“Nana, Om Nibus Law Lebih Seksi Dibandingkan Anak Om”

Curhatku lebih seksi dari Omnilibus Law. (foto; dari google)
Ila Karmila|Kontributor
Musim kemarin sudah berlalu, hati yang sejuk kini sudah mulai layu lancataran gersang dan panas sepanas dada dan isi dada. Enu Lena binggung mau melakukan apa di tengah situasi seperti ini. Corona yang di kenal dengan istilah Covid-19 belum juga usai, mungkin saja menunggu cinta sejatinya, di tambah PSBB yang sudah berbulan-bulan sehingga membuat pikiran Enu Lena semakin puyeng. Ditambah juga tingkat kemalasan akan terus memuncak, karena berada di dalam ruangan 3×4, yang pasti bukan ukuran foto atau juga resep obat, yaitu kamar kos, tempat di mana Enu Lena tinggal selama merantau dari negeri pulau seberang. Keseharian hanyalah berdiam diri memandang dinding dengan warna yang berlahan usang terkikis waktu dan sudah ratusan tubuh pernah singgah di tempat itu menjadi perantau, hingga melukis sejarah masing-masing dari setiap yang datang.
Enu Lena adalah gadis kelahiran Manggarai. Dan salah satu budaya yang sangat Enu Lena cinta dari Manggarai ialah tungku, artinya para gadis-gadis dari manggarai yang tidak laris manis (menjomblo) akan menikah dengan anak tanta atau saudari dari Bapa dan pihak laki-laki menyebutnya dengan sebutan “anak om’’. Enu Lena yang jomblonya sudah berabad-abad semakin mengurung niat untuk berkenalan dengan pria tampan yang membanggakan diri sebagai lelaki rebutan, mungkin saja rebutan wanita yang setara dengan muka Enu Lena dengan ciri- ciri: hidung pesek, rambut keriting, kulit sawo matang tapi dia punya senyum kopi yang pahit kalau minum sambil lirik Enu Lena pasti akan terasa manis.
Oke next, sejomblo apapun Enu Manggarai, pasti ada anak tanta yang akan melamar, walaupun kadang bukan keinginan tapi paksaan karena ada istilah untuk memperkuat “hubungan darah’’, berupa salah satu istilah yang tidak mempercayai sejarah bahwa manusia itu berasal dari satu ibu dan bapak yaitu manusia purba pertama di dunia, juga tidak mempercayai acaran Religius bahwa manusia berasal dari satu Tuhan yang di sebut Tuhan yang Maha Esa.
Sore itu Enu Lena geser–geser berada facebook sambil ngopi menikmati petrikor di tempat kosnya. Dari dua hari yang lalu Enu Lena bingung berada facebook-nya muncul topik yang sama, hampir saja Enu Lena loncat pagar, tancap gas ke konter mungkin saja layar Handphone yang rusak karena yang muncul hal serupa, dari alamat yang satu ke alamat lainya topiknya hanya satu “Om Nibus Law’’.
Dalam hati Enu Lena bertanya itu Om Nibus Law kenapa ya? Orang dari mana? saking kurang updetnya atau Kudepnya berita-berita terbaru, Enu Lena dengan terpaksa serasa mengangkat hati terus menggeser berada facebook sambil menunggu semoga saja ada pesan masuk, sekurang–kurangnya pemberitahuan ada yang balas komentar atau juga pada halaman jual beli barang, dengan satu pertanyaan,” Apakah ini masih ada?” Lalu kebiasaan jari mengeklik biar sedikit sibuk menanyakan harga barang, walau sekedar sok kaya dan bergaya namun realitanya melarat tak berdaya, di tambah uang kos, biaya hidup yang makin hari menjadi–jadi, serta saldo ATM yang selalu memberi isyarat, walau beruntung karena bulan kemarin dapat bantuan Covid untuk mahasiswa jadi masih bisa beli mie tiap hari dan garam yodium.
Tiga puluh menit berlalu, tiba-tiba muncul pesan dari seorang pria tampan lelaki rebutan yang sekarang merantau di kota metropolitan, pria tampan itu sama-sama berasal dari Manggarai, walau sayang Si Nana bukan anak tanta.
Perjumpaan Enu Lena dan Nana terjadi kurang lebih 3 bulan lalu, di mana Corona baru saja melanda. Awalnya saat Enu Lena membuat sebuah tulisan curhat tentang patah hati, persoalan cinta beda keyakinan menjadi polusi terbesar remaja masa kini, untuk tidak merasakan sendiri sakitnya Enu Lena berbagi kisah dengan publik, ehhhh sedikit lebay kata anak muda negara +62. Akhirnya, perjumpaan Enu Lena dan Nana yang sebatas dunia maya akhirnya membuat mereka semakin dekat, tentunya bukan hati tapi rasa saudara dan teman curhat.
Sore itu Enu Lena hanya mempunyai niat menanyakan kabar Nana, dengan pertanyaan yang sama persis di judul tulisannya Nana di sebuah media milik Nana dan kawan-kawan, “Nana Apa Kabar?” Lalu jawaban yang manis manja muncul dari Nana, “ kabar baik Enu, sudah lama kita tidak bersua di dunia maya” Enu Lena kembali menjawab dengan sedikit menggugah hati, bahkan mungkin bukan hanya nana yang dimaksud tapi Nana yang lainya, “Tak mengapa kita tidak bersua, asal kita tetap berdoa untuk berdua, dan tidak mendua.”
Mungkin jawaban Enu Lena di atas membuat Nana loncat dan lari keliling kamar, hingga lupa sampai di mana topik pembicaraan. Namun tidak lama kemudian, dalam dua detik kilat seperti barang yang di krim via Tiki, Nana membalas manis manja, “Iyo anak om,” tidak pakai spasi apalagi rem-rem, Enu Lena membalas, Nana untuk saat ini jangan menyapa saya dengan sebutan “Anak Om”, karena Om Nibus Law lebih seksi dan tenar dimana-mana di bandingkan saya”. Sekian nana semoga saja paham, pesan saya jangan pergi demo-demo saya takut Nana terluka, bukan soal Nana yang terluka saja, tapi soal nona-nona yang ikut demo lebih menarik dari saya, saya kuatir setelah Om Nibus Law yang seksi itu terselesaikan, nana tidak lagi menyapa saya dengan sebut “Anak Om”.
Masa menjomblo sampai berabat abat…
Jangan lama-lama kaks. Cemumut….
Sayang sekali saya pu sahabat yg cerdas. Sangat mantap. Salam hormat Puanku☕✍️🌷
Terimakasih guys🙏