Jangan Syok, Nelson Tidak Salah Menyebut Stunting Sebagai Spot Wisata di Alor!

0

Loading


Popind Davianus|Redaksi

Jujur saja, saya menjadi salah satu netizen yang ngakak berkali-kali saat menyaksikan video Nelson yang viral di berbagai media sosial. Pasalnya, dengan segala ketidakpahaman, Nelson menjelaskan stunting sebagai salah satu spot wisata di Kabupaten Alor. Nelson sepertinya sedang mewakili Kecamatan Alor Tengah Utara dalam Lomba Pemilihan Nyong dan Nona Alor 2022.

Ketidaktahuan Nelson dalam memahami stunting sebetulnya menjadi sebuah “dosa” jika ditertawakan. Nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Saya dan Anda pasti sudah selesai menertawakannya atau ketika Anda membuka kembali videonya, pasti di antara Anda masih saja ada yang tertawa.

Nelson adalah salah satu laki-laki yang sukses menghibur warga Nusa Tenggara Timur bahkan mungkin seperempat dari keseluruhan warga Indonesia. Dengan segala keberaniannya, Nelson mampu membuat kita terkekeh-kekeh. Ini sebuah pencapaian luar biasa di tengah tragedi kanjuruhan Malang yang mengenaskan dan di tengah kebosanan warga Indonesia dengan kasus Sambo yang penanganannya lelet.

Terlepas dari itu semua, saya mengagumi bupati Alor, Amin Djobo yang berusaha memberikan klarifikasi bahwa yang dijelaskan Nelson itu tidak salah. Pada acara kali itu, Nelson sedang menjadi relawan yang ingin mempromosikan salah satu wilayah di Kabupaten Alor bernama Stati yang pelafalanya mirip dengan stunting.

Dalam hal ini, Amin Djobo sebetulnya tidak ingin mempermalukan Nelson sebagai salah satu pemuda dari daerahnya. Pada usianya yang masih muda, Nelson memang belum siap menerima kenyataan bahwa ia sedang ditertawai oleh banyak orang di NTT bahkan Indonesia.

Hal lain yang patut dipuji adalah ketenangan Nelson saat mendapat sorakan dan tertawaan penonton saat dirinya menjelaskan stunting dari atas panggung. Jika diperhatikan dengan saksama, Nelson yang berpenampilan menarik dan murah senyum santai saja menghadapi situasi itu.

Selama 26 tahun menjalani hidup sebagai manusia, saya baru mengenal istilah stunting pada satu tahun yang lalu, ketika seorang bidan desa mampir di rumah kami dan menjelaskan tujuan kedatanganya; mendata pasien stunting. Dari bidan desa yang tidak cantik-cantik amat itulah saya mengetahui stunting sebagai sebuah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Jika pembawa acara menanyakan pada saya tentang stunting dua tahun yang lalu, bisa saja hal yang terjadi pada Nelson sudah saya lakukan lebih awal.

Dari Nelson kita harusnya belajar bahwa di daerah kita, pemerintah melalui dinas kesehatan kurang gencar melakukan sosialisasi tentang stunting dan bisa jadi penanganan terhadap stunting juga lemah.

Selain itu, saya pikir sudah waktunya ahli bahasa mencari padanan stunting ke dalam Bahasa Indonesia. Namun apabila stunting bisa disebut sebagai kekurangan gizi atau gizi buruk, maka pemangku kebijakan jangan syok memakai istilah stunting yang bukan bahasa kita itu. Sebut saja kekurangan gizi atau gizi buruk.

Terakhir, pesan saya kepada pemandu acara Lomba Pemilihan Nyong dan Nona Alor 2022. Sebagai orang dengan pengetahuan yang cukup, pemandu acara harusnya sebisa mungkin memberikan pertanyaan yang bisa dipahami peserta. Seandainya saat itu pemandu acara yang ganteng atau yang cantik bertanya seperti ini; Apa kira-kira penyebab utama terjadinya kekurangan gizi? Saya yakin Nelson bisa menjawabnya dengan benar tanpa harus menanggung beban pada netizen (termasuk saya) yang suka menertawakan kegagalan orang lain.

Dari Manggarai Timur, saya rindu berjumpa denganmu, Nelson!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *