Perkuat Etika di Media Sosial, Kementerian Komunikasi dan Informatika Adakan Workshop Literasi Digital di Borong

1

Workshop digital hari pertama di Aula Kantor Bupati Manggarai Timur (foto; dok. panitia)

Loading


Erik Jumpar II Redaksi

Kementerian Komunikasi dan Informatika belakangan ini gencar menyerukan agar pengguna media sosial lebih santun dalam berkomunikasi. Lewat kampanye makin cakap digital, dari pagi hingga siang tadi, mereka mengadakan workshop bijak dalam bermedia sosial.

Workshop yang dibawakan oleh tiga pemateri lokal ini berhasil membangun percakapan yang menyita perhatian. Jumlah peserta yang hadir sebanyak puluhan orang. Rata-rata peserta memiliki latar belakang sebagai pengguna media sosial aktif dan sebagian masih remaja. Mereka dari SMP dan SMA dari sekolah-sekolah di sekitar Kota Borong, Manggarai Timur. 

Workshop ini bertempat di Aula Kantor Bupati Manggarai Timur. Perjumpaan ini dipandu oleh Itok Aman. Komika sekaligus penulis ini sesekali melempar jokes yang mengundang tawa. Ia berhasil mengatur perjumpaan agar semakin menarik. 

Materi perdana dibawakan oleh Jefrin Hariyanto, Kepala Dinas DP2KBP3A ini membangun wacana yang sangat relevan dengan tantangan hari ini. Dari tema umum yang diberi panitia, ia mengangkat judul yang menukik; Dilahirkan Mama, Diasuh Tiktok. 

Di dalam pemaparannya, ia menyampaikan tantangan pengasuhan anak yang dialami oleh orangtua pada zaman sekarang. Apalagi kita tengah kebanjiran berbagai informasi dan permainan yang dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak di gadgetnya masing-masing. 

“Semenjak bangun pagi kita sudah mulai menggunakan gadget. Serasa ada yang kurang bila hidup tanpa gadget,” jelas penulis sekaligus psikolog ini. 

Data yang bersumber dari studi yang dilakukan Yayasan Mariamoe Peduli miliknya cukup menarik. Studi tersebut dilakukan sejak Bulan Desember 2022 sampai Bulan Januari  2023 berhasil mendapat angka yang mengagetkan. Sebanyak 75 persen anak usia 5 tahun ke atas sudah mengakses media sosial.

Ia turut menyoroti tentang keluhan orangtua yang datang ke kantornya. Sampai Bulan April 2023, ada berbagai jenis keluhan yang mereka catat yakin ketergantungan dengan gadget, tempramental, nilai akademik menurun, suka menyendiri, konflik dengan orangtua, mencuri, insomnia, video porno dan depresi psikomatis. 

Ketergantungan dengan gagdet lebih besar dibandingkan dengan interaksi sosial dengan orang lain. Menurutnya, orang lebih condong menghabiskan waktu untuk berselancar di media sosial, dibandingkan memperkuat relasi sosialnya dengan orang sekitar.

Bahkan berita buruknya, anak-anak yang terpapar media sosial cenderung tempramental. Gadget membuat orang candu. Karakter penggunanya bakalan agresif, apalagi pengguna aktif permainan digital. 

“Cara kerja permainan digital membuat anak jadi candu,” lanjutnya.  

Pola pengasuhan anak masih menurut Psikolog di Yayasan Mariamoe Peduli ini perlu diubah. Orangtua harus jeli melihat perubahan dalam diri anak. Bila tidak orangtua akan kecolongan bahkan dapat menanggung risiko yang lebih jauh. 

“Pola asuh yang dibangun orangtua pada anaknya dengan pola asuh dari Kakek dan Nenek saja bentrok, apalagi media sosial yang belakangan turut berperan dalam mengasuh anak,” lanjutnya. 

Pada materi kedua, Jeany Wajong, blogger di lejeany.com menyoroti relasi perempuan dan media sosial. Baginya perempuan harus ramah dalam menggunakan media sosial. Jejak digital itu tidak dapat dihindari. 

“Jejak digital mengharuskan kita lebih mengontrol jari dalam berpendapat. Ide yang dilontarkan di media sosial pada akhirnya sebagai cerminan diri dari pengguna media sosial itu sendiri,” jelas Kabag Prokoppim Manggarai Timur ini. 

Ia tak lupa mengangkat data bahwa pengguna media sosial lebih besar perempuan daripada laki-laki. Hasil survei dari Indeks Literasi Digital Nasional 2021 di mana angkanya 56,6 % pengguna internet ialah perempuan.   

“Internet dengan segala baik dan buruknya bagi perempuan. Ada yang memanfaatkannya untuk brand diri, menambah wawasan dan jejaring, meningkatkan produktivitas dan untuk berbisnis,” lanjutnya. 

Di bagian akhir materinya, ia menyinggung agar perempuan harus bahagia dalam bermedia sosial. Baginya perempuan tidak boleh jadi korban dalam percakapan di media sosial, apalagi merugikan perempuan. 

“Dunia sedang membutuhkan lebih banyak perempuan yang bahagia. Yang menghargai dan mencintai dirinya sendiri. Yang tahu apa yang diinginkannya termasuk apa yang dilakukannya baik di dunia maya, maupun dunia nyata,” tutupnya. 

Selanjutnya, di bagian akhir ditutup dengan pemaparan materi dari budayawan Manggarai Timur, Leonardus Santosa. Budayawan yang dikenal dengan nama Onsa Joman ini menyoroti bila orang Manggarai Timur sejak lahir telah dikenal sebagai orang yang beretika.

“Kita sejak lahir diajarkan untuk beretika, karena itu pergunakan etika dalam dunia maya seperti di dunia nyata,” jelas penyanyi legendaris Manggarai dari grup Lalong Liba ini. 

Dalam pemaparannya, ia juga menyinggung soal karakter kebangsaan dari Bangsa Indonesia. Menurutnya, karakter kebangsaan dari Bangsa Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. 

“Jauh sebelum Indonesia merdeka, nilai-nilai Pancasila sudah tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Indonesia. Karakter kebangsaan kita mengedepankan nilai-nilai kekeluargaan dan kesopanan,” tutupnya.

Rangkaian acara ini ditutup dengan sesi tanya jawab. Sepanjang sesi ini peserta yang mengajukan tanya tak dapat dihitung, jumlahnya banyak. Saking banyaknya, pembawa acara sampai kebingungan menentukan siapa yang berhak mengajukan pertanyaan. 

“Saya bingung menentukan penanya. Kita semua luar biasa,” tutur Itok Aman, salah satu pendiri media yang sedang Anda baca ini. 

Setelah sesi tanya jawab, rangkaian pekan digital ditutup dengan kuis. Pertanyaan dalam sesi kuis berasal dari dua narasumber. Dua peserta yang beruntung pada sesi kuis berhasil mendapatkan gadget setelah menjawab pertanyaan dengan benar. Sementara satu peserta mendapatkan laptop, karena berhasil mendokumentasikan video reels di Instagramnya dan menandai akun Instagram miliknya Kominfo dengan nama akun Literasi Digital Kominfo. 

Acara ini turut dihadiri oleh pelaku UMKM. Mereka membuka lapak jualan di depan aula. Setelah workshop sebagian peserta mengunjungi lapak jualan untuk membeli oleh-oleh khas Manggarai Timur. 

“Kita punya pangan lokal harus diperkuat lewat UMKM,” tutur Rosis Adir, jurnalis Floresa.co saat berkunjung ke lapak jualan Kripik MaRen, milik pelaku UMKM atas nama Even Soni. 

Perjumpaan dalam ruang pekan literasi digital pada hari pertama di Borong ditutup dengan harapan agar pengguna media sosial di Manggarai Timur semakin cakap dan bijak. Besok kegiatannya berlanjut di Aula Gereja Paroki Mano, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur. 

1 thought on “Perkuat Etika di Media Sosial, Kementerian Komunikasi dan Informatika Adakan Workshop Literasi Digital di Borong

  1. Terimakasih banyak kepada Kominfo yang melalui Bapak Jefrin Haryanto, Ibu Jeany Wajong dan Bapak Leonardus Santosa yang telah memberikan pencerahan tentang Bijak Berkaraktek dalam Bermedia Sosial. Workshop ini sangat bermanfaat bagi kami semua dalam memanfaatkan media sosial sebagaimana mestinya.

    “”Ketika kita bijak dalam bermedia sosial, orang lain akan bijak dalam menilai kita””

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *