Tolong Jangan Lupakan Jasa Orang Baik Saat Pesta Nikah di Flores!

0

Sumber Foto: YouTube

Loading


Menghadiri pesta nikah memang kewajiban yang harus dilakukan oleh laki-laki lajang macam kami ini. Keren sih sebenarnya, kalau datang karena diundang oleh tuan pesta. Tetapi perlu diingat ada banyak juga yang hadiri pesta tanpa diundang. Hanya modal cap-cip-cus dengan penerima tamu di pintu kemah, masuk ke dalam kemah untuk menjabat tangan dengan pengantin, lalu duduk di belakang ujung. Masalah selesai.

Tuan pesta sebenarnya punya itikad untuk mendata siapa yang diundang dan tidak diundang saat undangan hendak memasuki pintu kemah. Sayangnya, niat itu dicegat oleh panitia, mengingat saat tuan pesta masih muda pernah hadiri pesta di desa tetangga tanpa diundang juga. Dengan terpaksa, tuan pesta ikuti kebiasaan yang telah lama ada dalam pesta nikah di kampung-kampung.  

Meninggikan prestise diri sebagai anak muda ketika hadiri pesta, tipsnya tidak mahal-mahal amat. Engkau tinggal memakai sandal topsi, parfum casablanca, ditambah dengan rambut yang disisir banting dengan memakai minyak rambut rivon. Saat berpenampilan demikian, saya yakin engkau menjadi lelaki paling tampan sekemah pesta. Dicap mirip Dilan tentu engkau menolaknya mati-matian, sebab Dilan hanya tahu berurusan dengan rindu pada Milea. Ia tidak mengetahui susahnya perjuanganmu demi terlihat tampan di kemah pesta yang beralaskan tanah. 

Saat hadiri pesta nikah di Flores, ada banyak pihak yang patut kita ucapkan terimakasih secara khusus. Melupakan jasa mereka sebetulnya tidak baik. Tabeite merasa patah hati saat jasa mereka dilupakan begitu saja oleh undangan yang gagah-gagahan menjabat tangan dengan menggunakan amplop berisi uang lima ribu rupiah. Mereka-mereka itu patut diabadikan jasanya dalam narasi-narasi pesta nikah di Flores. Melalui Tabeite Institute yang bekerja secara professional dan independen, kami sudah memetakan pihak-pihak yang patut dihargai jasanya. Mari simak! 

Penjual sopi di sekitar kemah pesta

Meski tuan pesta di Flores menyediakan sopi sebanyak mungkin, akan tetapi permintaan yang tinggi tetap membuat stok sopi berkurang. Peluang ini ditangkap oleh tetangga dari tuan pesta untuk memesan sopi agar dijual saat pesta sedang berlangsung.

Dari kacamata ekonomi, hal ini merupakan peluang yang perlu dimanfaatkan dengan baik. Undangan yang tadinya hadir ke kemah pesta dengan memakai pakaian terbaik, nyatanya tidak semakin membuat diri sebagai lelaki perkasa. 

Jangan heran sebelum menjabat tangan, undangan yang hadir akan mencari penjual sopi di sekitar kemah pesta. Entah kenapa, undangan yang hadir pesta kurang afdal jika belum menikmati sopi terlebih dahulu. Sopi telah menjadi alasan di balik adanya laki-laki yang percaya diri saat acara bebas dimulai. Betul to?

Pemilik toilet di sekitar kemah pesta

Undangan yang tadinya kebanyakan minum sopi akan didera dengan rasa kebelet terus-menerus. Syukur-syukur jika kemah pesta dikelilingi semak-belukar atau hutan lebat, sehingga memudahkan undangan untuk membuang air kecil di sana-sini.

Namun jika pesta diadakan di perkampungan yang padat penduduknya, siap-siap toilet tetangga dari tuan pesta menjadi sasaran. Toilet yang tadinya memiliki persediaan air yang cukup berlimpah, mendadak habis saat dipakai oleh undangan yang sudah kelampau banyak minum sopi.

Mau memberlakukan aturan toilet berbayar seperti di terminal-terminal di Kota Ruteng juga akan sia-sia. Toh, rata-rata undangan yang memakai toilet telah meneguk minuman keras. Menegur mereka agar tidak membuang kotoran di toilet hanya membuang-buang energi para pemilik toilet. Ucapannya masuk melalui telinga kanan, keluarnya melalui telinga kiri. Sia-sia. Tidak akan didengar.

Penerima tamu di depan pintu kemah

Sebelum menyalami pengantin, di depan pintu kemah biasanya undangan akan disambut oleh penerima tamu. Sembari senyam-senyum dalam menyambut tamu yang datang, penerima tamu akan menjabat tangan dengan undangan yang hadir. Apabila sudah kenal dekat dengan penerima tamu, tentu akan diikuti dengan basa-basi, bahkan kalau lagi beruntung akan disambut dengan cipika-cipiki.  

Penerima tamu biasanya dipercayakan dari pasangan suami-istri yang usia pernikahannya masih seumur jagung. Peran dari penerima tamu begitu penting untuk menampilkan raut wajah yang ramah-ramah. Kesannya tidak baik jika penerima tamu memasang ekspresi wajah yang judes. Apa mau dikata, di saat undangan yang hadir tidak diundang, penerima tamu tetap berwajah sumringah.

Opreter musik yang lihai membaca keinginan undangan

Namanya saja undangan yang terhormat. Tentu banyak maunya. Entah menjabat tangan dua ribu rupiah, lima ribu rupiah atau syukur-syukur jika sepuluh ribu rupiah, tetap saja kemauannya tidak bisa dibendung.

Di kala acara bebas, mereka akan melayangkan ragam permintaan pada opreter musik. Opreter musik tentu harus lihai menyeleksi setiap permintaan yang ada. Tidak baik juga kalau setiap permintaan undangan akan diikuti.

Bayangkan kalau semua permintaan undangan dilayani, opreter yang akan kebingungan memilih lagu mana yang akan diputar. Tugas opreter yang tadinya memutar lagu akan terdengar aneh jika hanya menyeleksi permintaan dari undangan. Karena itu, kelihaian opreter musik dalam memutar lagu yang tepat sangat dibutuhkan.

Panitia pesta nikah yang sukseskan acara

Di balik suami yang sukses, ada istri yang setia di belakangnya, di balik istri yang cantik, ada kantong suami yang terancam kering kerontang, dan di balik anggota DPRD Manggarai Timur yang terpilih, ada rakyat yang berharap akan datangnya perubahan.

Sementara kalau di belakang pesta nikah yang sukses, sebetulnya ada panitia yang solid untuk bekerja siang dan malam. Tugas dari panitia terlalu banyak dalam menyukseskan jalannya acara.

Bermula dari membangun kemah, mengatur kursi, memasang lampu di dalam kemah, dekorasi, menjaga keamanan hingga urusan di dapur. Panitia bertanggung jawab penuh dalam menyukseskannya. Bayangkan!

Belum lagi jika ada yang berkelahi saat pesta berlangsung, lagi-lagi panitia sebagai penanggung jawabnya. Bukan yang lain. Barangkali sebagai undangan yang baik hati, tidak sombong dan menjabat tangan dengan amplop bekas untuk membantu panitia agar acaranya berjalan dengan lancar.

Pada akhirnya, saya mau katakan untuk jangan lupakan begitu saja jasa dari orang penting saat pesta pernikahan di Flores. Saya sadari bahwa saat hadiri pesta pada dua malam lalu, saya tidak diundang oleh tuan pesta. Makanya, sebagai bentuk balas jasa dengan tuan pesta, artikel tidak penting ini saya suguhkan demi rompes-rompes di luar sana. Pesannya satu, naikin uang jabat tangan. Smile!   

Penulis: Erik Jumpar | Tua Panga |

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *