Teman yang Pacaran, Sa yang Ambil Kesimpulan. Derita Jomlo
Penulis: Im Kartini|Redaksi
Menulis tentang pacaran, sa sebenarnya agak malas. Hehe. Why? Sa miskin pengalaman pribadi, jadi sa buat tulisan ini berdasarkan orang lain pu pengalaman. Tidak perlu sa wawancara mereka, karena kalau boleh sombong, sa ini jadi tempat curhat dari berbagai pihak. Teman-teman selalu curhat. Kurang lebih, sa kah semacam tempat sampah, menampung semua dorang pu keluh-kesah . Bahkan pacarnya sa pu teman juga ikut curhat. Mereka ganti-gantian. Kalau sa jahat ta sen sudah sa tikung.
Dari curahan hati mereka lah sa paham apa yang kalian bilang kisah cinta tai kucing itu. Selain tempat sampah, sa juga bisa dianalogikan perokok pasif, orang lain yang isap itu rokok sa yang hirup asapnya. Orang lain yang pacaran sa ikut merasakan pahit manisnya cinta. Ehem, haci.
Sa akan menyampaikan kesimpulan mengenai kisah cinta. Sekali lagi sa tekankan, bukan sa punya kisah cinta e. Kesimpulan yang sa buat ini terkait beberapa kebiasaan saat pacaran yang tidak menjamin hubungan langgeng hingga ke pelaminan.
Pertama, tukaran foto profil.
Pada zaman now, Facebook dengan nama laki-laki namun fotonya perempuan atau sebaliknya, sudah menjadi hal yang biasa. Memang itu menjadi hak semua orang dan sa tidak bermaksud menyindir orang yang seperti itu. Selow sa e, sa juga kalau ada pacar mungkin akan pasang fotonya pacar. Hehe. Namun, asal kalian tahu, tukaran foto profil itu tidak menjamin awetnya suatu hubungan. Kau mau pasang diap foto, atau dia pasang kaup foto kalau memang tidak jodoh ko mau bilang apa. Niatnya memang mulia, kebanyakan sap teman beralasan, memasang foto profil pacar supaya tidak ada orang ketiga. Realistis saja, orang kalau sudah ada niat berkhianat, pasti mainnya enak. Enak di dia, enak di selingkuhan. Ada istilah “setia di Fb, selingkuh di WA” Mending tukaran foto profilnya nanti dulu, saat sudah menikah. Lebih terjamin guys.
Kedua, tulis nama pacar di skripsi.
Sebelum kalian lanjut baca, yang sudah ada skripsi coba cek lagi, ada tidak nama pacar di dalamnya, lalu kalian masih pacaran atau tidak? Kalau masih atau kalau sudah menikah, syukur kepada Allah. Kalau tidak, nyesek to? Hahaha. Jangan menyesal sudah tulis namanya di skripsi apalagi kalau kalian berniat merobek atau membakar skripsi kalian. Biarkan saja, toh nama pacar ada di skripsi pasti ada alasannya. Ingat saja, dia pasti sebagai penyemangat saat kalian menyusun skripi. Cieh.. bernostalgia. Namun, lagi-lagi hal tersebut tidak menjamin langgengnya hubungan. Sudah cape-cape tulis dia punya nama di skripsi, eh ternyata ko diskip dari dia pu hidup.
Ketiga, foto bersama pacar saat wisuda.
Wisuda merupakan suatu momen penting dalam hidup. Terlepas dari pandangan orang lain yang mengatakan wisuda hanya suatu celebration, yang artinya tidak terlalu penting. Menurut mereka yang penting itu ijazah, bukan acara wisudanya. Namanya juga hidup, beda pendapat dan pandangan tentang sesuatu sudah biasa. Beda itu indah, Guys.
Ada satu hal yang paling dinantikan saat wisuda yaitu berfoto. Maka jangan heran jika saat wisuda banyak tukang foto berkeliaran di tempat acara wisuda digelar. Siapa sih yang tidak mau difoto. Cekrek, cekrek, lalu upload lengkap dengan caption Graduation Day, asiyappp. Lelah dan stres saat kuliah lenyap seketika. Senyum mahasiswa mental copy – paste dan mahasiswa mental kerja keras sama manisnya di hari wisuda. Ah lupakan mental saat masih mahasiswa, yang penting sudah wisuda. Toh saat melamar kerja bukan itu acuannya Anda diterima, tetapi tetap pake“orang dalam.” Ups. Berkaitan dengan foto saat wisuda, sap teman punya pengalaman getir membikin hati galau. Segetir apa sih guys? Ini bukan tentang hasil foto yang blur atau nampak gendut di foto yang memang suka bikin galau anak zaman now. Seperti wisudawan lainnya, teman saya ini sangat bahagia di hari wisudanya. Bukan hanya karena kehadiran Bapa dan Mama tercinta namun terlebih karena kehadiran sang kekasih hati. Cieh,cieh,cieh.
Kehadiran pacar di hari wisuda ini membuat sap kawan berpikir untuk mengabadikan momen tersebut. Foto bersama. Iya tentu saja foto bersama. Teman dan pacarnya diapiti Bapa dan Mama. Cihuy! Serasa foto di pelaminan. Seminggu kemudian hasil fotonya dicetak lalu dibingkai dan dipajang di ruang tamu. Asli sa iri, jangankan foto bareng dengan pacar saat wisuda, pacar saja tidak punya. Skip dulu sap curahat yang tidak penting ini. Kembali ke cerita tentang teman. Sebulan setelah foto kebanggan itu dipajang, hubungan mereka kandas. Aih.. bagaimana caranya membuang dia dari hati kalau membuang dia dari foto itu saja susah. Kalau posisinya paling pinggir, mungkin lebih gampang, tinggal digunting atau dilipat saja. Aduh mama e, dia di tengah lai… Parah kan? Sudah foto bersam saat wisuda juga ternyata tidak menjamin hubungan pacaran langgeng hingga ke pelaminan.
Setalah membahas tiga hal di atas, saran sa tah e yang sedang pacaran jangan tersindir dengan tulisan saya. Foto profil tidak usah diganti kalau masih pakai fotonya pacar, skripsi tidak usah dibakar, dan foto tidak usah dibuang. Selow Gais, selamat berpacaran, semoga langgeng hingga ke pelaminan. Kalau gaya pacaran memang seperti itu, sa yang luang ini bisa apa? Sacuma bisa membuat kesimpulan. Sa punya posisi memang ditakdirkan sebagai pengamat orang pacaran, lalu sok buat keimpulan.
Sangat Bagus KK🙏