Surat Terbuka untuk Perokok Aktif di Mana Saja

2

Loading


Im Kartini|Redaksi

Teruntuk para perokok aktif di mana saja Anda berada. Pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, maka mari kita berkenalan siapa tahu bisa saling sayang. Eaa. Perkenalkan, saya perempuan biasa yang yang sepanjang usia saya sudah sering diam-diam mengamati perokok aktif. Begitu saja perkenalannya, saya cuma mau bilang saya perempuan, jadi kalau dalam surat terbuka ini kalian merasa saya salah, bukankah perempuan tidak pernah salah? Hmm.


Para perokok aktif, pertama saya mau mengucapkan terima kasih. Kalian sadar atau tidak bahwasanya kalian termasuk pahlawan perekonomian di Indonesia. Ya, dengan merokok, kalian telah menyumbang pajak yang lumayan besar kepada negara. Khususnya yang rokoknya dibeli, bukan diminta. Lagian jadi perokok kok nggak totalitas banget sih? Beli dong, jangan minta mulu.

Eh ngomong-ngomong tentang perekonomian, perokok aktif juga pahlawan bagi kios-kios di kampung saya. Tanpa perokok, kios-kios di kampung cepat bangkrut. Di kampung saya, buka kios harus ada jual rokok di dalamnya. Selain agar tak diprotes orang sekampung, ya supaya kiosnya tidak sepi.

Sepengamatan saya, yang datang membeli rokok di kios bukan cuma perokok, bisa anak-anak, ibu-ibu, nenek-nenek, kakek-kakek. Mereka-mereka ini adalah korban dari para perokok yang lagi mager. Cieh mager, suruh istri dan anak yang beli rokok. Setelah membaca surat saya ini, semoga kalian menjadi perokok yang rajin ya, jika sudah mencemari udara di rumah, minimal kalian menebusnya dengan jangan jadi tukang suruh.


Dear Perokok aktif yang pada umumnya adalah kaum adam, pacaran yuk! Tapi bo’ong. *Lol.


Begini, bukannya saya mau ikut campur tentang kebiasaan merokok kalian. Tapi boleh dong, kalau saya mengungkapkan isi hati yang telah lama saya pendam. Kalian kalau jadi perokok harus peka. Bukan karena saya perempuan ya, makanya saya menuntut kalian untuk peka. Ah sudahlah, ribet.

Maksud saya, kepekaan kalian sebagai perokok sebenarnya sudah sering diuji. Contohnya saja kalau di tempat umum, ketika kalian merokok pasti ada orang di sebelah yang menutup mulut dan hidung, atau ada yang batuk-batuk, bahkan ada yang mengibaskan tangan menghalau asap rokok kalian.

Kalau kalian peka, seharusnya kalian menghindar atau matikan rokok kalian. Kemudian kejadian lain adalah, saat kalian perokok aktif berada di antara perokok pasif menurut saya kalian harus pandai menghitung perbandingan antara perokok aktif dan perokok pasif.

Kalau di situ sedang ada acara makan-makan dan cuma satu orang perokok, cobalah untuk peka dengan tidak usah merokok. Kejadian yang lain lagi adalah kalau kalian bertamu ke rumah orang yang tidak merokok, jangan paksa tuan rumah mencari asbak untuk kalian. Menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar itu penting, bisa kan mengopi saja dulu, rokoknya saat keluar dari rumah tersebut.


Dear Perokok aktif, kalian bukan cuma perokok aktif yang benar-benar aktif dalam hal isap-mengisap (isap rokok maksudnya), melainkan aktif juga dalam beralasan. Saya sudah sering mendengar perokok beralasan “ngopi tanpa rokok itu hampa”, “habis makan kalau tidak merokok rasanya tidak enak”, “rokok itu sumber inspirasi”.

Entah benar atau salah, pokoknya di mata saya kalian paling pandai beralasan. Kalau memang pandai beralasan, kenapa tidak mencoba beralasan untuk menolak rokok? Tidak bisa. Ya tidak bisa, sebab zat adiktif milik rokok punya lebih banyak stok alasan agar tetap merokok. Ya kan?


Dear Perokok aktif yang mulai kesal membaca surat dari saya, jangan terlalu kesal apalagi benci nanti jatuh cinta. *Sapa mo help*. Kesal kan? Sama saya juga kesal sebab korek dari rumah saya sering hilang. Hilangnya korek ini bertepatan dengan datang bertamunya para perokok. Saya di dapur juga butuh korek, bahkan lebih butuh dari kalian. Memangnya setelah merokok kalian tidak butuh makan? Oh ya, kan biasanya makan dulu baru merokok. Tuh kan, saya jadi hafal kebiasaan perokok. Apakah sebentar lagi saya jatuh cinta?


Dear Perokok Aktif yang seharusnya mulai sadar karena surat ini akan segera berakhir. Ye..! Berakhir. Semoga tidak ada surat terbuka part II. Tenang saja tidak ada, sebab tidak bagus perasaan diungkapkan berulang-ulang nanti cepat bosan.

Ups. Terakhir saya cuma mau bilang, negara kita sedang dilanda pandemi Covid – 19. Terima kasih masker, sebab kalian tidak bisa merokok di tempat umum karena masker. Himbauan untuk jangan merokok sudah kalian pikirkan baik-baik belum? Kalau saya jadi kalian, saya mau untuk berhenti merokok, sampai pendemi ini berlalu. Tentu kalian tidak ingin pandemi ini berkepanjangan, lalu dampaknya ke perusahaan rokok kesayangan kalian. Paham kan?


Dalam hati saya berkata “semoga yang berhenti merokok selama pandemi ini akan lupa selamanya bahwa pernah menyakiti saya yang bukan perokok.”


Sekian saja. Mohon maaf kalau ngegas, saya kan perempuan. Hihihiw.


Ditulis dengan penuh cinta oleh perokok pasif yang aktif merindukanmu. Cuakzzzz

2 thoughts on “Surat Terbuka untuk Perokok Aktif di Mana Saja

  1. Keren.. tidak terlalu banyak perempuan seperti kamu yg berpikir seperti hal itu. Kamu itu bersyukur yeeh. Hehe
    Saya tertarik dgn ulasan di atas_ sepenggal pengalaman.
    Terus menulis dan jgn lupa edit kembali rata kiri dan kanan 🙏🙏 perfect.. itu sja.

Tinggalkan Balasan ke Tembok Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *