Pesan Damai Natal Dalam Amplop Kecil Berwarna Putih

0

Ucapan Natal terindah (Foto dari Pinterest.com)

Loading


Nando Sengkang|Redaksi

Jingle bells, jingle bells

Jingle all the way

Oh, what fun it is to ride

In a one horse open sleigh

Hey, jingle bells, jingle bells

Jingle all the way

Setelah Jinggle bells, Bel Wisma Sunyi berbunyi, tanda seseorang akan bertamu-sapa. Oh ternyata bukan siapa-siapa, melainkan hanya Pengantar Paket yang datang menyapa lagi, setelah sering bertemu saat Promo 12-12 kesukaan kaum hawa.

Paketnya berupa sebuah amplop kecil berwarna putih, bertuliskan huruf-huruf Arab yang orang Arab sendiri mengerti, dengan alamat pengirim bertuliskan pesantren Ma’had Al-Zaytun …..O Iya, mungkin saja undangan dialog Agama kala pandemik, atau minta bantuan pembangunan Masjid, hingga kabar sukacita promo naik haji yang salah alamat.

Saya membuka amplop itu, kembali membaca alamat pengirim: pesantren Ma’had Al-Zaytun, Indramayu, lalu kembali terusik oleh huruf-huruf Arab, Alfatihah dan huruf-huruf membingungkan lainnya, hingga berhenti di sebuah jalinan kalimat demi kalimat: Selamat Natal, Semoga Persaudaraan Kita Dikekalkan Oleh Allah Subahanu Wa ta’ala Menuju Indonesia yang Penuh Toleransi dan Perdamaian. Astagfirullah? Apakah ini bentuk ucapan natal dari saudara Muslim? Masih bertanya-tanya, akhirnya saya syukuri dengan kalimat teduh: Alhamdulillah.

Alhamdulillah, bahasa Arab yang berarti segala teduh bagi Allah. Sebuah ungkapan syukur akan karunia Allah. Namun, kata-kata Arab yang sering terdengar mengandung banyak polemik. Kaum-kaum Muslim mengklaim itu “bahasa kami”; sedangkan kaum Kristiani mengamini itu “bahasa mereka”. Lucunya, orang Arab tidak pernah melarang siapa pun menggunakan bahasa mereka. Oleh karena itu, pelbagai kata-kata yang berbau Arab, sangat jarang diucapkan oleh para kolega Kristen. Mungkin takut menjadi mualaf, yakni mereka yang berpaling ke Agama Trending; lebih jauh adalah takut dosa.

Ucapan “Selamat Natal” dari teman-teman Pesantren Ma’had Al-Zaytun seperti perahu kecil yang melawan arus. Arus itu adalah aksi yang mengatakan bahwa jika mengucapkan Natal kepada umat Kristiani, maka mereka akan terkena hukum Syirik (dosa besar, dosa yang sulit diampuni). Tentu, ini merupakan klaim dari saudara Muslim yang isi otaknya masih perlu dikasih “nasi kotak”. Dan lebih tepat adalah semacam virus radikalisme yang mulai bangkit lagi, sejak kepulangan Si Berisik, Rizieq.

Sejenak, Ada Damai

Saat membaca kalimat demi kalimat ucapan itu, sejenak ada tarikan nafas damai. Suatu syukur akan rahmat persaudaraan, walau tanpa pelukan. Kertas putih dengan huruf-huruf Arab ucapan Natal sudah cukup merangkul dan berpelukan secara tersirat. Itulah sebuah optimisme sederhana bahwa Benang Toleransi masih terjalin, tanpa putus. Kita patut tersenyum sejenak, sebab ada damai yang masih bernafas lega.

Toleransi inilah yang sedang diupayakan bersama oleh para tokoh-tokoh moderat. Nu dan Muhammadiyah sebagai dua ormas Islam terbesar di Tanah Air terus mengupayakan perdamaian. Tantangannya cukup berat, yaitu HTI dengan semangat “khilafiah Islam” masih bersembunyi di bawah permukaan setelah dibubarkan. Lalu muncul FPI dengan semangat “Revolusi Akhlak” yang Imam besarnya ‘Tak punya akhlak’.  Mereka adalah para “singa lapar” yang disuap oleh para Big Bos anti-pemerintah (Jokowi). Dua ormas radikal ini menjadi tantangan Nu dan Muhammadiyah yang moderat ini. Mereka bekerja sama dengan Keuskupan Agung Jakarta (dan Keuskupan lainnya di seantero tanah air) untuk menjaga agar Benang Toleransi tidak putus.

Selain ormas Islam, Paus Fransiskus melalui Fratelli Tutti, sebuah dokumen tentang persaudaraan, sungguh berjuang di tengah-tengah egoisme dan serakah antroposentrisme yang semakin merebak. Dari Paus, para imam, biarawan/i, dan semua umat Katolik diajak  untuk berjuang penuh gigih merajut persaudaraan ini. Semua upaya ini akan membuat kita sesama manusia, sejenak, ada damai.

Sunyi, Namun Tetap Damai

Kedamaian itu sungguh sunyi dengan Natal yang sangat sepi. Kita hanya menyanyikan lagu-lagu Natal tanpa berkoar-koar di jalan raya. Kita hanya saling menyapa, tanpa berpelukan dan berciuman. Lalu disusul dengan anak-anak rantau yang masih terjebak dalam pandemik. Di dalam bilik kos yang sunyi, kadang air mata jatuh tanpa diundang. Menyiratkan sesuatu pesan sederhana, rindu bapa mama punya senyuman.

Semuanya sunyi. Namun dalam kesunyian ini, kesempatan emas berdua dengan Tuhan. Lebih jauh, berintimlah bersama Tuhan, yang sudi datang dengan hina di Kandang Domba. Bergembiralah. Sejenak saja:

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu,

Carilah maka kamu akan mendapatkan

Mintalah dan carilah, lalu bergembiralah dalam damai Tuhan. Selamat Natal

Skolastikat CICM, Jakarta

Desember 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *