Rana Mese: Tempat Terbaik Melepas Penat, Hingga Menimbun Rindu

sumber foto: google
Gery Namat|Kontributor
Sudah sekian lama saya terkejut dan takjub dengan cerita-cerita yang tertuang pada buku MULOK (Muatan Lokal) Manggarai Timur. Ada banyak hal yang diceritakan di sana, tentunya tentang wajah tanah Manggarai Timur dahulu, tentang sejarah asal mula penyebutan Manggarai, tentang pedagang yang berkelahi merebut kelapa, juga tentang meja batu tiga tiang. Tak lupa pula tentang danau Rana Mese yang dinarasikan sempat berseteru dengan danau Rana Hembok—cerita terakhir ini selalu saja menyangkut di hati.
Lantas bagaimana wajah Manggarai Timur sekarang? Apakah masih jadul atau berwajah lama? Atau sudah maju satu dua langkah dari cerita MULOK? Bahkan tancap gas melampaui garis finish kesejahteraan rakyat? Karena itu, mari menulis wajah Manggarai Timur secara bersamaan di jalur dan posisi yang tepat. Dengan menulis kita bebas berekspresi sobat, termasuk menulis di kolom komentar seperti yang ditulis eja apek “ Wajah Manggarai Timur di kolom komentar”. Pada intinya mari sama-sama membangun, jangan cuman mendengung.
Setelah tulisan ini jauh menari melenggak-lenggok Manggarai Timur sekarang, penulis kembali ke judul tulisan tentang Rana Mese. Patut diketahui Danau tersebut memiliki luas sekitar lima hektar (ha), kedalaman 43 meter, dan berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu adalah bagian dari Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng. TWA seluas 32.245,60 ha itu dikelola oleh Unit Konservasi Sumber Daya Alam (UKSDA) NTT(Dilansir dari kompas.com)
Rana Mese menampilkan Panorama alam ASRI ( aman, sejuk, rapi, indah). Alamnya masih terjaga, dengan suhu relatif 14° celsius, sehingga membuat setiap pengunjung yang telah menempuh perjalanan jauh menjadi terkesima tak karuan lantaran kesejukan hawa dan deru air dalam taman wisata tersebut.
Anda tentunya bisa dengan senang hati menyusuri hutan lindung Rana Mese, mengitari air terjun lalu ke danau atau ke danau dahulu baru ke air terjun, yang pasti hutan dan kicauan burung bercampur gemercik air selalu menjadi teman perjalanan yang asyik.
Siang hari di tengah hutan dengan suhu sejuk bersama sanak famili, sahabat, kenalan, mantan juga akan sangat menarik. Asalkan jangan sampai sanak famili dan mantan satu kali jalan yah. Jikalau Doi dan keluarga bertemu di sana mungkin bisa langsung jepret ambil foto prewedding, selain Tuhan merestui bisa juga alam dan semesta beserta seluruh darat dan penghuni Rana Mese (dalam buku MULOK terdapat makhluk yang disebutkan tadi).
Selain itu, Rana Mese adalah tempat terbaik melepas penat setelah melalui jalan yang berkelok-kelok sepanjang jalur trans Flores yang mampu membuat isi perut berputar bahkan keluar kembali sebelum waktunya. Singgah sebentar di pinggir danau, lalu menghirup udara segar tentunya mampu memupuk Rindu, mengurangi masalah kehidupan. Jika Anda beruntung monyet bisa saja mendatangi bahu jalan lalu melambaikan tangan sambil senyum semringah kepada Anda. Dengan menikmati keindahan alam itu, akhirnya sikap menjaga alam dan menghormati segala sesuatu di alam adalah cara terbaik menghargai dan menikmati kehidupan.
Akhirnya, Rana Mese juga menyembunyikan kisah romantis. Berdua di tengah taman, menyusuri hutan, menebak jenis pohon, meniru suara hewan yang terdengar, bermain air di Cunca (air terjun) bergandeng tangan menaiki ratusan akan tangga, duduk di pinggir danau memandang luasnya kehidupan sesekali melempar pandang dan rangkul erat bersama Doi sangatlah bahagia. Its okay.
Akhir cerita, ayo berkunjung ke Rana Mese. save our live ,save our nature (selamatkan hidup kita selamatkan alam) dan jangan lupa menulis karena ‘pada mulanya adalah kata’, juga jangan lupa membaca tulisan ini dengan impian akan ke Rana Mese.