Tabeite Goes to School Bagian Ketiga; SMAS St. Arnoldus Mukun (Arsen): Harapan Baru yang sedang Bertumbuh

Kami yang terdepan membangun literasi.
Mitha Barung | Redaksi
Karena sebelumnya tim Tabeite berhasil melaksanakan kegiatan di Kecamatan Sambi Rampas dan Kecamatan Borong, maka di pertengahan tahun ini, tim Tabeite kembali melaksanakan kegiatan di Kecamatan Kota Komba Utara (KORUT) — Korut hanya akronim yang sebetulnya tak begitu tepat, namun kami bangga menggunakan akronim itu untuk kecamatan kami — salah satu kecamatan baru yang dimekarkan beberapa bulan lalu. Tepatnya di SMAS St. Arnoldus Mukun; salah satu sekolah swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Sukma dan alma mater tercinta dari dua redaktur tabeite.com (suatu kebanggaan tersendiri bisa berbagi pengalaman di alma mater sendiri, sungguh).
Beberapa hari sebelum kegiatan, salah satu guru di SMAS St. Arnoldus yang merupakan pembaca setia tabeite.com, Pa Tony Pornande mengundang tabeite untuk berbagi pengalaman berkaitan dengan literasi terkhususnya literasi dasar — tulis menulis — kepada adik-adik Arsen.
Dengan hati berbunga-bunga saya memberitahukan kabar gembira tersebut kepada teman-teman redaktur melalui WA Group. Akhirnya sebentar lagi redaktur tabeite bisa datang berbagi pengalaman berliterasi ke SMA yang hanya berjarak 20 langkah dari rumah plus teman teman redaktur juga bisa menyaksikan sendiri bahwa Mukun tercintanya Mita Barung sudah bisa dikatakan kota. Tiang-tiang PLN dan kabel berarus berjajar rapi, jaringan 4G full lari lewat layar hape, bank dan koperasi besar su ada dan bahkan cabang kantor JNE yang merupakan kebanggaan followers lapak online seperti shopee, lazada, bukalapak dan sejenisnya pun sudah siap digunakan.
Jangan tanya tentang jalan masuk Mukun, itu yang belum bisa saya banggakan. Yang pasti, secara umun kota Mukun de ghami ga.
Kembali berbicara tentang kegiatan ke SMAS Arnoldus.
“Hallo teman-teman! SMAS Arnoldus mengundang kita e, hari Sabtu sore jam 3, bisa?”
Beberapa di antara tim tabeite yang sedang menjalani kehidupan di tanah ibu menyanggupi untuk hadir. Baik yang sedang bekerja maupun beberapa yang masih menunggu diberi pekerjaan.
Segala bentuk persiapan pun mulai dibahas, dari siapa yang akan membawa materi apa sampai pada konsep kegiatan yang akan diterapkan.
***
Sabtu, 22 mei 2021.
Aroma asap dari tungku api pada pagi hari mulai berhembus, cuaca cerah sedikit tidak bersahabat sebab awan hitam menutupi sebagian cahaya matahari, pun suhu udara yang dingin hampir-hampir membekukan ingatan kepada mantan.
“Mit, sebentar sore Tabeite jadi kegiatan di sekolah, toh?” Kak Toni bertanya pada saya sambil bersiap-siap menuju sekolah.
“Jadi, Kae. sekitar jam 11 mereka start dari Borong. Sebentar hanya ada 6 orang saja”.
“Oke, nanti mereka datang singgah rumah dulu e”
“Ashiaaaap…!”
Waktu terus bergulir.
Saya mengecek handphone berharap mengetahui Kak Erik, Im, Kak Doni sudah sampai di mana. Belum sempat cek WA Group, sebuah kalimat muncul paling ujung atas layar handphone “tidak ada layanan”
Sial!
Jaringan kembali menghilang seperti si nana tersayang yang pergi menghilang tanpa kabar.
“Apa kabar Kak Erik, Kak Doni, Im? Jangan sampai mereka tersesat dan lupa jalan pulang, semoga saja tidak!” pikir saya.
Sekitar pukul 12 lewat, dua sepeda motor berhenti di bawah rumpun bambu kuning samping rumah, Kak Erik, Im, Kak Doni sampai dengan selamat.
Saya mengajak ketiganya masuk ke rumah. Beberapa menit setelahnya langsung makan siang dan dilanjutkan dengan menyuguhkan kopi sambil menunggu waktu untuk kegiatan, di sela ngopi, Itok Aman datang dengan rambutnya yang belum diikat rapi, sambil tergesa-gesa dia turun dari motor
“Saya baru bangun tidur, belum sempat mandi bahkan untuk cuci muka saja tidak sempat!”.
Kami memaklumi alasannya, sebab dari kami mengenal Itok Aman kebiasaan tersebut belum juga hilang sampai sekarang meski sudah ada Maria, si pujaan hati di sampingnya. Semalam sebelumnya Itok menghadiri pesta pernikahan di Mbata. Sudah pasti anak muda ini menenggak kobok di sana. Bahkan ia sempat membuat hastag PSK (penikmat Sopi Kobok) pada setiap unggahan di akun media sosial pribadinya.
Sekitar pukul 14:45 waktu Mukun, kami berlima menuju sekolah. Saya yang merupakan alumni SMAS Arnoldus Mukun sedikit berbasa basi tentang alma mater tercinta, meski diketahui SMAS Arnoldus Mukun di zaman kami dahulu berbeda jauh dengan zaman sekarang.
Sekarang lengkap dengan lapangan basket, perpustakaan, lab computer, lab IPA, gedung gedung baru plus akreditasi yang naik tingkat menjadi A.
“Arsen selalu di depan!” cetus saya dengan sedikit lagak sambil melangkah menuju gazebo sekolah. Di sana pak Toni Pornande dan salah satu guru lainnya yang bernama pak Seli sudah menunggu. Kita bersalaman dan duduk sesaat sambil menunggu anak-anak yang ikut serta dipastikan sudah hadir semua.
Bincang bincang mewarnai perjumpaan tersebut. Kurang lebih 15 menit, kegiatan dimulai, mengambil tempat di halaman sekolah dan beralaskan terpal biru, pak Toni membuka kegiatan “Anak anak hari ini sekolah kita kedatangan kakak-kakak dari tabeite. Kedatangan mereka untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang literasi. Semoga saja dengan kehadiran mereka kalian bisa lebih bersemangat lagi dalam belajar dan meningkatkan penegetahuan kalian tentang literasi”.
Setelah berbasa-basi sedikit, beliau mempersilakan kami memperkenalkan diri. Dimulai dari Tu’a golo baru tabeite Kak Doni Jematu, berlanjut ke Kak Erik, Itok Aman, Im, dan saya sendiri. Sesi perkenalan berakhir. Selanjutnya kami mulai tancap gas untuk menyampaikan materi. Baru kalimat pembuka, tiba tiba gerimis turun. kita beralih tempat menuju ruangan baru yang baru beberapa bulan terakhir dipakai.
Kak Doni mulai dengan mengenalkan tabeite kepada siswa-siswi, lalu dilanjutkan dengan Kak Erik yang berbicara tentang literasi secara umum dan bagaimana pentingnya membaca, selanjutnya Im Kartini dengan pentingnya menulis. Di sela sela penyampaian materi saya ditunjuk untuk memandu game. Setelah belasan menit memompa semangat siswa/i, Itok Aman lanjut menyampaikan materi tentang menulis ala tabeite.
Di tengah penyampaian materi, seorang siswi yang belakangan diketahui adalah salah satu komika andalan SMAS Arnoldus, melempar pertanyaan.
”Selamat sore untuk kita semua. Begini Kak, banyak tulisan yang dibaca yang sederhana dan mudah dimengerti, pertanyaan saya, sesederhana apakah menulis di tabeite.com itu?”
Sebuah pertanyaan yang cukup menarik untuk disimak.
Dengan gaya yang khas Itok menjelaskan dengan padat dan jelas tentang sesederhana apa menulis di tabeite. Dia mengambil salah satu contoh dari tulisan redaktur tabeite.
Di akhir penyampaian materi dan sebelum melanjutkan sesi yang baru, tiga orang siswa membacakan puisi, sedangkan redaktur dan yang lainnya menikmati sambil meneguk kopi yang disuguhkan.
Senja hampir menghilang, waktu semakin membatasi kegiatan yang tak ingin diakhiri.
Sesi selanjutnya dimulai, siswa-siswi diajak untuk menulis apa saja. Menulis apa yang bisa mereka tulis. Entah itu puisi, karangan bebas, atau apapun. Tiga yang menulis dengan baik akan dihadiahkan masing masing satu buku.
Hampir dua puluh menit berjalan. Di menit terakhir sambil menunggu redaktur memilah tulisan yang paling baik, Korni seorang siswi kelas X tampil dengan stand up comedy depan kelas. Keren dan sangat luar biasa.
Gaya bicara dan materi yang dibawakan patut diacung jempol.
3 tulisan terbaik dipilih. Ketiga penulisnya diberi hadiah buku masing masing sebuah buku.
Jam di handphone menunjukan pukul 18 lebih belasan menit. Kegiatan harus berakhir sebab di antara siswa-siswi yang hadir ada beberapa yang tinggal jauh dari sekolah. Meski sebenarnya masih banyak hal yang perlu dibagikan apalagi ketika melihat respon siswa/i yang begitu antusias.
“Kak Tony, sepertinya kita perlu ke sini lagi, ada banyak potensi yang perlu dikembangkan di sini”. Tutur Itok Aman.
Dan saya pribadi mengakui itu. Sekian jam bersama beberapa siswa-siswi ini, ada banyak talenta yang tersembunyi. Ada banyak mutiara di dalam diri anak-anak ini yang belum bersinar. Mereka butuh banyak bimbingan, dukungan, dan perhatian.
Akan sangat disesalkan jika talenta yang mereka miliki dibiarkan tumbuh tumpul tanpa diasah.
Semoga saja dengan kunjungan tabeite ke SMAS Arnoldus, semangat dan hal hal baik akan terus tumbuh di sini.
Mengunjungi SMAS St. Arnoldus Mukun, ada harapan baru yang sedang bertumbuh. Tentang literasi, pengembangan diri, dan SDM yang baik dan berkarakter.
Matahari telah terbenam, waktu tidak mengizinkan kita untuk berlama lama di sini. Itok Aman menutup kegiatan dengan doa.
Tabeite goes to school part tiga selesai.
Ada senyum kebahagiaan terpancar. Sejumput benih telah ditabur di sini.
Hal hal baik menyertai..
Terimakasih perjumpaan.
Salam! Selamat dan sampai bertemu lagi, Arsen.
Emang iya,,,,bener,,,,Mukun,,,sekarang sudah pusat KORUT,,(ih,,,g enak banget ,,Korut),hh😀😀😀😀
Itukan. Cerita diwaktu menjelang adanya suatu kegiatan yang temen temen lakukan waktu itu,,,keseharian penghuni kota Mukun gimana sih,,????
Sebenarnya,,,kerinduan ini,,ingin berada didalam Mukun😀😀