Nampar Nos: Tangan Mori Kraeng yang Menjamah Manggarai

Frumens Arwan: Redaksi
Bila di Manggarai, Gunung Ranaka adalah yang paling dekat dengan surga―tempat sujud dan syukur orang-orang Manggarai merapal sebagai doa―Nampar Nos adalah tangan Mori Kraeng (Allah) yang senantiasa menjamah bumi Nuca Lale ini. Nampar Nos adalah jawaban tak berkesudahan dari Mori Kraeng atas doa-doa orang Manggarai yang tak henti-hentinya dilantunkan.
Sebelum membicarakan berkat yang turun ke atas bumi Manggarai dari gunung ini, alangkah baiknya kita mengenal sekilas sejarah dan pesona gunung ini. Gunung Nampar Nos pada mulanya adalah anak Gunung Ranaka yang muncul setelah gunung itu meletus pada 11 Januari 1988. Gunung yang memiliki ketinggian di atas 2000-an meter di atas permukaan laut (mdpl) ini adalah salah satu gunung berapi yang masih aktif di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Menurut catatan sejarah, ketinggian asap ketika gunung ini meletus mencapai 8.000 meter dan telah memuntahkan awan panas yang menutup daerah Wae Reno dan sekitarnya, juga wilayah di sebelah utara gunung itu.
Di hutan yang terletak di kaki gunung dengan puncak tandus dan berpasir ini, siapa saja bisa berpapasan dengan pesona burung eksotis, bernama Ngkiong (Pachychepala nudigula). Saat Anda menyambangi gunung ini, Anda akan mendengar dari dekat kicauan merdu burung ini. Indah nian kicauannya, sungguh nyanyian alam yang menyejukkan.
Pesona lain gunung ini adalah puncak dan hutan nan hijau di bawah kakinya. Jika Anda berkesempatan mendaki Gunung Ranaka, pesona pasir dan bebatuan di puncak gunung Nampar Nos dan hamparan pepohonan hijau di kakinya bisa Anda nikmati dari shelter kedua yang terletak di kilo meter ketujuh.
Dari sana, keindahan gunung ini bisa Anda nikmati begitu dekat dari pelupuk mata Anda. Dan ababila Anda hendak menjajal puncaknya, Anda harus mati-matian membelah belantara hutan menuju arah timur, tempat puncak gunung itu menjulang. Itu pun jika Anda mau bersusah payah terlebih dahulu.
Nampar Nos adalah tangan Mori Kraeng (Allah) yang senantiasa menjamah bumi Nuca Lale
Eh, tapi jangan salah kaprah soal nama gunung ini. Soalnya ada perusahaan air minum di Manggarai yang mengambil nama gunung ini. Namanya PT. Nampar Nos. Bahkan kata ‘Nampar Nos’ dalam nama perusahaan ini bisa jadi lebih santer daripada nama gunung ini sendiri. Jika Anda, misalnya, mencari nama gunung ini di internet, bukan tidak mungkin nama perusahaan ini yang akan Anda temui.Yah, banyak memang orang Manggarai yang melupakan surga di pelupuk matanya. Banyak juga yang tak suka alam. Nah, supaya jelas,‘nampar’ sendiri artinya ‘tebing’ atau ‘cadas’ dan nos berarti ‘hitam gosong’.
Sebagaimana saya bilang di awal tulisan ini, jika Anda mengingat Ranaka sebagai isyarat doa-doa orang Manggarai yang naik ke pintu Surga, ingatlah Nampar Nos sebagai berkat dari Surga ke atas bumi Nuca Lale ini.
Di Manggarai, terutama di wilayah Pocoranaka, Wae Ri’i dan Langke Rembong, kesuburan dan hasil tanah yang melimpah tak pernah lepas dari keberadaan Nampar Nos. Betapa tidak, konon abu vulkanik yang dimuntahkan gunung ini menjadi pupuk alami bagi kesuburan alam di kaki gunung itu. Siraman abu itulah yang telah menjadi kompos bagi suburnya kopi dan cengkih di wilayah Mano, Pocoranaka dan menjadi ‘air’ yang menyirami ranumnya buah-buahan dan panenan di wilayah Robo dan sekitarnya. Juga pasir Wae Reno―salah satu pusat pertambangan pasir di wilayah Manggarai bagian tengah―yang kini menjadi material penting dalam pendirian bangunan orang-orang Manggarai didapatkan dari muntahan lava gunung ini berpuluh-puluh tahun silam.
Tapi Nampar Nos sebenarnya masih bisa memberi satu lagi berkat bagi bumi Nuca Lale ini, yakni dari sektor pariwisata. Nampar Nos dengan segala pesonanya bisa jadi daya tarik yang luar biasa pagi para wisatawan, yang pada gilirannya bisa memberikan pemasukan bagi pendapatan daerah.
Gunung ini bisa diolah menjadi spot foto, lokasi pendakian dan tracking, wisata hutan dan satwa langka dan masih banyak lagi. Sayang seribu sayang, pemerintah dan pihak berwajib Kabupaten Manggarai tak mampu mengolahnya sekadar untuk menjadi berkat. Kita tentu berharap bahwa berkat itu sekali lagi turun ke atas kita dari atas gunung itu. Tentu jika kita pandai memakai akal budi kita.
Nampar Nos, sebagaimana ia ada hingga kini adalah lambang berkat Mori Kraeng yang tiada putus-putusnya dilimpahkan-Nya kepada kita, manusia-manusia yang bernaung di bawah kakinya. Mengikuti kalimat Pramoedya Ananta Toer, bumiku bukan soal korupsi, gonjang-ganjing persoalan tambang, atau sengketa sedarah. Bumiku adalah Nuca Lale dengan Nampar Nos dan segala berkat melimpah darinya.