yang dilakukan oleh pemain sepak bola Araci ini juga ditiru oleh salah seorang pemain bola ternama dari Argentina, yang pernah berduet dengan beberapa pemain besar di liga Eropa seperti Neymar, Cristiano Ronaldo, Marcelo, Mbappe, dan lain-lain. Dialah Angel di Maria. Saat pertama kali merumput di lapangan hijau, Angel di Maria memiliki kekasih bernama Maria. Maka nama itu yang ia gunakan di jersey-nya saat beraksi mengolah si kulit bundar.

Akan tetapi, entah alasan apa yang menyebabkan perjalanan asmara mereka berakhir di tengah jalan hingga akhirnya Angel di Maria menikah dengan Jorgelina Cardoso. Maka jangan heran jika Angel di Maria yang meniru gaya penggunaan nama pemain sepak bola Araci di lapangan hijau. Sialan! Yang ini jangan dipercaya. Ini sekadar cocoklogi yang tidak patut ditiru. Cocoklogi hanya dilakukan oleh penceramah yang sering menjual agama untuk mengisi kantong keringnya!

Praktik ini juga membuktikan bahwa di mana pun, kami, laki-laki dari Rana Mbeling (Rambel) ini sangat menghargai kaum perempuan, mencintai mereka dalam segala bentuk dengan segala macam cara-upaya agar mereka bahagia, pun sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan kaum perempuan di luar sana. Kami melawan budaya patriarkat di lapangan dengan cara di atas. Mengangkat nama perempuan di tengah lapangan disaksikan ribuan pasang mata yang menonton pertandingan berlangsung merupakan salah satu dari sekian banyak cara pemain Araci Fc untuk mendukung perjuangan feminisme. Karena kami orang Rambel yang cinta damai.

Ttd:

Itok de Maria

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *