Senyuman Silau Enu Manggarai

1

Loading


Nando Sengkang|Kontributor

Enu Erna bikin hati ombang-ambing. Apalagi kalau senyum sana-sini. “MPO” cap Nana Opik. Menarik Perhatian Orang artinya demikian. Tepatnya, Menarik Papa Orang, itu arti sebenarnya.

Apalagi kalau dengar kabar ada pesta di Munde-Waerana. Enu Erna tak ambil tempo. Sapu rata pakai motor bebek dari Tana Rata, hantam-rata tembus Leke Sambi. Putar kiri-kanan di tikungan aspal Pong Kling-Rate Momang. Lalu istirahat oles bedak di deker Beker, sebelum Waerana.  “Bedak Viva No 5” dibeli via online. Bedak andalan, berbau ekonomis. Karena gaya hidup minimalis alias hidup hemat. Gaya hidup yang tidak kalah populer pada zaman now yang serba uang.

Enu Erna lanjut terus. Lagi-lagi tancap gas motor bebek. Gigi satu langsung hantam injak over gigi empat. Dari empat langsung turun drastis, jadi netral. Perjalanan kalah ikut Seri Moto GP-Sepang. Dari belakang oto antar Peti Mayat ikut mengejar. Kalau tidak konsentrasi, apalagi tidak menghiraukan Kuku Bima Energi Roso-Mbah Maridjan, nyawa Enu siap-siap melayang.

Sesampai di Ranameti, Enu Erna istirahat sejenak. Perhentian kedua. Mirip Via Dolorosa ke Golgota. Kali ini giliran lipstik Baby Blue biar tambah blue-blue di goresan bibir Enu. Agar mata Nana Opik jadi black-white. Terkesima buah delima. Lalu dilema rindu yang berlama-lama.

Sebentar lagi tiba di tempat pesta. Otomatis, Enu jadi magnet “MPO” dan Nana Opik siap melengket saat lagu dansa Baby Blue.

****

Nana Opik memang terkenal seputar Manggarai Timur, bahkan hingga ke Pulau Komodo. Sempat Dijuluki “ATM”, Anak Tanah Munde. Kepala Desa dan Pak Camat Kota Komba juga memberi pujian, “ATOM”, Anak Tani Orang Munde. Pak Bupati tak berkomentar karena jarang bekerja. Pujian itu membuat Nana Opik makin terkenal. Nana mulai bergaya jagoan. Berlagak John Rambo. Buka dada a la Wiro Sableng 212. Jalan tegap mirip satpol PP pasar Borong. Gayanya semakin di depan, mirip motor Yamaha. Namun gayanya lebih mirip penikmat Sophia, minuman khas NTT, saat mabuk satu seloki.

Usut-punya usut, Nana Opik terkenal karena sebuah prestasi gemilang. Perlahan-lahan prestasinya terkenal dalam lingkup desa, lalu menjalar seluruh kecamatan Kota Komba, hingga akhirnya sejagat Manggarai Timur. Prestasi itu sebenarnya patut mendapat Rekor Muri atau penghargaan Pak Jokowi, karena mahakarya anak kampung yang tak tamat SD.

Nana Opik Penjudi Ulung. Bukan main menjadi anak kampung yang berprestasi dari hasil berjudi. Ini prestasi langka, sebab tak pernah orang sukses dari hasil judinya. Biasanya, kemenangan itu berputar dalam Lingkaran Barter, hari ini A yang menang, besok (pasti) B, lusa C, sehingga uang hasil judi saling tukar-menukar dan berputar dalam lingkaran yang sama.

Hebatnya, Nana Opik menjelma menjadi petarung sejati. Mungkin hasil dari hobinya menonton aksi silat Jacky Chan. Atau koleksi film Drama Korea. Tak ada kata menyerah kala berlaga di atas meja perjudian. Sampai Titik Darah Penghabisan, itu prinsip bertarungnya. Hal itu yang membuat dia menjadi penjudi ulung yang meraup hasil ratusan juta. Akhirnya, uang menumpuk, koleksi harta meningkat, neraka mendekat.

Dari penjudi Nana Opik menjelma jadi kaum kapitalis, para pemilik modal. Dia membuka belasan bisnis dalam waktu singkat, ada bisnis Jual Bensin, buka kios murah-meriah, jasa cetak batako, jual woja-latung, pika Nuru Ela, dan sebagainya.

Selain itu, para Nana korban belis yang tak punya uang, rela antre berjam-jam demi mendapat uang pinjaman. Ada diskon bagi Jomblo ulung: kalau ada Nana yang pernah menjalani JOMBLO 10 tahun, Nana Opik memberikan uangnya cuma-cuma. Gratis tanpa narsis. Nana Opik penyelamat!

Tak ketinggalan juga uang (haram) itu banyak menjadi Penutup Mulut para aparat pemerintah. Polisi-tentara  seputar Kota Borong tiba-tiba bisu kala melihat uang yang menggiurkan itu. Sehingga bisnis dan perjudian Nana Opik mulus seperti jalan tol pak Jokowi. Kencang bak laju motor pegawai koperasi harian Borong-Waelengga.

Lebih jauh, para fans datang bertubi-tubi. Jelas dari barisan, enu-enu penggosip. Kala arisan berlangsung, nama Nana Opik lebih harum dari pada isu Corona, Do Rona, Tako Rona, hemong rona, Rona data, Rona de Rena, Enu Rena Toe Manga Rona, dan Rona-rona lainnya. Di mana-mana Nana Opik jadi buah bibir.

Di antara barisan para penggosip, tak ketinggalan juga Enu Erna. Dia paling bersemangat membicarakan Nana kesayangannya. Nama Nana Opik selalu dielukan, bahkan selalu disebut dalam intensi Misa di Paroki Waerana. Biar Nene Yesus tahu. Apalagi sejak Nana Opik berkunjung ke rumahnya, walau hanya sekedar nikmati Kopi Pait Colol dan cucur Oma Yuni. Enu Erna tambah kesetanan. Nama Nana Opik lima kali lipat dielu-elukan mirip suporter LA FC (Lengko Ajang FC).

Sebenarnya, Nana Opik bermaksud lain. Sejak pertama kali lihat Enu Erna pakai Towe Songke di pesta pernikahan kesa Inok, Nana Opik langsung suka. Apalagi saat lihat Enu Erna melempar senyum — imus Kompiang, Nana Opik toe manga sanggup. Sebab, senyum Enu sungguh silau, bak mentari pagi di Poco Ndeki. Sejak itu, Nana Opik Sabtu-Minggu jadwal kunjungan. Rutin seminggu dua kali. Kalau ke Gereja, dua kali setahun: Natal-Paskah.

Sehingga kala ada pesta di seputar Munde-Waerana, daerah kekuasaan Nana Opik. Tidak ambil seleksi, Enu langsung tancap gas. Start motor bebek, ngebut Moto GP. Sapu-rata dari Tanah Rata, hantam-Rata tembus Leke Sambi. Hingga sampai di Ranameti, sebelum Munde-Waerana, Enu turun kasih turun dongkrak satu, parkir motor. Lalu oles lipstik blue-blue agar romantis saat dansa Baby Blue.

Saat lagu pesta Baby Blue, Nana Opik main cepat. Langsung berlutut di depan Enu Erna. Menarik tangannya, mereka berdansa kuasa panggung. Yang menonton tepuk tangan. Yang iri hati, tepuk kaki. Yang buta, tepuk sembarang.

Kala lagu dansa mendekati perhentian terakhir, Nana Opik tak buang momen. Mulutnya mendesis, mendekati telinga Enu Erna, lalu berucap manis, “Enu? Nana siap tembus belis tanpa perantara. No bocor-bocor. Alias siap menikahi Enu dengan gerak Paskibraka: Siap-Gerak!”

Suasana tiba-tiba hening. Enu Erna tak berkata-kata. Entah apa yang merasukinya. Tak menyangka harus secepat ini. Lalu terdiam membisu.

Nana Opik lanjut gas. Usaha part II dengan semburan biblis, “Enu? Mintalah maka akan diberi, carilah maka akan mendapat, ketuklah maka pintu akan dibukakan.”

Kalau belum yakin, “Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan Nana, akan menjadi milik Enu.”  

Mendengar janji terakhir, Enu Erna senyum silau. Lalu menjawab mantap, “Enu terima, asal Nana berhenti berjudi. Bertobat karena PRAPASKAH.”

Nana Opik terdiam, sedikit kaget. Dengan keyakinan penuh, lalu mengonfirmasi, “Terjadilah padaku menurut perkataanmu.”

****

Lagu Baby Blue diputar kembali.

 Tiga hari kemudian bisnis perjudian bubar-jalan.

1 thought on “Senyuman Silau Enu Manggarai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *