Pesona yang Memikat dari Kampung

0

Loading


Erik Jumpar|Redaksi|

Sudah lama saya tinggal di kampung. Dengan begitu sudah kelampau banyak proses kehidupan yang sudah saya temukan. Sembari menikmati kopi juga sopi, ada nilai-nilai kehidupan yang diperoleh saat berkumpul bersama orang-orang di kampung.

Sesekali saya pergi ke kota, bilamana ingin melihat lalu-lalang kendaraan sekaligus menghirup aroma asap kendaraan yang tentu saja tak baik buat kesehatan. Supaya kalian tak penasaran, kota yang dimaksud namanya Ruteng.  

Kampung saya di Golo Mongkok, dekat sekali dengan Sungai Wae Musur. Saking dekatnya dengan Sungai Wae Musur, anak-anak di kampung saya dapat melempar batu dari halaman rumahnya jauh ke sebelah Sungai Wae Musur.

Di sini toleransi sudah tumbuh sejak dulu kala. Kami berdiri bersama tanpa mencurigai perbedaan. Jauh sebelum pendidikan karakter di Sekolah Dasar membicarakan tema tentang indahnya perbedaan, kebersamaan dalam keberagaman sudah diilhami oleh orang-orang yang tinggal di sini.

Tanpa adanya rasa curiga yang menguat seperti saat pandemi Covid-19 ini menyebar, cangkir kopi kami selalu bersanding di atas meja yang sama. Kadang kalau ada sedikit rezeki, kami patungan untuk menikmati arak lokal kebanggaan sejuta umat di Flores, sopi namanya.

Saat ada acara dari salah satu penghuni kampung, warga akan bahu-membahu untuk meringankan beban yang dialaminya. Solidaritas sebagai sesama kampung masih kuat, nilai kehidupan tentang pentingnya gotong royong masih dijaga hingga kini.

Seluruh warga menyiapkan apa saja yang dibutuhkan oleh pemilik acara. Apabila laki-laki menyiapkan kayu bakar dan membuat kemah untuk tempat diadakannya acara, maka yang perempuan akan memasak makanan di dapur untuk disuguhkan bagi seluruh warga kampung yang datang.

Nuansa kampung yang bersahaja akan terlihat saat warga mulai berkumpul. Cerita tentang hidup selalu diperbincangkan. Beban berat akan terasa ringan tatkala diselesaikan bersama-sama. Tak pelak, orang-orang akan selalu rindu dengan kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di kampung-kampung.

Sudah kian lama kampung terkenal dengan stok makanan yang berlimpah. Pangan lokal kerap kali suguhi saat kita berada di kampung halaman. Tanaman perkebunan seperti; pisang, keladi, singkong, jagung selalu anugerahi warga yang tentu saja tak malas untuk mengolah tanah.

Hanya menunggu waktunya saja, orang-orang kota yang berasal dari kampung kembali ke kampung, apapun alasannya. Sebagai pengelana, sejauh mana langkah kakinya pergi,  ia akan kembali ke tempat pertama kali tembuni dikuburkan.

Bau tanah di kampung halaman tentu berbeda dengan tempat yang menurutmu kini sudah nyaman. Jangan heran, saat wabah sialan ini semakin ganas, kampung jadi pilihan yang paling baik dari orang-orang kota untuk mengamankan diri.

Di sini akan selalu ada cinta yang menunggumu di pintu kampung. Tetangga-tetanggamu apalagi teman bermainmu di masa kecil, akan dengan senang hati menyambutmu. Mereka selalu menyambutmu dengan cinta yang tak akan purna, asalkan sesekali engkau membawa buah tangan.

Begitu juga dengan kopi di rumahmu. Kopi yang tentu saja  konsisten diseduh bersama cinta oleh mamatua di dapur. Dari tangannya yang mulai keriput selalu menyuguhkan kopi terbaik sejagat raya. Setelah kopinya diseduh ke dalam cangkir, kita menyeruputnya bersama bapatua di beranda rumah sembari menghirup kepulan asap dari rokok kesayangannya.

Di masa-masa sulit seperti sekarang ini, tak ada salahnya kalau orang-orang kota banyak yang kembali ke kampung halamannya. Yang salah itu kalau mereka mengabaikan himbauan dari pemerintah seperti enggan melakukan karantina mandiri di rumah. Itu salah besar!

Sejauh ini, kita yang ada di kampung diharapkan untuk tak menolak mereka yang baru saja pulang. Tugas kita cukup mengingatkan mereka, supaya mengikuti himbauan pemerintah. Dengan begitu, penyebaran virus sialan ini bisa diantisipasi.  

Lekas pulih, Ibu Bumi. Tetap di rumah. Jaga jarak dengan mantan sekaligus jaga hati juga. Jangan jaga jodohnya orang lain. Plizzz! Tidak baik. Buang-buang waktu dan energi. Hadeh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *