Ada Berita Baik Tentang Kampung Kami yang Ditulis Secara Tidak Etis

3

Dokpri Erik Jumpar

Loading


Erik Jumpar II Redaksi

Sejak tadi siang, konsentrasi saya jadi buyar. Rencana untuk mengedit artikel dari redaktur Tabeite urung dilakukan. Pikiran saya terganggu dengan tautan berita dari salah satu media daring. Saya tidak perlu mention nama medianya, takutnya Anda penasaran, lalu mengklik berita tersebut. Medianya kelak memanen cuan dari kerja serampangan macam begitu. 

Tautan tersebut cukup saya bagikan ke beberapa grup WhatsApp. Ragam tanggapan bermunculan. Tujuan saya cuma untuk menghidupkan percakapan terkait tulisan yang bagi saya memiliki bias makna tersebut. Pada akhirnya saya diperkaya dengan berbagai sudut pandang untuk melihat beberapa paragraf dalam berita tersebut. Saya ucapkan terima kasih untuk teman-teman semua, semoga Anda tetap menjadi pembaca kritis.  

Biar Anda tidak bingung, saya ceritakan saja sedikit. Wartawan media tersebut menulis seorang tokoh dari kampung kami. Ia terbilang sukses di negeri Paman Sam. Kini dia bermaksud pulang kampung dan terlibat dalam mendukung peradaban di tanah ini. Cerita tentangnya kita abaikan saja, mari kita perhatikan cuplikan paragraf di dalam tautan yang dimaksud.

Wartawannya menulis seperti ini; “bahkan kalau melihat wajahnya, banyak yang meragukan kalau pria tersebut hadir pertama kali di bumi ini pada sebuah kampung yang letaknya sulit dipercaya bahwa itu tempat kelahirannya.

Saat masuk di paragraf di atas, saya terganggu sekali. Sebagai anak kampung yang lahir dan besar di kampung yang ditulis oleh wartawan ini, saya sakit hati. Saya tidak mengerti mengapa paragraf itu begitu kacau balau. Entah apa dasarnya sampai olah kalimatnya begitu buruk. 

Tafsiran untuk paragraf tersebut amat menyakitkan. Saya beri contoh berdasarkan paragraf tersebut. Ras Melanesia identik dengan kulit hitam dan rambut keriting. Saat kita bertemu dengan orang dari ras Melanesia yang memiliki rambut lurus dan kulit putih, maka akan muncul pertanyaan yang kelampau rasis, “Apa betul Anda ras Melanesia? Jangan-jangan ras Anda tertukar?”

Paragraf ini kurang lebih maksudnya hendak mengatakan bahwa tokoh laki-laki dalam pemberitaan tersebut memiliki paras yang berbeda dengan penduduk lain dari kampung asalnya. Di sini kuli tintanya berlebihan, merendahkan saya, merendahkan kedua orangtua saya, merendahkan orang-orang di kampung saya.

Selanjutnya di paragraf lain, wartawannya kembali memainkan kata yang amat menyudutkan. Dia menulis seperti ini; “mengagetkan dan patut diacungkan jempol, bagaimana seorang pria kelahiran 63 tahun lalu di Golo Mongkok, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur, bisa menjadi profesional di perusahaan yang bergerak di bidang IT di negeri Paman Sam yang ketat akan persaingan tenaga kerjanya.

Wartawannya kembali mengolah kata seolah-olah orang dari kampung ini tidak boleh ada orang sukses, hingga begitu tega dia memakai diksi mengagetkan. Saya tidak tahu apa dasarnya sehingga wartawannya begitu berani menyudutkan orang Golo Mongkok. Padahal nama wartawannya saja tak satupun dikenal oleh orang-orang sini. Mungkin hanya saya dari kampung ini yang kenal dengan wartawannya.

Sebagai salah satu orang kampung yang lahir dan besar di tanah ini, apalagi belakangan ini serius mempertebal kemampuan hanya untuk melawan berbagai ketertinggalan, ini menyakitkan sekali. Jujur saya terlibat dalam kerja-kerja baik hanya untuk orang-orang di sekitar tempat tinggal saya, memberi mereka saran untuk mengejar ketertinggalan, mendorong mereka untuk menyekolahkan anak setinggi mungkin, lalu wartawan ini datang untuk merendahkan kami semua.

Seharusnya berita yang ditulis dapat ditarik kesimpulan yang nyaman dicerna, orang Golo Mongkok bisa sukses di Amerika Serikat. Tapi wartawannya memiliki logika terbalik, mungkin untuk kepentingan mendongkrak pembaca, persetan dengan itu, kesimpulan yang dibangun pembaca malah bisa saja seperti ini; dia sukses di Amerika Serikat, tidak mungkin dia orang Golo Mongkok.

Wartawan ini tidak pernah tahu bagaimana sekelompok orang berusaha membangun daerahnya dengan susah payah. Dia tidak tahu susahnya orang-orang di kampung bekerja mati-matian untuk melawan stigma, megejar ketertinggalan untuk mengimbangi daerah di sekitarnya. Dia hanya datang untuk merendahkan satu daerah dengan alibi gagal meramu kalimat. 

Tetapi, saya sadar, kejadian macam begini akan terus terulang, kita sudah akrab dengan adagium lama; manusia tidak pernah luput dari salah. Sampai anjing bertanduk, kejadian macam begini akan terus terjadi. Satu-satunya cara untuk membunuh media yang buruk dengan tidak membacanya, itulah kenapa Anda tidak menemukan tautan media yang dimaksud dalam artikel ini.  

3 thoughts on “Ada Berita Baik Tentang Kampung Kami yang Ditulis Secara Tidak Etis

  1. Mungkin dia sedang latih menulis. Cuman keburu berani publis ke medsos. Maafkan tpi jgn lupakan itu. Mungkin dia tdk salah, tp hanya keliru, Hehe… entah apa lah itu…gaskannnn….. Tampar dia dgn kata2 dan fakta. Sindir lah dia dgn diksi2 yg menggigit. Biar dia bangun dan sadar kalau tidurnya terlalu miringggg…hehe… #mantaptabeite

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *