Wae Sosor: Mandi Tanpa Takut Kehabisan Air

0

Loading


Gery Namat|Kontibutor

Beberapa waktu lalu, tepatnya akhir 2019 saya mengisi masa liburan di Tilir, Desa Benteng Riwu, sebuah kampung di pedalaman Kecamatan Borong, –yang pasti bila Anda ingin kesana Anda harus memerhatikan keselamatan dalam berkendara dulu yah–. Di kampung inilah saya mengenal tado, rede, penti, momang, belis, dan wae sosor. Kampung ini memang dingin, bahkan dingin sekali (bila musimnya tiba), namun bila Anda ingin mendapatkan secangkir kopi gratis, mampirlah sebentar di sini. Jangankan kopi, hunian gratis juga tersedia untuk Anda.

Saya sebagai orang yang mencintai kebun, terutama segala sesuatu di dalamnya yang bisa langsung dicicipi, sering hadir di sana pada saat musim panen. Di sana saya menjumpai air pancuran, wae sosor; tentunya untuk membersihkan diri bikaus of tidak ada kamar mandi di kebun. Hal inilah yang membuat saya nyaman di kampung yang identik dengan senja, kopi pait, juga wae sosornya ini.

Wae sosor adalah air pancuran yang dialirkan secara langsung dari mata air untuk mandi, cuci, kakus (MCK). Uniknya, wae sosor disalurkan menggunakan beberapa bilah bambu (bisa juga hanya dengan sebatang bambu) yang dihubungkan langsung ke mata air. Sosor adalah nama dari tiap-tiap bambu yang dialiri air tersebut. Kira-kira demikian. Yang pasti Anda tidak akan meneteskan air mata bila menjumpai mata air ini. Wae sosor juga tidak hanya memilik satu sosor. Terkadang terdiri atas dua sampai tiga sosor yang membuat Anda tidak ingin pulang bila sudah ada di dekatnya. Nyaman seperti doi lah men. Ada sebuah hal khusus yang membuat saya jatuh cinta terhadap wae sosor (yang pasti bukan wanita), yakni sebuah tradisi di mana sebelum tiba di tempat itu Anda harus mengucapkan “hu cebong” beberapa kali. Hal itu dibuat untuk memastikan apakah ada orang yang sedang menggunakan wae sosor dan apakah yang sedang menggunakannya adalah sesama jenis atau lawan jenis. Bila ternyata yang menggunakannya adalah lawan jenis, maka Anda harus menepi dulu. Di tempat ini juga masyarakat percaya bahwa ada roh atau penjaga yang mendiami air, sehingga Anda harus menjaga perkataan dan tingkah laku. Jangan sampai Anda mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak disukai darat atau roh penunggu di sana.

Jika sedang berada di wae sosor, Anda tidak perlu memegang konsep menghemat air. Yang pasti airnya tidak akan berhenti mengalir sebab tidak disertakan tombol on/off  melainkan ontrus. Menikmati air langsung dari mata air tentu memiliki kesan yang berbeda bagi saya, mungkin juga Anda. Bila tidak memiliki kesan berarti Anda tidak pernah menghampiri wae sosor dan mata airnya. Di tempat ini Anda akan mendapatkan air yang dingin nan segar bukan main, tentu bisa langsung diminum.

Di Manggarai, sejauh mana pun Anda melangkah, sejauh mana pun Anda meneteskan air mata, menetap atau bahkan mampir sebentar, Anda pasti menjumpai air yang selalu saja mengalir tanpa ada orang yang menggunakannya. Itu fenomena biasa di tanah kami kes. Jadi jangan kaget ya.

Anda pasti sering menjumpai orang yang menggunakan celana jeans, baju pantai lalu pergi ke kafe untuk menikmati secangkir kopi. Kopi sebelumnya dijual sendiri ke pedagang sebelah dengan harga murah, lalu dibeli kembali dengan harga setinggi langit hanya karena kafe itu lengkap dengan kolam renangnya (agar bisa dengan santainya menceburkan diri di kolam). Hahahahaha…. saya hanya bisa tertawa saja. Ya, itu sudah menjadi  lifestyle, saya tidak bisa menyalahkannya, seperti tadi hanya tertawa saja.

Maksud saya begini, lebih baik minum kopi di kampung dengan menggunakan air yang langsung dimasak dari wae sosor ketimbang minum di kafe dengan air yang pada mulanya bersumber dari sosor juga. Bagi saya, lebih baik minum di sekang  dengan kicaun burung-burung yang masih alami, lengkap dengan aura kampungnya. Di sana setiap kali Anda jalan di kebun sore hari melewati kebun satu ke kebun lainnya, pasti saja Anda selalu ditawari minuman, yang pasti kopi pait agu tete daeng. Tapi semuanya tergantung selera sih. So, its okay.

Kembali lagi ke wae sosor  tempat mandi tanpa takut air akan habis, yang terpenting Anda menjaga alam sekitarnya. Tak banyak hal dituntut. Dengan itu Anda  bisa mandi sampai puas, sampai badan Anda bersih bahkan kalau boleh berlebihan, bakteri jahat pun tak terlihat  lagi. Yang penting Anda kuat-kuat saja menahan dinginnya air, bila Anda percaya, airnya juga dapat menyejukan hati terutama bagi yang sedang patah hati. Berbahagialah Anda yang selalu saja menikmati wae sosor sebab pikiran akan kekurangan tak akan pernah menghampiri Anda, dan paling penting Anda tidak akan dihantui kalimat; “sumber air su dekat”, karena di tempat ini air selalu dekat dan tidak pernah hilang, apalagi pergi begitu saja meninggalkan luka di dada. Eh.., jadi curhat. Heheh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *