Rudolof Kawur, Guru Humoris di Rosa Mistika

Loading


Penulis: Ervino Hebri Handoko|Kontributor|

Tahun ini SMPK Rosa Mistika Wae Rana menginjak usia yang ke-60. Usia yang cukup tua untuk ukuran sebuah lembaga pendidikan swasta di Manggarai Timur. Ada banyak prestasi yang telah diraih, begitu pula dengan alumni yang sudah banyak memberi andil bagi kehidupan gereja, sekolah, masyarakat dan negara. Tepuk salut deh untuk seluruh civitas akademika SMPK Rosa Mistika.

Bulan Juni yang lalu, saya menyempatkan diri untuk berlibur ke kampung halaman setelah sekian lama merantau demi mengenyam pendidikan di Jakarta. Selama liburan, saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke Rosa Mistika, almamater tercinta. Bernostalgia dan berbagi cerita dengan teman-teman dan juga beberapa guru, seperti Bapak Pilipus Ado, Ibu Ros Nduok, Bapak Klemes Grembes, juga beberapa guru baru lainnya. Ada perasan haru ketika kembali bersua di tempat ini.

Waktu seperti melaju begitu cepat , Rosa Mistika sudah banyak berubah. Mulai dari pemugaran gedung, penambahan jumlah ruang kelas, jumlah siwa, dan wajah-wajah baru di barisan para guru. Ada satu keadaan yang membuat saya bangga, tentang teman-teman yang dulunya menggunakan seragam yang sama saat SMP, mereka kini kembali ke almamater untuk mengabdi sebagai guru. Seperti Ibu Yolan dan Ibu Desi, keduanya saya kenal baik dan sekarang kembali ke Rosa Mistika sebagai pengajar.

Di balik penampilan fisik Rosa Mistika yang berubah, ada satu hal yang tak akan berubah yakni kenangan. Setiap orang tentu mempunyai kenangan dan kesan tersendiri mengenai SMPK Rosa Mistika. Terlepas dari pengalaman beraroma cinta sebagaimana yang saya tulis beberapa waktu lalu di Tabeite, portal kesayangan anak muda Manggarai Timur ini.

Pada artikel kali ini, saya akan mengabadikan salah satu tokoh yang tentunya sangat berkesan bagi teman-teman yang pernah mengenyam pendidikan di SMP Rosa Mistika. Beliau adalah Bapak Rudolof Kawur, guru Bahasa Indonesia yang paling senior. Ia tidak hanya menjadi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi juga sebagai pembina asrama putra. Sekadar informasi, ia sekarang sudah menikmati masa pensiun. Posisinya sebagai guru Bahasa Indonesia kini diganti oleh mantan anak muridnya dulu, Ibu Desy.

Bapak Rudolof Kawur merupakan salah satu guru yang terbilang senior. Ia juga menjadi guru dari ayahku dulu. Luar biasa bukan? Saya kaget pakai minta ampun ketika beliau menceritakan kelakukan aneh ayah saat SMP, juga mengagumi kepintarannya. Wah, yang terakhir ini yang membuat saya sedikit songet.

Saat duduk di bangku SMPK Rosa Mistika, saya menjadi warga asrama putra, pergerakan saya pun setiap harinya berada di bawah pengawasan beliau. Jangan heran, ia kenal betul kelakuan kami anak-anak asrama. Pada waktu itu asrama putra hanya dihuni oleh beberapa siswa sebut saja; Hery Man dari Munde, Turibius Ordianus Sophi dari Nanga Rawa, Melan Jelsman dari Mbapo, dan Yodi Rustam dari Wae Sepang. Dari antara mereka, saya yang paling junior. Meski saya masih kelas satu, mereka tidak menunjukan sikap senioritas. Mereka sangat peduli dan memberi perhatian lebih, mulai dari menanyakan kesulitan dalam pelajaran, membagi lauk-pauknya yang dibawa dari kampung dan yang paling penting bro dan sis, rahasia percintaan mereka saya tahu betul. Pasalnya, saya kerap kali dijadikan editor dalam urusan tulis-menulis surat cinta untuk si doi.

Ada beberapa  hal yang menarik untuk dikenang dari sosok  Bapak Rudolof Kawur. Pertama, beliau pencinta rokok MR garis keras.  Ia selalu mempercayakan saya untuk membeli rokok MR di toko milik almarhum Bapak Yere. Jangan heran nama saya dikenal baik oleh almarhum dan juga anak beliau yang kebetulan satu sekolah dengan saya, Osin Anggal. Bagi generasi yang lahir setelah tahun 2010 pasti asing dengan rokok MR yang bungkusnya berwarna putih itu. Harganya dulu merakyat. Sekarang rokok MR tak lagi dijual di Flores.  

Kedua, beliau sangat doyan dengan ikan tembang. Ikan tembang berbentuk mungil, ukuran badannya pipih. Setiap hari Sabtu, saat jadwal pasar rakyat di Wae Rana, saya diminta beliau untuk pergi beli ikan tembang Aimere. Lagi-lagi nama saya dikenal baik oleh tanta Meri, penjual ikan tembang asal Aimere.

Barangkali bro dan sis bertanya, mengapa saya yang selalu dipercayakan oleh beliau bukan orang lain? Saya sendiri sih tidak bisa memberi jawaban . Dugaan saya, mungkin karena saya paling junior, polos dan jujur. Uuuppppps, terlepas dari itu semua, yang paling penting bagi saya, bahwa setiap hari Sabtu saya bisa jalan-jalan ke pasar Wae Rana. Sembari menyelam minum air, saya bisa cuci mata dengan suasana luar asrama sekaligus bisa berjumpa dengan enu Yanti, anak penjual ikan tembang yang cantiknya bukan main. Parasnya cantik, hidungnya mancung dan bibirnya tipis. Pipi lesungnya melengkapi kesempurnaan dalam dirinya sebagai perempuan Sabu. Intensitas perjumpaaan yang tidak terlalu rutin mengecilkan peluang jatuh cinta di antara kami. Sialan!

Sebagai anak asrama, ada semboyan hidup yang kami pegang; gaya hidup calon imam, praktek hidup gaya militer. Maksudnya begini, tinggal di asrama putra SMPK Rosa Mistika bak tinggal di seminari. Bangun pagi untuk doa bersama, dilanjutkan misa pagi di gereja. Anak asrama juga mempunyai kebiasaan rutin yaitu ibadat sore bersama, dilanjutkan makan malam dan belajar. Sebelum tidur ada ibadat penutup atau mereka kaka frater dorang sebut ibadat complretorium.

Sedangkan gaya militer akan diterapkan oleh Pembina asrama manakala penghuni asrama melanggar peraturan yang ada seperti; terlambat bangun pagi, ribut saat belajar, ataupun bolos dari asrama. Aneka hukuman dilayangkan sesuai dengan berat dan tidaknya pelanggaran, entah itu push up, sit up, lopas keliling lapangan, bahkan hukuman yang paling menakutkan yakni membakar lilin tengah malam di kuburan umum.

Ada juga hukuman yang menyedihkan jika terlambat bangun pagi, di mana akan mendapat siraman rohani, eitss siraman air dari Letjen Rudolof Kawur sebagai komandan kompi. Bayangkan! Tentu hukuman yang diberikan bukan sebagai siksaan , namun sebagai kesempatan bagi kami untuk belajar menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggungjawab.

Di lingkungan sekolah, Rudolf Kawur merupakan salah satu guru yang berpenampilan rapi. Rambutnya rutin dicukur setiap bulan. Kumisnya tidak pernah berantakan. Baju lengan panjangnya diguling dan ia suka mengenakan celana kain. Sepatu kulitnya mengilap. Meski usianya tergolong tua, namun dari segi penampilan beliau terbilang kece. Sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, beliau sangat pandai membuat istilah-istilah baru yang adakalanya mengundang gelak tawa, misalnya mbuti rawet juga wijit-wijir domok. Saya sendiri tidak paham arti kedua kata itu. Begini saja, kita bagi tugas, bro dan sis mencari artinya lalu ditulis di kolom komentar.

Selera humor yang ia miliki membuat pelajarannya sangat dirindukan oleh siswa-siswinya di kelas. Meski begitu, beliau pun tidak segan-segan memberikan sanksi bagi siswa yang melanggar aturan. Saya percaya bahwa semua yang pernah menyelesaikan pendidikan di SMP Rosa Mistika pernah merasakan tamparan kasih sayang dari Bapak Rudolof Kawur. Begitu kisah tentang Bapak Rudolof Kawur yang sempat terngiang dalam ingatan. Bagi alumni SMP Rosa Mistika yang ingin menambah kenangan tentang Bapak Rudolof Kawur, sila tulis komentarnya di kolom yang tersedia. Sekian dan terima kasih.

1 thought on “Rudolof Kawur, Guru Humoris di Rosa Mistika

  1. Luar biasa sekali kae’,sangat menarik dan mengusik dlam memori.Meski diawal crita hnya skedar mmiliki kbanggaan akan usia Rosa Mistika yg sdah mlai senja, tpi perlhan smpai ketitik finis,smakin kuat emosi akan kenangan pda stiap tkoh hebat yg bgitu luar biasa dgn mnciptakan ribuat bibit unggul.Jjur sgt trsentuh dan mngundang krinduan teramat bsar terutma bgi sosok Rudolf Kawur dan sderet gru yg tlah berjasa lainnya. Nuk keta smua didikan eti serta smua bhasa alien yg sgt lcu dimsa itu. Tdak ada kta yg mampu mnggambarkan prasaan bangga dan rindu ini,selain ribuan terimkasih utk mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *