Orangtua Jangan Ngotot Minta Foto Wisuda. Tidak Penting!!

Loading


Popind Davianus|Redaksi

Banyak  hal yang harus manusia korbankan gara-gara pandemi covid-19. Semua sektor dilibasnya habis-habisan, tanpa terkecuali. Di Indonesia sendiri angka kematian dan yang terpapar covid-19 bukannya berkurang, eh malah sebaliknya.

Saat vaksin covid-19 belum ditemukan oleh para ilmuwan, maka satu-satunya cara agar manusia bisa bertahan hidup adalah berjalan beriringan dengan covid-19, yang oleh pemerintah disebut new normal.

Dalam masa new normal ini manusia diajarkan untuk tetap melakukan aktivitas dengan mematuhi protokol kesehatan. Tentu ada yang  janggal ketika kita melakukan aktivitas biasa tetapi dengan cara yang baru. Di gereja kita tidak lagi bisa duduk berdempetan, di sekolah kita tidak lagi duduk semeja dengan teman, bahkan ada yang masih sekolah dari rumah.

Gara-gara pandemi ini, manusia diajarkan juga untuk berlapang dada. Ketika kebiasaan manusia dibabak-belur oleh virus, manusia harusnya bisa memahami situasi, harus bisa menerima bahwa kita sedang hidup di masa new normal- masa di mana kita melakukan hal lama dengan cara yang baru.

Dalam masa new normal ada banyak hal yang disiasati agar terlihat seperti sedang berjalan normal seperti sebelum pandemi ini ada, termasuk salah satunya wisuda para calon sarjana. Hampir semua kampus membatalkan wisuda dan mengadakannya secara online. Tentunya kebijakan kampus ini bisa diterima mengingat peserta wisuda di setiap kampus jumlahnya banyak-demi memutuskan rantai penyebaran virus.

Tetapi ketika kebijakan kampus itu bisa kita terima dengan lapang dada, masalah baru yang muncul adalah kengototan orangtua agar anaknya mencetak foto wisuda untuk dipajangkan di ruang tamu, di rumah.

Beberapa minggu yang lalu saya sempat ke Jogja, ke kota yang oleh banyak orang disebut istimewa. Di sana saya bertemu teman. Teman saya ini korban wisuda online. Banyak hal yang ia keluhkan dalam pertemuan itu, termasuk kengototan orangtuanya untuk kirim foto wisuda.

Kebetulan lagi, sehari sebelum kami bertemu, saya mengikuti sesi pengambilan foto bersama pacar saya di salah satu studio foto di kota Jogja.

Karena studio foto yang kami sewa itu bagus dengan harga terjangkau, saya kemudian merekomendasikan dia ke studio foto tersebut. Alhamdullilah, sesi pengambilan foto sudah selesai kemarin dan mungkin sudah dikirim ke rumah orangtuanya.

Teman saya ini adalah tipe orang yang sesungguhnya tidak terlalu memedulikan hal-hal yang berbau selebrasi semacam itu. Dia lebih menekankan substansi dari apa yang sedang  dia jalankan, dan kami adalah tipe orang yang sama. Jika tujuan kuliah adalah mencari ilmu pengetahuan, maka ijazah, wisuda dan tetek-bengeknya itu adalah bonus. Bonus itu bisa diambill, bisa juga diabaikan.

Akan tetapi masih berkeliaran orang-orang yang pandangannya masih primitif, yang beranggapan bahwa seorang mahasiswa dinyatakan selesai kuliah ketika terpajang foto wisuda di ruang tamu, di rumahnya. Orangtua teman saya sesungguhnya dipengaruhi oleh tekanan tetangga yang masih menganut cara berpikir primitif ini.

Pikiran primitif ini sebenarnya tidak salah, mengingat foto wisuda bersifat simbolis. Tetapi apalah arti sebuah simbol jika semua orang bisa menyewa atribut wisuda dan studio foto demi bingkai foto yang indah di ruang tamu? Kalau demikian, esensi dari wisuda berpindah dari pengukuhan sarjana menjadi alat mencari pengakuan dari tamu yang datang ke rumah.

Barangkali pernah mendengar kasus wisuda ilegal 1300 calon sarjana di sebuah perguruan tinggi swasta abal-abal di Tanggerang tahun 2015 silam. Mereka, para calon sarjana ini menyebut diri sebagai mahasiswa, tetapi ketika diwawancarai wartawan, mereka bahkan tidak tahu IPK dan mata kuliah mereka sendiri.

Setelah prosesi wisuda ilegal selesai, bingkai foto mereka akan terpampang di ruang tamu juga dan kualitas fotonya bahkan ada yang lebih bagus dari mereka yang betul-betul mahasiswa.

Dengan adanya covid-19, saya berharap kia pelan-pelan sadar bahwa yang paling penting untuk dilihat dari seorang mahasiwa adalah  sikap ketika sampai di masyarakat dan apakah ilmu yang diperoleh dipergunakan dengan bijak. Bukan percaya pada bingkai foto mahal di ruang tamu.

Gara-gara pandemi covid-19, wisuda tidak dilaksanakan. Semoga untuk selama-lamanya, mengikuti jejak STF Driyarkara, Jakarta.

3 thoughts on “Orangtua Jangan Ngotot Minta Foto Wisuda. Tidak Penting!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *